e. pemberhentikan tidak dengan hormat sebagai PNS.
2.2 Perkawinan
2.2.1 Pengertian Perkawinan
Menurut  Ramulyo,  2004  :  1  Nikah  kawin  menurut  arti  asli adalah hubungan seksual tetapi menurut arti majazi  mathaporic atau
arti  hukum  ialah  akad  perjanjian  yang  menjadikan  halal  hubungan seksual sebagai suami istri antara seorang pria dengan seorang wanita
hanafi. Imam  Syafi’i  Dalam  Ramulyo,  2004  :  2  berpendapat,
pengertian  nikah  adalah  suatu  akad  yang  dengannya  menjadi  halal hubungan  seksual  antara  pria  dengan  wanita  sedangkan  menurut  arti
majazi mathaporic  nikah itu artinya hubungan seksual. Sedangkan  menurut  Prof.  Mahmud  Yunus  Dalam  Ramulyo,
2004 : 2 dalam bukunya, Hukum Perkawinan Dalam Islam,  halaman 1,  nikah  itu  artinya  hubungan  seksual  setubuh  beliau  mendasarkan
pendapatnya  itu  kepada  Hadis  Rosul  yang  berbunyi  :  Dikutuki  Allah yang menikah setubuh dengan tangannya onani.
Kemudian  menurut  Prof.  Dr.  Hazairin,  S.H  Dalam  Ramulyo, 2004 : 2 perkawinan itu adalah hubungan seksual. Menurut beliau itu
tidak  ada  nikah  perkawinan  bilamana  tidak  ada  hubungan  seksual antara  suami  istri,  maka  tidak  perlu  ada  tenggang  waktu  menunggu
iddah untuk menikahi lagi bekas istri itu dengan laki-laki lain.
Pasal  1  Undang-Undang  No.1  Tahun  1974,  Perkawinan  adalah ikatan  lahir  batin  antara  seorang  pria  dengan  wanita  sebagai  suami-
istri  dengan  tujuan  membentuk  keluarga  Rumah  Tangga  yang bahagia  dan  kekal  berdasarkan  Ketuhanan  Yang  Maha  Esa.
Pertimbangannya  adalah  sebagai  negara  yang  berdasarkan  Pancasila dimana  sila  yang  pertamanya  adalah  Ketuhanan  Yang  Maha  Esa,
maka  perkawinan  mempunyai  hubungan  yang  erat  sekali  dengan agama    kerohanian,  sehingga  perkawinan  bukan  saja  mempunyai
unsur  lahir    jasmani,  tetapi  unsur  batin    rohani  juga  mempunyai peran yang penting.
2.2.2 Tujuan Perkawinan
Tujuan  perkawinan  adalah  menurut  perintah  Allah  untuk memperoleh  keturunan  yang  sah  dalam  masyarakat,  dengan
mendirikan rumah tangga yang damai dan teratur. Selain  itu  ada  pula  pendapat  yang  mengatakan  bahwa  tujuan
perkawinan  dalam  islam  selain  untuk  memenuhi  kebutuhan  hidup jasmani  dan  rohani  manusia,  juga  sekaligus  untuk  membentuk
keluarga  dan  memelihara  serta  meneruskan  keturunan  dalam menjalani  hidupnya  didunia  ini,  juga  mencegah  perzinahan,agar
tercipta  ketenangan  dan  ketentraman  jiwa  bagi  yang  bersangkutan, ketentraman keluarga dan masyarakat.
Soemijati dalam Ramulyo, 2004 : 27 disebutkan bahwa tujuan perkawinan dalam islam adalah untuk memenuhi tuntutan hajat tabiat
kemanusiaan,  berhubungan  anara  laki-laki  dan  perempuan  dalam rangka mewujudkan suatu keluarga yang sangat bahagia dengan dasar
cinta  dan  kasih  sayang,  memperoleh  keturunan  yang  sah  dalam masyarakat  dengan  mengikuti  ketentuan-ketentuan  yang  telah  diatur
oleh sya ri’ah.
Rumusan  tujuan  perkawinan  diatas  dapat  dirincikan  sebagai  berikut
Ramulyo, 2004 : 27 :
a. Menghalalkan  hubungan  kelamin  untuk  memenuhi  tuntutan
hajat tabiat kemanusiaan. b.
Mewujudkan suatu keluarga dengan dasar cinta kasih. c.
Memperoleh keturunan yang sah.
2.2.3 Syarat dan Rukun Perkawinan