Keseimbangan postural Keseimbangan postural

2.4.5 Pemeriksaan Keseimbangan

Ada beberapa pemeriksaan untuk mengevaluasi fungsi mobilitas sehingga dapat mendeteksi perubahan klinis yang menyebabkan seseorang mengalami ketidakseimbangan postural dan beresiko untuk jatuh. Tidak ada gold standar untuk mengukur keseimbangan dan mobilitas fungsional, namun telah dikembangkan berbagai alat ukur untuk mengukur kemampuan keseimbangan dan mobilitas. Uji fungsional tersebut antara lain: the timed up and go test TUG, uji mengggapain fungsional functional reach test, dan uji keseimbangan berg the Berg Balance sub-scale of the mobility index Setiati Laksmi, 2009. a. Tes keseimbangan Romberg Tes Romberg dapat mempresentasikan tanda hilangnya kontrol postural akibat tidak adanya input visual dari defisit proprioseptif di tungkai bawah Findlay et al., 2009. Tes romberg digunakan pada pemeriksaan fungsi keseimbangan statis dan ketidakmampuan untuk menjaga postur berdiri tegak dengan mata yang terbuka atau tertutup ketika kedua kaki dirapatkan Fauci et al., 2012. Tes Romberg yang dipertajam Sharpened Romberg TestSRT digunakan untuk memeriksa fungsi keseimbangan dan digunakan sebagai pengganti tes Romberg karena lebih sensitif. Tes ini dilakukan dengan posisi kaki head to toe dengan mata terbuka dan tertutup Johnson et al., 2005. Fungsi keseimbangan diperiksa dengan tes Romberg dan tes Romberg yang dipertajam. Subjek berdiri tegak pada permukaan lantai yang datar tanpa menggunakan alas kaki. Tes Romberg dilakukan dengan berdiri dengan kedua kaki yang dirapatkan sambil kedua tangan dilipat pada depan dada. Kemudian responden diminta untuk menutup matanya. Tes Romberg yang dipertajam dilakukan dengan responden berdiri dalam posisi tandem yaitu meletakkan tumit kaki yang tidak dominan di depan kaki yang lain dengan posisi lengan yang sama dengan tes Romberg. Setelah merasa nyaman dengan posisinya, subjek diminta untuk menutup matanya. Posisi ini dipertahankan selama 30 detik.pemeriksa berada di sisi subjek. Tes Romberg negatif bila responden dapat mempertahakan keseimbangannya. Tes Romberg positif bila responden tidak mampu mempertahankan posisi seimbang saat mata tertutup yang ditandai dengan adanya peningkatan goyangan, gerakan tangan atau kaki yang berpindah atau subjek membbuka matanya pada salah satu baik pada pemeriksaan dengan tes Romberg atau tes Romberg yang dipertajam Johnson et al., 2005; Steffen et al., 2002. b. Time Up and Go Test TUG Uji Time Up and Go Test TUG merupakan modifikasi dari uji get up and go GUG untuk menghilangkan unsur subyektivitas dalam penilaian uji GUG. Pada uji GUG subyek diminta untuk bangkit dari kursi, dan duduk kembali. Oleh pemeriksa dinilai cara berjalan dan ada tidaknya gangguan gaya berjalan subyek, kemudian diberikan nilai berskala 1-5. Nilai 1 berarti normal, sedangkan nilai 5 menunjukkan abnormalitas berat. TUG juga digunakan untuk menilai kemampuan seseorang dalam mempertahakan keseimbangan dalam kondisi dinamis serta mengetahui resiko jatuh. TUG merupakan pemeriksaan yang kompleks yang juga melibatkan kemampuan kognitif Herman et al., 2011. TUG Test dianjurkan sebagai tes skrininfg rutin untuk pasien dengan riwayat jatuh. Pemeriksaan TUG Test dilakukan dengan cara menghitung waktu seseorang untuk berdiri dari kursi standar, berjalan 3 meter, berbalik, berjalan kembali ke kursi, dan duduk lagi. Pada saat dilakukan pemeriksaan, pasien diminta untuk memakai sepatu biasa, menggunakan perangkat alat bantu jika ada, dan berjalan pada kecepatan yang nyaman dan aman. Pemeriksaan dilakukan sebanyak tiga kali dan hasil pemeriksaan waktunya dirata-ratakan. Jumlah waktu yang didapat kemudian dibandingkan dengan nilai-nilai normatif untuk usia, jenis kelamin, dan pedoman berbasis penelitian yang mengukur peningkatan risiko jatuh dan penurunan fungsional. Pengamatan fase transisi naik dari kursi, memulai berjalan, berputar, dan duduk di kursi juga dicatat Jacobs Fox, 2008. Interpretasi

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI MAKANAN DAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA (STUDI DI POSYANDU LANSIA WILAYAH KERJA PUSKESMAS WULUHAN KABUPATEN JEMBER)

6 79 168

HUBUNGAN STATUS HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN DEMENSIA PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA PUSKESMAS KEDATON BANDAR LAMPUNG

13 44 64

HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN IBU DALAM KEGIATAN POSYANDU DAN POLA MAKAN BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN RAJABASA RAYA KECAMATAN RAJABASA KOTA BANDAR LAMPUNG

5 60 78

Hubungan Status Gizi dan Hipertensi Terhadap Kemandirian Lansia di Posyandu Lansia Puskesmas Kedaton

0 4 60

HIPERTENSI SEBAGAI FAKTOR RISIKO PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA RAJABASA BANDAR LAMPUNG

8 35 76

HUBUNGAN ASUPAN IMUNONUTRISI DAN STATUS GIZI DENGAN STATUS IMUNITAS PADA LANSIA DI KECAMATAN RAJABASA KOTA BANDAR LAMPUNG

2 14 80

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI POSYANDU LANSIA DI KECAMATAN SANDEN Hubungan Antara Status Gizi Dengan Kualitas Hidup Lansia Di Posyandu Lansia Di Kecamatan Sanden Bantul.

0 1 14

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI POSYANDU LANSIA DI KECAMATAN SANDEN Hubungan Antara Status Gizi Dengan Kualitas Hidup Lansia Di Posyandu Lansia Di Kecamatan Sanden Bantul.

0 2 13

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI, ASUPAN LEMAK DAN NATRIUM DENGAN STATUS GIZI DI POSYANDU LANSIA, GONILAN, Hubungan Pengetahuan Tentang Hipertensi, Asupan Lemak Dan Natrium Dengan Status Gizi Di Posyandu Lansia, Gonilan, Kartasura, Sukoharjo.

0 4 20

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI LANSIA DI POSYANDU LANSIA KAKAKTUA WILAYAH KERJA PUSKESMAS PELAMBUAN

0 0 5