Fisiologi Keseimbangan Keseimbangan postural

sementara tekanan reseptor sensitif terletak di fasia dan kulit Riemann Lephart, 2002a. a. Sistem Vestibular Sistem vestibular berperan penting dalam keseimbangan, gerakan kepala dan gerak bola mata. Sistem vestibular meliputi organ-organ di dalam telinga bagian dalam. Sistem Vestibular berhubungan dengan sistem visual untuk merasakan arah dan kecepatan gerakan kepala. Pada telinga bagian dalam terdapat cairan yang disebut endolymph. Cairan tersebut mengalir melalui tiga kanal telinga bagian dalam sebagai reseptor saat kepala bergerak miring dan bergeser. Melalui refleks vestibulooccular, mereka mengontrol gerak mata, terutama ketika melihat obyek yang bergerak. kemudian pesan diteruskan melalui saraf kranialis VIII ke nukleus vestibular yang berlokasi di batang otak brain stem Watson Black, 2008. Nukleus vestibular menerima masukan input dari reseptor labyrinth, formasi gabungan retikular, dan serebelum. Hasil dari nukleus vestibular menuju ke motor neuron melalui medula spinalis, terutama ke motor neuron yang menginervasi otot-otot proksimal, otot pada leher dan otot-otot punggung otot-otot postural. Sistem vestibular bereaksi sangat cepat sehingga membantu mempertahankan keseimbangan tubuh dengan mengontrol otot-otot postural Watson Black, 2008. b. Sistem Visual Sistem visual penglihatan yaitu mata mempunyai tugas penting bagi kehidupan manusia yaitu memberi informasi kepada otak tentang posisi tubuh terhadap lingkungan berdasarkan sudut dan jarak dengan obyek sekitarnya. Dengan input visual, maka tubuh dapat beradaptasi terhadap perubahan yang terjadi di lingkungan sehingga sistem visual langsung memberikan informasi ke otak, kemudian otak memerikan informasi agar sistem muskuloskeletal otot tulang agar dapat bekerja secara sinergis untuk mempertahankan keseimbangan tubuh. Pada gambar dibawah ini kita dapat melihat sistem visualisasi pada tubuh manusia Prasad Galetta, 2011. Gambar 3. Sistem visual Prasad Galetta, 2011 c. Sistem Somatosensori Tactile Proprioceptive. Sistem Somatosensori mempunyai beberapa neuron yang panjang dan saling berhubungan satu sama lainnya. Sistem somatosensori adalah sistem sensorik yang beragam yang terdiri dari reseptor dan pusat pengolahan untuk menghasilkan modalitas sensorik seperti sentuhan, temperatur, proprioseptif posisi tubuh, dan nosiseptif nyeri. Reseptor sensorik menutupi kulit dan epitel, otot rangka, tulang dan sendi, organ, dan sistem kardiovaskular. Informasi propriosepsi disalurkan ke otak melalui kolumna dorsalis medula spinalis. Sebagian besar masukan input proprioseptif menuju serebelum, tetapi ada pula yang menuju ke korteks serebri melalui lemniskus medialis dan thalamus Willis, 2007. Kesadaran akan posisi berbagai bagian tubuh dalam ruang sebagian bergantung pada impuls yang datang dari alat indra dalam dan sekitar sendi. Alat indra tersebut adalah ujung-ujung saraf yang beradaptasi lambat di sinovia dan ligamentum. Impuls dari alat indra ini dari reseptor raba di kulit dan jaringan lain, serta otot di proses di korteks menjadi kesadaran akan posisi tubuh dalam ruang Willis, 2007.

2.4.3 Keseimbangan postural

Pada saat berdiri, otot pada leher, trunkus, panggul, ekstensor lutut, dan plantar fleksor menjaga agar tubuh tetap tegak. Bersamaan dengan hal tersebut terjadi ayunan postural sebagai usaha dari otot di atas untuk mempertahankan stabilitas postural. Otot-otot tersebut disebut otot postural yang secara terus-menerus menjaga agar pusat massa tubuh berada di dalam landasan penunjang. Pusat massa tubuh didefinisikan sebagai titik jumlah gaya yang bekerja padanya sama dengan nol sehingga tubuh berada dalam keseimbangan. Bila seseorang dalam keadaan berdiri, secara berkesinambungan terjadi kontrol keseimbangan postural, yaitu usaha untuk mempertahankan postur tegak pada saat keseimbangan terganggu Setiahardja, 2005. Dibawah ini adalah faktor yang mempengaruhi keseimbangan pada tubuh manusia yaitu: a. Pusat gravitasi Center of Gravity Center of gravity merupakan titik gravitasi yang terdapat pada semua benda baik benda hidup maupun mati, titik pusat gravitasi terdapat pada titik tengah benda tersebut, fungsi dari Center of gravity adalah untuk mendistribusikan massa benda secara merata, pada manusia beban tubuh selalu ditopang oleh titik ini, maka tubuh dalam keadaan seimbang. Tetapi jika terjadi perubahan postur tubuh maka titik pusat gravitasi pun berubah, maka akan menyebabkan gangguan keseimbangan berpindah secara otomatis sesuai dengan arah atau perubahan berat, jika center of gravity terletak di dalam dan tepat di tengah maka tubuh akan seimbang, jika berada diluar tubuh maka akan terjadi keadaan unstable. Pada manusia pusat gravitasi saat berdiri tegak terdapat pada 1 inchi di depan vertebrae sakrum 2 Masu et al., 2014. b. Garis gravitasi Line of Gravity Garis gravitasi vertikal melalui pusat gravitasi. Derajat stabilitas tubuh ditentukan oleh hubungan antara garis gravitasi, pusat gravitasi dengan base of support bidang tumpu. c. Bidang tumpu Base of Support Base of Support dengan permukaan tumpuan. Ketika garis gravitasi tepat berada di bidang tumpu, tubuh dalam keadaan seimbang. Stabilitas yang baik terbentuk dari luasnya area bidang tumpu. Semakin besar bidang tumpu, semakin tinggi stabilitas. Misalnya berdiri dengan kedua kaki akan lebih stabil dibanding berdiri dengan satu kaki. Semakin dekat bidang tumpu dengan pusat gravitasi, maka stabilitas tubuh makin tinggi Chang et al., 2009. d. Kekuatan otot Muscle Strength Kekuatan otot adalah kemampuan otot atau group otot menghasilkan tegangan dan tenaga selama usaha maksimal baik secara dinamis maupun secaca statis. Kekuatan otot dihasilkan oleh kontraksi otot yang maksimal. Otot yang kuat merupakan otot yang dapat berkontraksi dan rileksasi dengan baik, jika otot kuat maka keseimbangan dan aktivitas sehari-hari dapat berjalan dengan baik seperti berjalan, lari, bekerja ke kantor, dan lain sebagainya Sherwood, 2012.

2.4.4 Gangguan keseimbangan pada lansia

Gangguan keseimbangan merupakan suatu kondisi saat seseorang merasa tidak stabil. Proses menua mengakibatkan perubahan pada komponem keseimbangan sehingga berperan untuk menyebabkan gangguan keseimbangan Noohu et al., 2014. Usia lanjut berkaitan dengan penurunan kemampuan input proprioseptif, proses degeneratif pada sistem vestibula, reflek yang melambat, dan melemahnya kekuatan otot. Kombinasi berbagai gangguan ini mengakibatkan waktu yang dibutuhkan untuk memulai langkah kaki setelah mengalami gangguan keseimbangan lebih lama dibandingkan normal yang berarti meningkatkan risiko untuk terjadinya jatuh Guyton Hall, 2007.

2.4.5 Pemeriksaan Keseimbangan

Ada beberapa pemeriksaan untuk mengevaluasi fungsi mobilitas sehingga dapat mendeteksi perubahan klinis yang menyebabkan seseorang mengalami ketidakseimbangan postural dan beresiko untuk jatuh. Tidak ada gold standar untuk mengukur keseimbangan dan mobilitas fungsional, namun telah dikembangkan berbagai alat ukur untuk mengukur kemampuan keseimbangan dan mobilitas. Uji fungsional tersebut antara lain: the timed up and go test TUG, uji mengggapain fungsional functional reach test, dan uji keseimbangan berg the Berg Balance sub-scale of the mobility index Setiati Laksmi, 2009. a. Tes keseimbangan Romberg Tes Romberg dapat mempresentasikan tanda hilangnya kontrol postural akibat tidak adanya input visual dari defisit proprioseptif di tungkai bawah Findlay et al., 2009. Tes romberg digunakan pada pemeriksaan fungsi keseimbangan statis dan ketidakmampuan untuk menjaga postur berdiri tegak dengan mata yang terbuka atau tertutup ketika kedua kaki dirapatkan Fauci et al., 2012. Tes Romberg yang dipertajam Sharpened Romberg TestSRT digunakan untuk memeriksa fungsi keseimbangan dan digunakan sebagai pengganti tes Romberg karena lebih sensitif. Tes ini dilakukan dengan posisi kaki head to toe dengan mata terbuka dan tertutup Johnson et al., 2005.

Dokumen yang terkait

HUBUNGAN ANTARA KONSUMSI MAKANAN DAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA (STUDI DI POSYANDU LANSIA WILAYAH KERJA PUSKESMAS WULUHAN KABUPATEN JEMBER)

6 79 168

HUBUNGAN STATUS HIPERTENSI DENGAN KEJADIAN DEMENSIA PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA PUSKESMAS KEDATON BANDAR LAMPUNG

13 44 64

HUBUNGAN ANTARA KEAKTIFAN IBU DALAM KEGIATAN POSYANDU DAN POLA MAKAN BALITA DENGAN STATUS GIZI BALITA DI KELURAHAN RAJABASA RAYA KECAMATAN RAJABASA KOTA BANDAR LAMPUNG

5 60 78

Hubungan Status Gizi dan Hipertensi Terhadap Kemandirian Lansia di Posyandu Lansia Puskesmas Kedaton

0 4 60

HIPERTENSI SEBAGAI FAKTOR RISIKO PENURUNAN FUNGSI KOGNITIF PADA LANSIA DI POSYANDU LANSIA RAJABASA BANDAR LAMPUNG

8 35 76

HUBUNGAN ASUPAN IMUNONUTRISI DAN STATUS GIZI DENGAN STATUS IMUNITAS PADA LANSIA DI KECAMATAN RAJABASA KOTA BANDAR LAMPUNG

2 14 80

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI POSYANDU LANSIA DI KECAMATAN SANDEN Hubungan Antara Status Gizi Dengan Kualitas Hidup Lansia Di Posyandu Lansia Di Kecamatan Sanden Bantul.

0 1 14

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN KUALITAS HIDUP LANSIA DI POSYANDU LANSIA DI KECAMATAN SANDEN Hubungan Antara Status Gizi Dengan Kualitas Hidup Lansia Di Posyandu Lansia Di Kecamatan Sanden Bantul.

0 2 13

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG HIPERTENSI, ASUPAN LEMAK DAN NATRIUM DENGAN STATUS GIZI DI POSYANDU LANSIA, GONILAN, Hubungan Pengetahuan Tentang Hipertensi, Asupan Lemak Dan Natrium Dengan Status Gizi Di Posyandu Lansia, Gonilan, Kartasura, Sukoharjo.

0 4 20

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI LANSIA DI POSYANDU LANSIA KAKAKTUA WILAYAH KERJA PUSKESMAS PELAMBUAN

0 0 5