4.2. Sebaran suhu permukaan laut SPL di perairan Selat Bali
Seperti halnya sebaran konsentrasi klorofil-a, sebaran SPL di perairan Selat Bali juga dipengaruhi oleh pola musiman yang diakibatkan pergerakan angin
muson Wyrtki, 1961. Gambar 9 menunjukkan fluktuasi musiman SPL dimana nilai SPL pada musim barat lebih tinggi dibanding musim timur. Menurut Purba
1992, perbedaan SPL pada musim barat dan musim timur bisa mencapai 4 ºC.
Gambar 9. Grafik fluktuasi rata-rata bulanan SPL di Perairan Selat Bali selama 5 tahun 2004 – 2008
Secara umum, peningkatan suhu permukaan laut pada musim barat di perairan Selat Bali mulai terjadi pada bulan November dengan rata-rata suhu 28.9
°C. SPL tertinggi terjadi pada bulan Februari yang mencapai suhu 31.13 °C. Nilai SPL masih tetap tinggi sampai pada bulan April yang merupakan akhir dari
musim barat, dengan nilai rata-rata suhu 29.94 °C. Namun memasuki periode musim timur, nilai SPL menurun hingga mencapai suhu 25.3 °C. Sampai pada
bulan September nilai SPL di perairan Selat Bali masih tetap rendah yang berkisar pada 26.3 °C.
Suhu permukaan laut yang relatif tinggi di perairan Selat Bali pada musim barat dan relatif rendah pada musim timur terjadi akibat pengaruh massa air dari
Samudera Hindia. Pada musim barat di Samudera Hindia berkembang angin Muson Barat Laut yang membawa Arus Pantai Jawa APJ di sepanjang pantai
Selatan Jawa. APJ merupakan arus sempit yang bergerak di sepanjang pantai Selatan Jawa dari arah barat ke timur, berlawanan dengan Arus Katulistiwa
Selatan AKS. Menurut Quadfasel dan Cresswell 1992 dalam Farita 2006, APJ di lapisan permukaan membawa suhu yang lebih hangat lebih dari 27,5 ºC
dengan salinitas yang rendah. Massa air hangat yang dibawa oleh APJ di perairan Selatan Jawa – Sumbawa berasal dari Pantai Barat Daya Sumatera dan juga Laut
Jawa yang masuk melalui Selat Sunda. Berbeda dengan kondisi perairan pada musim barat, pada musim timur
suhu permukaan laut di perairan Selatan Jawa dan Selat Bali cenderung lebih rendah. Rendahnya SPL pada musim timur berhubungan dengan fenomena
upwelling yang terjadi di perairan tersebut. Menurut Wyrtki 1962; Nontji
1993; Purba 1995 dalam Gaol 2003, pada periode musim timur di perairan Samudera Hindia berhembus Angin Muson Tenggara yang membuat Arus
Katulistiwa Selatan AKS semakin berkembang di sepanjang pantai Selatan Jawa. AKS yang bergerak di sepanjang pantai Selatan Jawa mendorong massa air
di perairan tersebut ke arah barat daya, sehingga terjadi kekosongan dan kekosongan ini diisi oleh massa air yg berasal dari lapisan yang lebih dalam, atau
yang lebih dikenal dengan peristiwa upwelling. Sebaran spasial lintang dan temporal suhu permukaan laut bulanan di
perairan Selat Bali pada periode 2004 – 2008 disajikan pada Gambar 10. Data ini diperoleh dari hasil rekaman citra satelit Aqua Modis selama 5 tahun dengan
periode bulanan Lampiran 3. Gambar 10 menunjukkan fluktuasi sebaran SPL
yang jelas selama 5 tahun dimana peningkatan SPL umumnya terjadi pada musim barat Desember – April dan penurunan SPL umumnya terjadi pada musim timur
Mei – November. SPL yang rendah pada musim timur umumnya terjadi pada daerah selatan perairan Selat Bali yaitu pada wilayah 8,5 °LS – 8,75 °LS, yang
berdekatan dengan Samudera Hindia. Pada musim timur, perairan Selat Bali mendapat masukan massa air yang bersuhu rendah dari Samudera Hindia.
Gambar 10. Sebaran spasial lintang dan temporal suhu permukaan laut di
perairan Selat Bali 2004 – 2008
Fenomena IODM yang terjadi pada tahun 2006 juga memberikan pengaruh pada sebaran suhu permukaan laut di perairan Selat Bali. Pada Gambar
10 diketahui bahwa pengaruh fenomena IODM jelas terlihat pada sebaran SPL periode musim timur tahun 2006, dimana nilai SPL pada periode tersebut berada
pada kisaran suhu yang paling rendah selama kurun waktu 5 tahun yaitu mencapai 25.3 °C. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa fenomena IODM di
Samudera Hindia yang berpengaruh pada perairan Selat Bali, terkait dengan proses upwelling yang terjadi secara intensif di perairan yang membawa massa air
bersuhu rendah ke lapisan permukaan. Sehingga pada saat terjadi IODM secara tidak langsung suhu permukaan laut di perairan Selat Bali juga menurun.
4.3. Produksi Ikan Lemuru Sardinella lemuru di Selat Bali