Musim dan Penangkapan Ikan Lemuru Kondisi Oseanografi yang Mempengaruhi Tingkah Laku Ikan

diungkapkan secara pasti, apakah bergerak ke utara melalui mulut selat, atau kembali lagi ke arah selatan pada saat musim lemuru berakhir. Adanya variasi parameter oseanografi seperti kelimpahan fitoplankton, suhu, dan salinitas di perairan Selat Bali diduga mempunyai pengaruh terhadap kelimpahan dan penyebaran ikan pelagis yang hidup di perairan tersebut, khususnya ikan lemuru yang merupakan hasil tangkapan utama dari pukat cincin. Terjadinya upwelling di perairan Samudera Hindia dan Selat Bali memberikan dampak bagi perikanan lemuru. Menurut Wudianto 2001 meningkatnya populasi ikan lemuru mulai terjadi pada saat musim timur tiba bulan Agustus, dimana saat itu diduga terjadi penaikan massa air di wilayah perairan selatan Jawa dan Bali. Pada musim timur terjadi tiupan angin muson tenggara yang cukup kencang menyusuri pantai selatan Bali dan Jawa ke arah barat dengan menyeret sebagian massa air di permukaan. Adanya gaya Coriolis menyebabkan sebagian massa air di lapisan permukaan dibelokkan ke tengah laut, dan kekosongan air diisi oleh air dari lapisan bawah yang bersuhu lebih rendah Knauss, 1978.

2.2.3. Musim dan Penangkapan Ikan Lemuru

Menurut Subani 1971 dalam Indrawati 2001 ikan lemuru di perairan Selat Bali dikenal sebagai ikan musiman karena ikan ini muncul pada musim- musim tertentu saja. Ikan lemuru mulai muncul pada saat musim timur, mula- mula dalam jumlah kecil kemudian dalam jumlah besar dan semakin banyak serta mencapai puncaknya pada bulan Desember. Ikan lemuru mempunyai sifat lain yang senang beruaya secara musiman, dimana pada saat tertentu menghilang dari jangkauan penangkapan, keadaan ini terjadi pada bulan Februari dan Maret Subani, 1971.

2.2.4. Kondisi Oseanografi yang Mempengaruhi Tingkah Laku Ikan

Lemuru Ikan lemuru termasuk jenis ikan permukaan pelagic fish, mudah tertarik oleh cahaya lampu forotaksis positif sehingga dapat berkumpul ke tempat dimana terdapat cahaya lampu. Gerombolan ikan ini jelas terlihat pada kedalaman 14 – 40 m dengan menggunakan fish finder. Penelitian dengan menggunakan teknik akustik menurut Merta 1992 menunjukkan adanya gerombolan schooling lemuru yang cukup besar pada kedalaman 40 – 80 m, 20 – 70 m, dan 50 m di perairan Selat Bali. Berdasarkan data tersebut, ikan lemuru cenderung bergerombol di lapisan eufotik yang kaya akan zat hara pada musim tertentu. Keberadaan ikan lemuru diduga berhubungan erat dengan adanya upwelling serta arus ekuator selatan Merta, 1992. Selain itu berdasarkan penelitian oleh Hanggoro 1995 dan Indrawati 2000, diketahui bahwa ikan lemuru lebih menyukai daerah perairan dengan suhu rendah yaitu 23 – 26 ºC. Terjadinya penaikan massa air ternyata sangat berpengaruh terhadap sumberdaya perikanan pelagis. Perairan yang mengalami penaikan massa air umumnya menjadi subur akan unsur hara sehingga sumber makanan bagi ikan pelagis akan melimpah. Laju pertumbuhan ikan lemuru menjadi lebih cepat saat terjadi penaikan massa air, tetapi sebaliknya menjadi lambat saat tidak terjadi penaikan massa air Edwards dan Shaher, 1987. Bagi wilayah perairan tropis, kelimpahan plankton yang tinggi umumnya terjadi pada perairan yang mengalami penaikan massa air Nontji dan Ilahude, 1975. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Wudianto 2001 diketahui bahwa pada musim timur terjadi peristiwa upwelling di perairan Selat Bali. Pada penelitian yang sama juga ditemukan bahwa rata-rata densitas ikan lemuru yang tertinggi terjadi pada musim timur yaitu di lapisan permukaan antara 4-29 m dengan kelimpahan sebesar 12,62 tonnmil 2 . Dari data-data tersebut menunjukkan bahwa saat terjadi upwelling pada musim timur, perairan Selat Bali sangat subur dengan densitas ikan lemuru yang melimpah. Fluktuasi suhu dan perubahan geografis merupakan faktor penting dalam upaya menentukan pengkonsentrasian gerombolan ikan. Dengan demikian suhu memegang peranan dalam menentukan daerah penangkapan Gunarso, 1985. Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh selama masa pemijahan adalah suhu. Sardinops melanosticta di perairan Laut Jepang memijah pada suhu sekitar 13 ºC – 17 ºC dengan suhu optimum berkisar 14 ºC – 15.5 ºC, sedangkan ikan sardin di perairan Pasifik Sardinella caerulea memijah di luar California pada kisaran suhu 15 ºC – 16 ºC Laevastu dan Hela, 1970. Ikan lemuru Sardinella lemuru yang terdapat di perairan Selat Bali dapat hidup pada suhu sekitar 26 ºC – 29 ºC Mahrus, 1996.

2.3. Suhu Permukaan Laut