preliminary coding yang dilakukan adalah memilah-milah respon sesuai dengan kesamaan respon. Kesamaan respon dinilai bukan melalui interpretasi peneliti
melainkan murni dari kata atau kalimat yang muncul yang menggambarkan respon partisipan terhadap pertanyaan terbuka yang diajukan.
Tukiran dalam Rarasati, dkk: 2012 tahap awal aksial koding adalah mengenali dan membuat peneliti menjadi familiar terlebih dahulu terhadap jawaban-
jawaban partisipan. Setelah peneliti familiar dengan respon partisipan, selanjutnya peneliti baru melakukan koding dan kategori. Proses aksial koding dilakukan dengan
cara melakukan kombinasi dari jawaban-jawaban partisipan yang memliki kesamaan. Koding dilakukan selama beberapa kali tergantung dari keragaman jawaban
partisipan penelitian. Koding dilakukan mulai dari yang sifatnya spesifik menjadi yang lebih umum. Fase ini dilakukan pada semua pertanyaan dalam open-ended
questionnaire satu persatu. Selanjutnya, cross-tabulation dilakukan untuk menunjukkan respon-respon dari kelompok yang ada. Analisis ini diselesaikan
dengan cara membagi pertanyaan penelitian dalam kategori-kategori berdasarkan tabel frekuensi Effendi dan Manning dalam Primasari ,dkk: 2012.
3.6 Teknik Verifikasi Data
Validasi akhir data merupakan usaha meningkatkan derajat kepercayaan data sehingga hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah Moleong,
2007:320. Data yang berhasil dikumpulkan melalui open-ended questionnaire akan
diproses dilakukan koding dan kategorisasi dengan menggunakan model antar rater. Artinya, setiap jawaban partisipan tidak hanya dilakukan koding dan kategorisasi oleh
satu orang saja tetapi dikoding dan dikategorisasikan oleh beberapa orang dengan alasan unsur subjektivitas tidak mengotori koding dan kategorisasi. Jawaban
partisipan dinilai oleh lima rater. Dan salah satu rater adalah orang yang ahli dibidang kualitatif.
Verfikasi data lain dengan review jawaban yang ditulis partisipan, bertanya kepada partisipan untuk memastikan jawaban yang ditulis partisipan sesuai dengan
pemahaman peneliti. Selain itu teknik verifikasi data lain yang dipakai adalah triangulasi. Moleong 2007:330 triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan
data yang memanfaatkan sesuatu yang lain. Denzin dalam Moleong 2007:330 membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan yang
memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori. Penelitian ini mengguanakan triangulasi metode, menurut Patton dalam
moleong, 2007:331 triangulasi dengan metode terdapat dua strategi, yaitu : 1 pengecekan derajat kepercayaan penemuan hasil penelitian beberapa teknik
pengumpulan data dan 2 pengecekan derajat kepercayaan beberapa sumber data dengan metode yang sama. Penelitian ini menggunakan dua teknik pengumpulan
data, pertama data yang diperoleh dianalisis mengguanakan teknik kualitatif yaitu koding, yang kedua dilakukan analisis data kuantitatif dengan menggunakan cross-
tabulation. Sehingga penelitian ini merupakan gabungan antara dua metode, yaitu kualitatif dan kuantitatif.
Penelitian ini tidak menggunakan metode triangulasi sumber dan penyidik, karena metode pengumpulan datanya menggunakan snow ball sampling dan
partisipan cukup banyak yaitu 700, sehingga tidak dimungkinkan memakai triangulasi tersebut. Penelitian ini tidak memakai metode triangulasi teori karena
penelitian ini menggunakan pendekatan indigenous psychology yang tujuannya
membentuk konstruk teori yang sesuai budaya setempat. Selain triagulasi, peneliti juga menggunakan teknik verifikasi data
pemeriksaan sejawat melalui diskusi Moleong 2007: 332. Teknik ini dilakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam
bentuk diskusi dengan rekan-rekan sejawat. Maksud dari teknik ini, pertama untuk membuat peneliti tetap mempertahankan sikap terbuka dan kejujuran, kedua untuk
mulai menjajaki dan menguji hipotesis kerja yang muncul dari pemikiran peneliti.
3.7 Isu Etika Penelitian