adanya tarian Jathilan itu sendiri. Disini lebih melihat kepada unsur ketertarikan semata kepada keunikan dari adanya kegiatan mencari uang di
jalanan atau sering kita sebut dengan mengamen yang menggunakan media taria tradisional. Disisi lain pun para penari pun dalam beberapa
pengakuannya memang memberikan jawaban bahwa tujuan mereka menampilkan taria tersebut di jalanan salah satu alasannya adalah ingin
melestarikan kebudayaan Jawa yang hampir hilang ditelan zaman. Namun anggapan itu tidak lebih dari untuk menutupi keadaan yang
sebenarnya yang sebenarnya secara tersirat para penari Jathilan yang ada di jalanan Kota Semarang kurang memperhatikan makna dari tarian
tersebut. Dengan mengganti atau bahkan menghilangkan beberpa bagian terpenting dari tarian tersebut yang salah satunya adalah tiruan dari hewan
kuda yang biasanya dipakai dalam pertunjukan Jathilan pada umumnya. Selain itu instrumen atau alat musik pengiring tarian Jathilan yang sangat
sederhana dan gerakan tarian yang seadanya menjadikan makna dari tari Jathilan itu sedikit bergeser dari yang seharusnya.
3. Faktor Sosial
Selain faktor ekonomi dan faktor peluang usaha yang menjadikan para penari Jathilan memilih profesi tersebut ternyata ada pula faktor yang
berkaitan dengan masyarakat yaitu faktor sosial. Adanya faktor sosial masyarakat yang dilihat oleh para penari Jathilan menjadikan semakin
positif dengan melihat respek atau tanggapan dari masyarakat dengan
keberadaan mereka ditengah-tengah kemacetan dan kepadatan jalanan di Kota Semarang. Adapun tanggapan yang sangat bervariasi dari masyarakat
mengenai keberadaan penari Jathilan tersebut ditengah kepadatan lalulintas di jalanan Kota Semarang, seperti halnya tanggapan beberapa
pengguna jalan sebagai berikut “ menarik mas tapi kadang saya bingung mereka nari apa soalnya
saya juga tidak terlalu paham mengenai tari, kalau disodori besek ya saya kasih sebagai penghargaan saja mas…….Joko pengguna
jalan wawancara tanggal 4 Mei 2013”. Beberapa tanggapan masyarakat sangat memberikan apresiasinya
terhadap para penari Jathilan yang menarikan tariannya di jalanan sebagai sebuah upaya pelestarian kebudayaan yang ada di Jawa khususnya di Jawa
Tengah yang mulai tergerus oleh zaman. Pada zaman ini semua menjadi serba canggih dan serba modern dan manusia menjadi kurang peka dengan
keberadaan masyarakat lain disekitarnya. Kesenian seperti seni tradisional salah satunya yaitu seni tari Jathilan menjadi salah satu kesenian yang
terancam kepunahan oleh zaman yang semakin maju ini. Adapun pernyataan pengguna jalan yang kurang apresiasi atau
hanya cuek ketika penari Jathilan menyodorkan tempat uangnya adalah sebagai berikut
“saya lagi tidak ada uang kecil, lagi pula saya sedang sibuk mas mau cepet-cepet berangkat mas selain itu juga saya
kurang paham sama maksud dari tarian yang ditampilkan
jadi kurang menarik mas……Bowo pengguna jalan wawancara tanggal 4 Mei 2013”.
Tapi tidak jarang masyarakat yang memberikan sedikit uangnya untuk bisa diberikan kepada para penari Jathilan tersebut dengan dilihat
dengan penghasilan yang lumayan besar pada setiap penampilannya. Dengan melihat prospek dan pandangan masyarakat mengenai keberadaan
para penari Jathilan itu sendiri dimata masyarakat menjadikan para penari Jathilan ternyata dapat diterima baik oleh masyarakat luas dan menjadi
daya tarik tersendiri dengan kehadiran para penari Jathilan ditengah- tengah masyarakat Kota Semarang pada khususnya. Sehingga tidak
mengherankan apabila penari Jathilan di jalanan menjamur dan banyak terlihat dan terdapat pada beberapa sudut Kota Semarang yang tepatnya
pada perempatan-perempatan jalan raya yang ada di Kota Semarang.
E. Dampak Pementasan Tari Jathilan Di Jalanan Kota Semarang