Kajian tentang Komodifikasi Kesenian dan Budaya

sebagai media untuk bisa lebih memahami seberapa jauh perubahan yang terjadi pada kesenian tari Jathilan. Kajian lain mengenai kesenian tradisional di Jawa Tengah adalah buku yang berjudul Jaran Kepang koleksi museum Jawa Tengah Ronggowarsito yang di dalam buku tersebut menggambarkan mengenai sejarah dari Jaran Kepang itu sendiri, diantaranya mengenai ritual-ritual serta membahas mengenai tata cara pelaksanaan dan komposisi dari adanya pertunjukan kesenian Jaran Kepang, seperti pemain, perlengkapan pentas, sampai proses pementasan. Di dalam buku tersebut lengkap menggambarkan bagaimana sebuah kelompok kesenian Jaran Kepang mementaskan kesenian tersebut, serta fungsi- fungsi dari sesaji dan fungsi-fungsi dari setiap atribut yang di kenakan oleh para penari Jaran Kepang. Dari buku tersebut dapat membantu untuk peneliti lebih memahami mengenai kesenian tari Jaran Kepang itu sendiri, mulai dari pementasan, tatacara atau ritual yang dilakukan sebelum pementasan kesenian Jaran Kepang yang itu nantinya dapat pula digunakan sebagai pembanding dengan tatacara yang dilakukan oleh objek kajian peneliti yang berjudul Pementasan Tari Jathilan Di Jalanan Kota Semarang : Antara Subsistensi dan Komodifikasi.

2. Kajian tentang Komodifikasi Kesenian dan Budaya

Kajian tentang pementasan tari Jathilan di jalanan merupakan sebuah fenomena sosial yang terjadi di era globalisasi dimana di era ini, kesenian tidak lagi dipertunjukan di dalam acara-acara tertentu saja yang itu hanya digunakan sebagai alat kesenian saja, tetapi juga sekarang ini digunakan sebagai media untuk memenuhi kebutuhan hidup dan industri kesenian yang sangat menguntungkan atau yang biasa disebut dengan komodifikasi. Peneliti menemukan dari beberapa literatur yang saya temukan satu diantaranya yang sangat mendekati penelitian yang saya akan lakukan ialah skripsi dari Prastiwi 2011 yang berjudul Komodifikasi Tubuh Perempuan Dalam Industri Hiburan studi kasus pada sexy dancer dihugos café Semarang. Dalam tulisan tersebut, Prastiwi menceritakan dan mengungkapkan mengenai komodifikasi terhadap tubuh perempuan sebagai objeknya dan tidak hanya itu saja, Prastiwi dalam tulisannya juga menjelaskan mengenai latarbelakang apa saja yang menyebabkan para perempuan bersedia untuk melakukan pekerjaan yang dimana itu lebih menunjukkan kemolekan tubuh dari perempuan itu sendiri, di dalam tulisannya pun dia mengungkapkan mengenai proses perekrutan dari para penari sexy dancer itu sendiri, dan yang terakhir Prastiwi mengungkapkan pula mengenai dampak yang akan dengan adanya pengkomodifikasian tubuh perempuan itu sendiri. Ada beberapa kesamaan antara karya tulis atau skripsi yang akan peneliti tulis dengan skripsi yang telah ditulis oleh Prastiwi. Kami meneliti mengenai fenomena komodifikasi yang ada didalam masyarakat dengan objek penelitian yang hampir sama. Jika Prastiwi menjelaskan mengenai objek penari sexy dancer yang ada di café hugos Semarang, maka peneliti akan meneliti mengenai penari tradisional yaitu jathilan yang dipentaskan di jalanan Kota Semarang. Dalam penelitian ini, lebih menekankan pada pemahaman tentang fenomena sosial yaitu kehidupan jalanan yang memiliki keunikan tersendiri dan keberagaman kehidupan yang inovatif. Dengan adanya karya tulis Prastiwi tersebut membantu penulis dalam memahami makna komodifikasi dengan lebih baik sehingga dalam mengkaji dan menganalisis fenomena yang diteliti tidak mengalami kesulitan Prastiwi, 2011. Adapun kajian yang lainnya yang sama-sama mengkaji mengenai komodifikasi tentang kesenian dan budaya ialah hasil karya tulis disertasi yang ditulis oleh I Ketut Setiawan dengan judul Komodifikasi Pusaka Budaya Pura Tirta Empul dalam Konteks Pariwisata Global. Dalam karya ilmiahnya, Setiawan menjelaskan mengenai bagaimana proses komodifikasi yang terjadi pada objek wisata Pura Tirta Empul yang dahulu sebenarnya di gunakan sebagai tempat yang disakralkan oleh masyarakat sekarang beralih fungsi sebagai objek wisata yang sangat memiliki daya tarik yang kuat untuk menarik para wisatawan, diantaranya wisatawan domestik sampai wisatawan mancanegara datang untuk bisa mengunjunginya. Adanya peralihan fungsi dan pengeksploitasian yang terjadi dengan mengesampingkan unsur kesakralannya untuk meraup keuntungan dapat dilihat sebagai sebuah proses komodifikasi yang dilakukan masyarakat pada Pura Tirta Empul tersebut. Di dalam karya tulis tersebut peneliti dapat menjadikan hasil penelitian tersebut sebagai arahan dan dapat membantu menelaah lebih baik proses-proses komodifikasi, serta dapat membantu peneliti untuk memperkuat hasil analisis mengenai proses komodifikasi Setiawan, 2011.

B. Landasan Teori