Konsep Kesenjangan Dua model pertama Harrod-Domar dan Neo Klasik memberikan

Sedangkan pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan dalam GDP, tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil daripada tingkat pertambahan penduduk, atau apakah perubahan dalam struktur ekonomi berlaku atau tidak 3 . Keberhasilan pembangunan ekonomi menurut Todaro 2004 ditunjukkan oleh tiga nilai pokok yaitu : 1 perkembangan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pokoknya basic needs, 2 meningkatkan rasa harga diri self-esteem masyarakat sebagai manusia, dan 3 meningkatnya kemampuan masyarakat untuk memilih freedom from servitude yang merupakan salah satu dari hak asasi manusia. Ketiga hal tersebut merupakan tujuan pokok yang harus digapai oleh setiap orang dan masyarakat melalui pembangunan. Ketiganya berkaitan secara langsung dengan kebutuhan-kebutuhan manusia yang paling mendasar, yang terwujud dalam berbagai macam manifestasi bentuk dihampir semua masyarakat dan budaya sepanjang jaman.

2.2 Konsep Kesenjangan Dua model pertama Harrod-Domar dan Neo Klasik memberikan

perhatian khusus pada peranan kapital yang dapat direpresentasikan dengan kegiatan investasi yang ditanamkan pada suatu daerah. Dalam hal ini, kemampuan daerah untuk menarik kapital jelas sangat beragam sehingga akan berpengaruh pada kemampuan daerah untuk bertumbuh sekaligus menciptakan perbedaan dalam kemampuan menghasilkan pendapatan. Ketidakmerataan timbul, dimana 3 Sukirno Sadono, op. cit. , hal. 14. daerah-daerah yang relatif maju akan bertumbuh semakin cepat sementara daerah yang relatif kurang maju tingkat pertumbuhannya juga lambat. Adanya perbedaan kemajuan antar daerah dijelaskan Myrdal dalam teorinya, Myrdal berpendapat bahwa pembangunan ekonomi menghasilkan suatu proses sebab-menyebab sirkuler yang membuat si kaya mendapat keuntungan semakin banyak, dan mereka yang tertinggal menjadi semakin terhambat. Dampak balik backwash effects cenderung membesar dan dampak sebar spread effects cenderung mengecil. Secara kumulatif kecenderungan ini semakin memburuk ketimpangan internasional dan menyebabkan ketimpangan regional diantara negara-negara terbelakang Jhingan, 2003. Myrdal membangun teori keterbelakangan dan pembangunan ekonominya di sekitar ide ketimpangan regional pada taraf nasional dan internasional. Untuk menjelaskan hal itu ia memakai ide “backwash effects dan spread effects”. backwash effects didefinisikannya sebagai “semua perubahan yang bersifat merugikan...dari ekspansi ekonomi di suatu tempat...karena sebab-sebab di luar tempat itu. Dalam istilah ini, Jhingan 2003 memasukan dampak migrasi, perpindahan modal dan perdagangan serta keseluruhan dampak yang timbul dari proses sebab-musabab sirkuler antara faktor-faktor baik “nonekonomi” maupun “ekonomi”. Spread effects merujuk pada dampak momentum pembangunan yang menyebar secara sentrifugal dari pusat pengembangan ekonomi ke wilayah- wilayah lainnya. Sebab utama ketimpangan regional menurut Myrdal adalah kuatnya dampak balik backwash effects dan lemahnya dampak sebar Spread effects di negara terbelakang. Perpindahan modal cenderung meningkatkan ketimpangan regional, di wilayah maju permintaan yang meningkat akan merangsang investasi yang pada gilirannya akan meningkatkan pendapatan dan menyebabkan putaran kedua investasi dan seterusnya. Lingkup investasi yang lebih baik pada sentra-sentra perkembangan dapat menciptakan kelangkaan modal di wilayah terbelakang. Demikian Pula perdagangan akan cenderung menguntungkan wilayah maju dan merugikan wilayah kurang maju. Pembangunan industri di wilayah pertama dapat menghancurkan industri yang ada di wilayah terbelakang dan wilayah yang lebih miskin tetap menjadi wilayah agraris 4 . Berdasarkan tingkat kemajuannya, wilayah-wilayah dalam suatu negara dapat dikelompokan secara ringkas sebagai berikut Hanafiah, 1988: 1. Wilayah yang terlalu maju, terutama kota-kota besar dimana terdapat batas pertumbuhan atau polarisasi. 2. Wilayah netral, dicirikan dengan tingkat pendapatan dan kesempatan kerja yang tinggi, tidak ada kesesakan dan tekanan ongkos sosial. Wilayah ini merupakan satelit bagi wilayah yang telah maju. 3. Wilayah sedang, dicirikan oleh distribusi pendapatan dan kesempatan kerja yang relatif baik dan gambaran kombinasi antara daerah maju dan daerah kurang maju, dimana ditemui pula pengangguran dan kelompok masyarakat miskin. 4 Ibid, halaman 213 4. Wilayah kurang berkembang, dicirikan dengan tingkat pertumbuhan yang jauh dibawah tingkat pertumbuhan nasional dan tidak ada tanda-tanda untuk mengejar pertumbuhan dan pembangunan nasional. 5. Wilayah tidak berkembang, dicirikan oleh industri modern tidak pernah dapat berkembang dalam berbagai skala. Umumnya ditandai oleh daerah pertanian dengan usahatani subsisten dan kecil, berpenduduk jarang dan tersebar dan tidak terdapat kota atau konsentrasi permukiman yang relatif besar. Berdasarkan perbedaan kemajuan suatu wilayah untuk tumbuh, maka akan timbul suatu trade-off antara pertumbuhan dan kesenjangan ekonomi atau berdasarkan kerangka pemikiran yang melandasi “Hipotesis Kuznets”. Dengan memakai data lintas negara dan data deret waktu dari sejumlah survei atau observasi di setiap negara, Simon Kuznets menemukan adanya suatu relasi antara kesenjangan pendapatan dan tingkat pendapatan perkapita yang berbentuk U terbalik. Pada awal proses pembangunan, ketimpangan pendapatan bertambah besar sebagai akibat dari proses urbanisasi dan industrialisasi, namun setelah itu pada tingkat pembangunan yang lebih tinggi atau akhir dari proses pembangunan ketimpangan menurun, yakni pada saat sektor industri di perkotaan sudah dapat menyerap sebagian besar dari L yang datang dari pedesaan sektor pertanian, atau pada saat pangsa pertanian lebih kecil di dalam produksi dan penciptaan pendapatan Tambunan, 2003. Tingkat Kesenjangan 0 Tingkat Pendapatan Per Kapita Tingkat Pembangunan Periode Gambar 1. Kurva “U” Terbalik Hipotesis Kuznets Sumber: Tambunan, 2003

2.3 Penelitian Terdahulu