V. GAMBARAN UMUM
5.1 Keadaan Geografi
Propinsi Jawa Barat mencakup wilayah daratan seluas 3.710.061,32 hektar dan garis pantai sepanjang 755,829 km. Secara topografis, Jawa Barat dibagi
menjadi tiga kawasan, yaitu: daerah dataran rendah di kawasan Utara, daerah berbukit-bukit dengan sedikit pantai di Selatan dan dataran tinggi bergunung-
gunung di kawasan Tengah. Ciri utama daratan ‘Tanah Pasundan” ini adalah bagian dari busur kepulauan gunung api baik aktif maupun tidak aktif,
membentang dari ujung utara Pulau Sumatera hingga ujung utara Pulau Sulawesi. Daratan dapat dibedakan atas wilayah pegunungan curam 9,5 persen dari total
luas wilayah Jawa Barat di bagian Selatan dengan ketinggian lebih dari 1.500 m dpl, wilayah lereng bukit yang landai 36,48 persen di bagian Tengah dengan
ketinggian 10-1.500 m dpl, dan wilayah dataran luas 54,03 persen di bagian Utara dengan ketinggian 0-10 m dpl. Tutupan lahan terluas di Jawa Barat berupa
kebun campuran 22,89 persen dari luas wilayah Jawa Barat, sawah 20,27 persen, sementara hutan primer dan hutan sekunder di Jawa Barat hanya 15,93
persen dari seluruh luas wilayah Jawa Barat BPS, 2007. Iklim Jawa Barat tropis, dengan suhu rata-rata berkisar antara 19-28 ºC
dengan kelembaban udara antara 76–89 persen. Data BMG tahun 2006 mengungkapkan bahwa curah huujan rata-rata berada pada rentang 1.000–3.247
mm per tahun dengan kecepatan angin 2,5 – 5,0 knot. Jawa Barat dialiri 39 sungai, 661 waduksitu, dan 34 buah empang. Potensi
air permukaan yang dimiliki sebesar 115,5 juta m
3
dan mengaliri wilayah seluas 39,6 ribu km
2
. Air permukaan tersebut dimanfaatkan untuk kebutuhan industri, pertanian dan air minum.
5.2 Keadaan Ekonomi 5.2.1 Perkembangan PDRB Propinsi Jawa Barat
Pada tahun 2006 perekonomian Jawa Barat atas dasar harga konstan termasuk migas mengalami pertumbuhan positif sebesar 6,01 persen dan
merupakan pertumbuhan tertinggi, selama periode tahun 2004 sampai 2006. Pertumbuhan tersebut didukung oleh pertumbuhan positif oleh semua sektor
kecuali sektor pertanian dan sektor pertambangan dan penggalian yang mengalami pertumbuhan sebesar -0,62 persen dan -2,46 persen. Pertumbuhan tertinggi
dicapai oleh sektor industri yang mampu tumbuh sebesar 8,52 persen. Selanjutnya diikuti oleh sektor jasa-jasa dan sektor pengangkutan dan komunikasi dengan
pertumbuhan masing-masing sebesar 8,20 persen dan 6,88 persen. Kontribusi terbesar terhadap PDRB Jawa Barat pada tahun 2006 diberikan oleh sektor
industri pengolahan sebesar 45,24 persen diikuti oleh sektor perdagangan, Hotel dan Restoran sebesar 19,40 persen BPS, 2007.
5.2.2 Perkembangan Investasi dan Penanaman Modal Propinsi Jawa Barat
Pendorong utama bagi pertumbuhan ekonomi salah satunya adalah investasi yang bersumber dari dunia usaha, termasuk Penanaman Modal Asing
PMA dan Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN. Pada periode waktu tahun
2004–2006, jumlah realisasi proyek baik PMA maupun PMDN menunjukan fluktuasi, walaupun dari sisi nilai investasi menunjukan peningkatan Tabel 5.
Tabel 5. Perkembangan Penanaman Modal Dalam Negeri dan Modal Asing di Jawa Barat
PMDN PMA Tahun
Tenaga Kerja Investasi Rp
Tenaga Kerja Investasi Rp
2003 9846 2851741105 43087 10144873531 2004 18029 3424380048 40252 10721696238
2005 40038 4210731786 57794 14160258538 2006 11120 5252474330 58462 16828868491
Jumlah 79033 15739327268 199595 51855696797
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2007
Pada tahun 2006, total investasi terbesar ditanamkan di Kabupaten Bekasi sebesar Rp. 10,549 triliun yang menyerap tenaga kerja sebanyak 27 ribu orang.
Sektor sekunder, khususnya sektor industri logam, mesin dan elektronik, merupakan sektor terbesar yang memberikan kontribusi terhadap investasi di Jawa
Barat.
Gambar 4. Perkembangan Realisasi Investasi PMA dan PMDN
Sumber: Badan Pusat Statistik diolah
5.2.3 Perdagangan dan Perindustrian
Sarana perdagangan dibagi berdasarkan jenis pasar, yaitu pasar tradisional dan pasar modern. Kedua jenis pasar tersebut di Jawa Barat pada periode 2004
sampai 2006, menunjukan peningkatan jumlah. Namun laju perkembangannya memperlihatkan bahwa pasar modern berkembang lebih cepat dibandingkan pasar
tradisional.
Tabel 6. Sarana Perdagangan Di Jawa Barat Berdasarkan Jenis Pasar
Tahun Pasar Tradisional
buah Pasar Swalayan buah
2004 525 348
2005 546 410
2006 592 724
Sumber: Badan Pusat Statistik, 2007
Pada umumnya industri di Jawa Barat berorientasi ekspor, sehingga secara makro dapat meningkatkan penerimaan negara dalam bentuk devisa. Di Jawa
Barat kini tersebar 196.810 unit industri terdiri atas 3.253 industri besar dan 193.557 industri kecil dan menengah dengan total investasi Rp. 61.073 milyar.
Kabupaten Bandung paling banyak menampung para pengusaha industri ini, pada tahun 2006 tercatat ada sebanyak 13.019 industri, terdiri atas 11.834 industri kecil
dan menengah serta terdapat 1.185 industri besar BPS, 2007.
5.3 Kependudukan dan Ketenagakerjaan