Perancangan Fasilitas Pendukung Olahraga Kawasan Ekonomi Khusus Idea Land, Teluk Dalam-Nias Selatan (Arsitektur Post Modern)

(1)

LAND, TELUK DALAM-NIAS SELATAN

(ARSITEKTUR POST MODERN)

SKRIPSI

OLEH

MIRZA AKBAR NASUTION

110406093

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015


(2)

PERANCANGAN FASILITAS PENDUKUNG

OLAHRAGA KAWASAN EKONOMI KHUSUS IDEA

LAND, TELUK DALAM-NIAS SELATAN

(ARSITEKTUR POST MODERN)

SKRIPSI

OLEH

MIRZA AKBAR NASUTION

110406093

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015


(3)

IDEA LAND, TELUK DALAM-NIAS SELATAN

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik di Departemen Arsitektur

Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara

Oleh

MIRZA AKBAR NASUTION

110406093

DEPARTEMEN ARSITEKTUR

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2015


(4)

v

PERNYATAAN

PERANCANGAN FASILITAS PENDUKUNG

OLAHRAGA KAWASAN EKONOMI KHUSUS IDEA

LAND, TELUK DALAM-NIAS SELATAN

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yan pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Agustus 2015


(5)

Judul Skripsi : PERANCANGAN FASILITAS PENDUKUNG

OLAHRAGA KAWASAN EKONOMI

KHSUSUS PARIWISATA IDEA LAND,

TELUK DALAM-NIAS SELATAN.

Nama Mahasiswa : Mirza Akbar Nasution

Nomor Pokok : 110406093

Program Studi : Arsitektur

Tanggal Lulus : 13 Juli 2015 Koordinator Skripsi,

Ir. N Vinky Rahman, MT NIP. 196606221997021001

Ketua Departemen Arsitektur,

Ir. N Vinky Rahman, MT NIP. 196606221997021001 Menyerujui

Dosen Pembimbing,

Firman Eddy, ST, MT NIP. 196910182000031001


(6)

vii Telah diuji pada

Tanggal: 13 Juli 2015

Panitia Penguji Skripsi

Ketua Komisi Penguji : Firman Eddy, ST, MT

Anggota Komisi Penguji : 1. Imam Faisal Pane, ST, MT


(7)

SURAT HASIL PENILAIAN PROYEK TUGAS AKHIR

(SHP2A)

Nama : Mirza Akbar Nasution

NIM : 11 0406 093

Judul Proyek Tugas Akhir : PERANCANGAN FASILITAS

PENDUKUNG OLAHRAGA KAWASAN EKONOMI KHUSUS PARIWISATA IDEA LAND, TELUK DALAM-NIAS SELATAN

Tema : Arsitektur Postmodern

Rekapitulasi Nilai :

A B+ B C+ C D E

Dengan ini mahasiswa yang bersangkutan dinyatakan:

No. Status

Waktu Pengumpulan Laporan Paraf Pembimbing I Paraf Pembimbing II Koordinator RTA-4231

1. Lulus Langsung

2. Lulus Melengkapi

3. Perbaikan Tanpa

Sidang

4. Perbaikan Dengan

Sidang

5. Tidak Lulus

Medan, Agustus 2015

Ketua Departemen Arsitektur

Ir. N Vinky Rahman, MT ______________________________________________________________________________

Koordinator Tugas Akhir

Ir. N Vinky Rahman, MT ___________________________________________________________________________


(8)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan ridha-Nya saya dapat menyelesaikan rangkaian tugas akhir ini. Penulisan skripsi ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana pada program studi Arsitektur Departement Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Judul yang saya ajukan PERANCANGAN FUNGSI PENDUKUNG FASILITAS OLAHRAGA DI KAWASAN EKONOMI KHUSUS PARIWISATA IDEA

LAND TELUK DALAM-NIAS SELATAN.

Dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya:

 Bapak Firman Eddy ST. M.T, Selaku dosen pembimbing, terima kasih

untuk semua kritik, dan saran kesempatan yang telah bapak berikan.

 Bapak Imam Faisal Pane, ST, MT dan Hajar Suwantoro, ST, MT Selaku

dosen penguji I & II untuk kritik dan saran yang bapak berikan saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.

 Kedua orangtua penulis H. Ichsan T. Nst dan Hj. Purnama Dewi Trg untuk

semua doa, semangat, perhatian yang selalu menyertai ananda, terimakasih banyak.

 Terima kasih banyak teruntuk Hj. Hanna Suryani Nst dan Hj. Mufida


(9)

 Adik-adik penulis Habib Akmal Nst dan Jihan Zhafira Nst dan seluruh keluarga besar yang selalu mendukung penulis dalam bentuk apapun.

 Sahabat-sahabat penulis Aulia Adam, Oky Christovani, Taty Dwi Setya,

Fitri Ameitasari, dkk. Atas seluruh semangat, doa, dan dukungan yang telah diberikan, terimakasih banyak.

 Terimakasih juga untuk Anita Octaria, Hermilio MEN, Gina Primta,

Debby Anastasya, dan Neni Christy dan teman-teman stambuk 2011 yang telah membuat hari-hari yang penulis lalui terasa mudah untuk dilalui.

 Teman-teman kelompok 12 & 8 Novita, Josua, Jimmy, Fidian, Devi L,

Devi N, Dimas, dan Hanifatul yang telah bersama-sama melalui rangkaian

tugas ini. Terima kasih untuk kerjasamanya, we did a great job guys.

Kiranya Allah SWT memberikan dan membalas segala bentuk kebaikan yang telah diberikan pada penulis.

Penulis sangat menyadari bahwa skripsi ini memiliki banyak sisi kelemahan. Karenanya penulis mengharapkan segala bentuk kritik dan saran untuk penyempurnaan skripsi ini kedepannya. Penulis berharap skripsi ini dapat meberikan sumbangsih dalam perkembangan imu pegetahuan khususunya dalam lingkup Departemen Arsitektur USU.

Medan, Agustus 2015 Penulis,


(10)

xi DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

ABSTRAK ... xvii

ABSTRACT ... xviii

PROLOG ... 1

BAB I AWAL MULA ... 3

1.1 Latar belakang ... 3

1.2 Maksud dan tujuan ... 5

1.3 Masalah perancangan ... 6

1.4 Kasus proyek ... 7

1.5 Tema proyek ... 7

1.6 Pendekatan ... 1.7 Manfaat ... BAB II LANGKAH AWAL ... 9

2.1 Analisa sirkulasi ... 10

2.2 Analisa kebisingan ... 11

2.3 Analisa iklim ... 12

2.4 Analisa view ke luar tapak ... 14

2.5 Analisa view ke dalam tapak ... 15

2.6 Analisa vegetasi ... 16

BAB III PERSPEKTIF BERBEDA ... 18

3.1 Ciputra world 1 ... 18

3.2 Youth olympic village, singapura ... 20

3.3 Masjid raya sumatera barat ... 21

BAB IV AKURASI LOMPATAN ... 27

4.1 Wisma dan mess atlet ... 27


(11)

BAB V PERCEPAT LANGKAH ... 34

BAB VI INDERA ... 56

BAB VII TALK THE TALK ... 64

BAB VIII AWAL YANG LAIN... 67


(12)

xiii

DAFTAR TABEL

No Judul Hal.

4.1 Jumlah Total Unit Mess & Wisma Atlet ... 28

4.2 Standar Hotel Bintang 4 ... 30

4.3 Klasifikasi Kamar Hotel ... 31


(13)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Hal.

2.1 Peta Lokasi Lahan ... 9

2.2 Kondisi Lahan Kawasan ... 10

2.1.1 Jalur Sirkulasi Eksisting ... 11

2.3.1 Pergerakan Matahari ... 13

2.3.2 Perletakan Kolam Dan Elemen Vegetasi ... 13

2.4.1 Analisa View Ke Luar Tapak ... 14

2.5.1 Pandangan Mata Burung Mess Atlet ... 16

2.6.1 Penataan Vegetasi Pada Wisma Atlet ... 17

3.1.1 Superblock Ciputra World (Sumber: ... 18

3.1.2 Pembagian Menara Ciputra World 1 ( ... 19

3.2.1 Suasana Kawasan Youth Olympic Village, Singapore ... 20

3.3.1 Majsid Raya Sumatera Barat ... 21

3.3.2 Perpaduan Ornamen lokal dan kaligrafi ... 23

3.4 Kondisi r. Jemur wisma atlet gelora ragunan ... 23

5.1 Perspektif Fungsi Pendukung Fasilitas Olahraga ... 37

5.2 Salah Satu Sudut Kota Venice-Italia ... 35

5.3 Penzoningan Kawasan ... 37

5.4 Konsep Massa Bangunan ... 38

5.5 Konsep Sirkulasi Wisma Atlet ... 39

5.6 Konsep Sirkulasi Mix Use Building ... 40

5.7 Konsep Sirkulasi Mess Atlet ... 41

5.8 Denah Lantai Dasar Wisma Atlet ... 42

5.9 Denah Tipikal Wisma Lantai 1-3 ... 43

5.10 Unit Kamar Dengan Balkon ... 44

5.11 Unit Kamar Tanpa Balkon ... 44

5.12 Denah Basement MED. Building ... 45

5.13 Denah Lantai Dasar MED. Building ... 46

5.14 Denah Lantai Satu MED. Building ... 47


(14)

xv

5.16 Denah Lantai Tiga MED. Building ... 49

5.17 Denah Lantai Empat MED. Building ... 49

5.18 Denah Lantai Lima MED. Building ... 50

5,19 Unit Kamar Standard Dan Deluxe Hotel ... 51

5.20 Unit Kamar Suite Hotel ... 51

5.21 Denah Lantai Enam MED. Building ... 52

5.22 Denah Tipikal Lantai Tujuh-Sembilan MED. Building ... 52

5.23 Unit Apartemen Dua & Satu Kamar ... 53

5.24 Denah Tipikal Lantai Sepuluh-Tiga Belas MED. Building ... 53

5.25 Denah Lantai Dasar Mess Atlet ... 54

5.26 Perspektif Unit Kamar Mess Atlet ... 55

5.27 Denah Lantai Tipikal Satu-Tiga Mess Atlet ... 55

6.1 Sistem Struktur Mix Use Building ... 56

6.2 Sistem Distribusi Listrik Pada Wisma Atlet ... 57

6.3 Sistem Distribusi Listrik Pada Mess Atlet ... 57

6.4 Sistem Distribusi Listrik Pada Mix Use Building ... 58

6.6 Sistem Distribusi Air Bersih Pada Mess Atlet ... 59

6.7 Sistem Distribusi Air Bersih Pada Mix Use Building ... 60

6.8 Sistem Pembuangan Air Kotor Berat Pada Wisma Atlet ... 60

6.9 Pembuangan Air Kotor Berat Pada Mess Atlet ... 61

6.10 Sitem Pembuangan Air Kotor Berat Pada Mix Use Building ... 61

6.11 Core Tangga Kebakaran ... 62

6.12 Pembagian Zona Pada Wisma Atlet ... 63

6.13 Pembagian Zona Pada Mix Use Building ... 63

6.14 Pembagian Zona Pada Mess Atlet ... 63


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Hal.

Tabel luas ruangan mix use building ... 72

Tabel luas ruangan wisma atlet ... 78

Tabel luas ruangan mess atlet ... 78

Lampiran 1 ... 78

Lampiran 2 ... 79

Lampiran 3 ... 80

Lampiran 4 ... 81

Lampiran 5 ... 822

Lampiran 6 ... 83

Lampiran 7 ... 84

Lampiran 8 ... 85

Lampiran 9 ... 89

Lampiran 10 ... 90

Lampiran 11 ... 91

Lampiran 12 ... 92

Lampiran 13 ... 93

Lampiran 14 ... 94


(16)

xvii ABSTRAK

Seperti yang tertuang dalam undang-undang mengenai sistem

keolahragaan nasional, UU No. 3 tahun 2005 dijelaskan bahwa setiap warga negara memiliki hak memperoleh pelayanan dan kegiatan olahraga. Hal ini lah yang mengatur dan mendasari munculnya beragam fasilitas-fasilitas olahraga di Indonesia. Seperti yang tertulis pada judul, tulisan ini lebih berfokus pada fungsi-fungsi pendukung di kawasan pusat olahraga. Dalam kondisi tertentu fasilitas pendukung sangat diperlukan guna menunjang keberadaan suatu pusat olahraga Dalam hal ini fasilitas pendukung yang didesain dan difungsikan untuk memenuhi kebutuhan pelaku olahraga dalam hal tempat tinggal. Hal ini sangat diperlukan bila diadakannya kegiatan keolahragaan dalam tingkat tertentu yang mendatangkan pelaku olahraga dari luar kota ataupun provinsi. Tentunya kebutuhan tadi harus difasilitasi dengan pertimbangan jarak, kebutuhan, dan beragam aspek lainnya. Pemikiran-pemikiran diataslah yang mendasari adanya fasilitas pendukung berupa tempat tinggal yang disediakan untuk seluruh lapisan pelaku olahraga yang nantinya akan diwakili melalui keberadaan mess atlet, wisma atlet, dan Bangunan Ragam Fungsi (hotel, apartemen, kantor, dan retail komersil).

Kata Kunci : Nias Selatan, Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata,Arsitektur Postmodern, Fasilitas Pendukung Pusat Olahraga, Wisma Atlet, Mess Atlet, Bangunan fungsi campuran.


(17)

ABSTRACT

As stipulated in the national constitutions about sports system, UU No. 3 tahun 2005 explained that every citizen has the right to receive services and sports activities. This is what set and underlying the emergence of various sports facilities in Indonesia. As written in the title, this article focuses more on support functions in the sports center. Under certain conditions the supporting facilities is needed to support the exsistence of a sport center. In this case, supporting facilities that are designed to function to fulfill the needs of sport people in terms of a place to stay. It is very necessary when the holdin of sports activities that bring in a certain level sports people from out of town or province. This needs certainly had to be facilitated by consideration of distance, needs, and various other aspects. Thoughts on top of the one that underlie their support facilities in the form of shelter is provided for all levels of sport people who will be represented by the presence of athlete mess, wisma athlete, and mix use building (hotels, apartments, offices, and retail commercial).

Keywords : South Nias, Special Economic Zone Tourism, Postmodern Architecture, Support Facilities Sports Center, Wisma Athletes, Atheletes Mess, Mixed Use Building.


(18)

1 PROLOG

Pulau Nias terletak dibagian barat provinsi Sumatera Utara dengan luas

4.88% dari luas total provinsi tersebut (5.625 km2) Pulau Nias dapat dicapai

melalui jalur udara dari Bandara Internasional Kualanamu dengan beberapa penerbangan komersil dengan waktu tempuh selama 45 menit. Selain melalui jalur udara pulau ini dapat dicapai dengan jalur laut melalui pelabuhan Sibolga. Pulau yang dibagian baratnya berbatasan langsung dengan Samudra Hindia ini memiliki kekayaan alam yang sangat menakjubkan.

Selain kekayaan alam dan keindahan alamnya yang telah mendunia, Nias

juga memiliki beragam warisan budaya berupa kebudayaan megalithikum (zaman

batu besar), seni dan budaya lokal berupa tarian, dan desa-desa adat yang masih mempertahankan keasliannya bahkan Bawômataluo (salah satu desa adat di kabupaten Nias Selatan) masuk dalam daftar situs cagar budaya warisan dunia pada tahun 2009 silam. Ironisnya semua kekayaan yang dititipkan pada generasi

sekarang ini kurang dimanfaatkan. Didasari oleh pemikiran tersebut penulis dan

rekan-rekan kelompok memiliki gagasan untuk merancang sebuah kawasan terpadu yang bergerak di bidang pariwisata. Sektor pariwisata dipilih karena kami menganggap bila sektor pariwisata diangkat secara tidak langsung juga akan mengangkat berbagai lini kehidupan lainnya baik itu ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan lain sebagainya.


(19)

Kawasan ekonomi khusus pariwisata pun dipilih karena dinilai mewakili pemikiran diatas dan membantu dalam tercapainya tujuan. Untuk memberikan kesan yang berbeda dengan kota ataupun kawasan-kawsan terpadu yang telah ada sebelumnya kami mengangkat keunikan arsitektur Nias Selatan melalui tema Arsitektur postmodern. Pemilihan tema tersebut dilandasi oleh kekhawatiran bahwa dewasa ini banyak kota-kota yang tidak memiliki identitas kawasan. Menurut penulis hal tersebut dikarenakan tidak adanya penataan kota yang baik. Karenanya, sektor komersial menjamur di jalan-jalan protokol di tiap-tiap kota khususnya di Provinsi Sumatera Utara.

Tema post modern tadi akan memadukan kearifan lokal Nias Selatan

dengan Arsitektur kolonial. Mengapa memilih Arsitektur kolonial? Arsitektur kolonial dipilih untuk menguatkan potensi kawasan yang ada, dimana lahan

eksisting kawasan terdapat kanal-kanal buatan yang nantinya akan

menghubungkan beberapa tempat di kawasan terpadu ini. Terinspirasi dari kota Venice di Italia keberadaan kanal tadi akan diperluas aksesnya sehingga dapat menjangkau beberapa kawasan yang nantinya mampu dilalui oleh gondola yang diharapkan mampu memberikan kesan pada wisatawan dan menjadi transportasi alternatif bagi warga lokal. Kekayaan sumber daya alam yang melimpah, budaya yang otentik, serta perpaduan Arsitektur postmodern dan kolonial diharapkan mampu mencatatkan kawasan ini sebagai sebuah lokasi alternatif baru di Provinsi Sumatera Utara nantinya.


(20)

xvii ABSTRAK

Seperti yang tertuang dalam undang-undang mengenai sistem

keolahragaan nasional, UU No. 3 tahun 2005 dijelaskan bahwa setiap warga negara memiliki hak memperoleh pelayanan dan kegiatan olahraga. Hal ini lah yang mengatur dan mendasari munculnya beragam fasilitas-fasilitas olahraga di Indonesia. Seperti yang tertulis pada judul, tulisan ini lebih berfokus pada fungsi-fungsi pendukung di kawasan pusat olahraga. Dalam kondisi tertentu fasilitas pendukung sangat diperlukan guna menunjang keberadaan suatu pusat olahraga Dalam hal ini fasilitas pendukung yang didesain dan difungsikan untuk memenuhi kebutuhan pelaku olahraga dalam hal tempat tinggal. Hal ini sangat diperlukan bila diadakannya kegiatan keolahragaan dalam tingkat tertentu yang mendatangkan pelaku olahraga dari luar kota ataupun provinsi. Tentunya kebutuhan tadi harus difasilitasi dengan pertimbangan jarak, kebutuhan, dan beragam aspek lainnya. Pemikiran-pemikiran diataslah yang mendasari adanya fasilitas pendukung berupa tempat tinggal yang disediakan untuk seluruh lapisan pelaku olahraga yang nantinya akan diwakili melalui keberadaan mess atlet, wisma atlet, dan Bangunan Ragam Fungsi (hotel, apartemen, kantor, dan retail komersil).

Kata Kunci : Nias Selatan, Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata,Arsitektur Postmodern, Fasilitas Pendukung Pusat Olahraga, Wisma Atlet, Mess Atlet, Bangunan fungsi campuran.


(21)

ABSTRACT

As stipulated in the national constitutions about sports system, UU No. 3 tahun 2005 explained that every citizen has the right to receive services and sports activities. This is what set and underlying the emergence of various sports facilities in Indonesia. As written in the title, this article focuses more on support functions in the sports center. Under certain conditions the supporting facilities is needed to support the exsistence of a sport center. In this case, supporting facilities that are designed to function to fulfill the needs of sport people in terms of a place to stay. It is very necessary when the holdin of sports activities that bring in a certain level sports people from out of town or province. This needs certainly had to be facilitated by consideration of distance, needs, and various other aspects. Thoughts on top of the one that underlie their support facilities in the form of shelter is provided for all levels of sport people who will be represented by the presence of athlete mess, wisma athlete, and mix use building (hotels, apartments, offices, and retail commercial).

Keywords : South Nias, Special Economic Zone Tourism, Postmodern Architecture, Support Facilities Sports Center, Wisma Athletes, Atheletes Mess, Mixed Use Building.


(22)

3

BAB I AWAL MULA

1.1LATAR BELAKANG

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Olahraga memiliki pengertian sebagai gerak badan untuk menguatkan dan menyehatkan tubuh (seperti sepak bola, berenang, lempar lembing). Dewasa ini dunia olahraga terus mengalami perkembangan tidak sedikit pula mkasyarakat-masyarakat Indonesia khususnya yang berdomisili di kota besar menjadikan olahraga sebagai gaya hidup mereka yang memang dapat menghasilkan manfaat bagi tubuh pelakunya.

Karena pentingnya olahraga segala peraturan dan tata tertib yang mengikutinya tertuang pada undang-undang mengenai sistem keolahragaan nasional, UU No. 3 tahun 2005. Pada bab vi undang-undang mengenai sistem keolahragaan nasional, UU No. 3 tahun 2005 dijelaskan mengenai ruang lingkup olahraga yang diklasifikasikan menjadi tiga jenis yakni;

- Olahraga Pendidikan adalah kegiatan olahraga yang diselengarakan

sebagai bagian dari proses pendidikan. Dimana olahraga tersebut dilaksanakan baik pada jalur pendidikan formal maupun nonformal melalui kegiatan ekstrakulikuler maupun intrakulikuler.

- Olahraga rekreasi adalah kegiatan olahraga yang dilaksanakan sebagai

bagian dari proses pemulihan kesehatan dan kebugaran yang

dilaksanakan oleh perorangan, satuan pendidikan, lembaga,


(23)

- Olahraga prestasi adalah kegiatan olahraga yang dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan potensi olahragawan dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat bangsa. Olahraga prestasi dilakukan oleh tiap orang yang memiliki bakat, kemampuan, dan potensi untuk mencapai prestasi.

Seperti yang tertuang pada poin tiga diatas mengenai olahraga prestasi, untuk memfasiltasi meningkatkan potensi dan kemampuan dari para olahragawan dibuatlah beragai kegiatan olahraga baik yang berskala kota, provinsi, hingga nasional. Dikarenakan hal diatas olahraga dapat memperngaruhi citra suatu negara, dimana negara yang memiliki prestasi olahraga yang baik akan mendapatkan pandangan positif dari negara lainnya dan begitupun sebaliknya.

Dewasa ini prestasi olahraga Indonesia sedang dalam kondisi yang kurang baik hal ini seolah menjadi virus yang menyebar ke berbagai cabang olahraga seperti sepak bola, bulutangkis, serta cabang cabang lainnya. Pernyataan tersebut didukung dengan data perolehan medali Indonesia pada Sea Games ke-28 silam yang berlangsung di Singapura, dimana Indonesia harus puas berada di urutan ke lima dengan menyumbangkan 47 emas, 61 perak, dan 74 perunggu. Melihat hasil yang di raih pada ajang Sea Games 2015 ini banyak pihak yang merasa kecewa dengan hasil yang di raih oleh tim nasioanal walaupun secara jumlah perolehan medali sudah mengalami peningkatan.

Penurunan prestasi ini menjadi masalah serius yang harus segera ditanggulangi agar efek yang ditimbulkan tidak terus berlangsung. Hal ini menjadi


(24)

penting guna menciptakan citra yang baik bagi bangsa dan negara Indonesia di mata dunia. Oleh karenanya, untuk meningkatkan prestasi, kwalitas dan kemampuan para pelaku olahraga Indonesia dibutuhkan fasilitas-fasilitas pendukung olahraga yang baik guna memfasilitasi para atlet agar tercapainya tujuan tersebut.

1.2MAKSUD DAN TUJUAN

Adapun maksud dan tujuan yang ingin dicapai dalam proyek ini ialah:

- Memfasilitasi kebutuhan pelaku olahraga yang sedang

berkompetisi/berkegiatan di kawasan ekonomi khusus pariwisata idea land, Teluk Dalam-Nias Selatan.

- Dapat dijadikan rujukan dalam proses perancangan dan pengerjaan

bangunan terkait sehingga dapat meningkatkan kwalitas fungsi pendukung pada fasilitas olahraga nantinya.

- Menciptakan bangunan yang menarik secara arsitektural yang

mengusung tema post modern dan mengangkat kearifan lokal masyarakat Nias Selatan.

- Menciptakan fungsi pendukung fasilitas olahraga yang terintegrasi

sehingga mempermudah parapelaku olahraga khususnya dari segi aksesibilitas.

- Memberikan pengalaman bermalam yang berbeda bagi para pelaku


(25)

1.3MASALAH PERANCANGAN

Adapun masalah-masalah yang mungkin dihadapi selama proses perancangan fasilitas pendukung fungsi olahraga ini adalah bagaimana merancang

fungsi pendukung fasilitas olahraga berupa mess atlet, mix use building dan

wisma atlet yang dimana ketiganya memiliki kebutuhan ruang, sistem, dan pendekatan desain yang berbeda-beda. Adapaun permasalahan pada kasus ini adalah:

Permasalahan umum:

 Bagaimana mendesain fungsi pendukung fasilitas olahraga yang terdiri

atas beberapa bangunan (mess atlet, mix use building dan wisma atlet),

dimana ketiga bangunan tersebut membutuhkan ruang, bentuk massa, dan pendekatan desain yang berbeda.

Permasalahan khusus:

 Penentuan bentuk massa yang sesuai untuk fungsi terkait sekaligus

menyatu dengan bangunan dan kawasan yang ada di sekitarnya.

 Menentapkan kebutuhan ruang dan besarannya yang sesuai dan dapat

memfasilitasi aktivitas yang akan berlangsung di bangunan tersebut.

 Menciptakan tampak bangunan yang menarik sehingga memberikan citra

yang baik bagi estetika kota secara keseluruhan.

 Mencari dan menerapkan sistem struktur yang sesuai untuk diterapkan


(26)

 Menerapkan tema post modern yang mengangkat kearifan lokal masyarakat Nias Selatan namun juga sekaligus memiliki elemen-elemen Arsitektur klasik sebagai salah satu aspek dari tema itu sendiri.

1.4KASUS PROYEK

Proyek yang dirancang ialah pembangunan fungsi pendukung fasilitas olahraga di kabupaten Nias Selatan, dimana fungsi-fungsi tersebut terdiri dari

mess atlet, mix use building dan wisma atlet. Yang mana nantinya fungsi yang ada

akan mempu memfasilitasi kebutuhan para atlet yang sedang berkompetisi di Nias Selatan sekaligus membuat kabupaten ini mampu menyelenggarakan kegiatan-kegiatan olahraga dalam ruang lingkup tertentu.

1.5TEMA PROYEK

Tema yang digunakan pada proyek ini adalah arsitektur post modern, dimana sesuai dengan salah satu ciri arsitektur post modern yang merupakan

gabungan dari dua langgam arsitektur (double coding of style).

1.6PENDEKATAN

Pendekatan yang penulis lakukan dalam perancangan fungsi pendukung fasilitas olahraga ini adalah dengan melakukan studi pustaka, untuk memberikan pemahaman mengenai analisa, konsep perancanga, kebutuhan ruang, dan hal lainnya yang perlu diketahui dan dipahami dalam merancang fungsi terkait. Selain itu untuk mempermudah proses analisa lahan dan penelaahan kebudayan


(27)

masyarakat Nias Selatan penulis dan tim melakukan kunjungan ke lahan proyek dan desa-desa adat yang ada di Nias Selatan guna mengenal karakteristik lahan dan bersentuhan langsung dengan kearifan lokal masyarakat Nias Selatan.

Pada akhirnya pendekatan yang dilakukan mempertajam aspek berikut:

1. Pemahaman mengenai jenis bangunan, fasilitas dan ruang-ruang yang

dibutuhkan dalam tiap bangunan pendukung fasilitas olahraga.

2. Pentingnya bangunan terhadap sebuah fasilitas olahraga dan bagaimana

cara mengintergrasikannya

3. Mengenal budaya lokal Nias Selatan dan cara memadukannya dengan

Arsitektur kolonial untuk diterjemahkan pada bangunan melalui Arsitektur Post Modern.

4. Studi banding kasus yang relevan dengan perencanaan fungsi pendukung

fasilitas olahraga dan tema yang diusung.

1.7MANFAAT

Dengan adanya bangunan pendukung fasilitas olahraga ini diharapkan mampu memfasilitasi kebutuhan pelaku olahraga yang sedang berkegiatan di Nias Selatan khususnya dalam hal tempat tinggal. Disamping itu keberadaan bangunan-bangunan ini juga akan memfasilitasi kabupaten untuk menyelenggarakan kegiatan olahraga dalam ruang lingkup tertentu.


(28)

9 BAB II

LANGKAH AWAL

Sebagai seorang perancang, kita diharuskan untuk mampu berpikir kritis dalam setiap proses perancangan yang kita lakukan. Hal tersebut diperlukan agar kita terbiasa dalam melihat potensi dan masalah yang ada dan mampu menanggapinya dengan baik. Oleh karenanya proses survey, menganalisa data, studi literatur dan studi banding memiliki peran yang sangat penting pada tiap proses perancangan. Karena pentingnya proses tersebut penulis beserta tim pun melakukan survey ke tapak tugas kali ini yang berlokasi di Teluk Dalam, Kabupaten Nias Selatan.


(29)

Penulis menempuh perjalanan udara dari Bandara Internasional Kuala Namu dengan lama waktu tempuh selama ± 45 menit. Karena Pulau Nias hanya memiliki sebuah Bandara yang berada di Gunung Sitoli perjalanan dilanjutkan melalui jalur darat dengan waktu tempuh selama ± 90 menit penulis dan tim berhasil menuju lokasi lahan tugas kali ini. Berdasarkan penuturan pemandu, lahan yang menjadi lokasi tugas ini awalnya merupakan area rawa-rawa yang saat ini sedang mengalami proses penimbunan. Hal tersebut terbukti karena sepanjang jalan yang penulis dan tim susuri terhampar berbagai jenis tanaman bakau.

Gambar 2.2 Kondisi Lahan Kawasan (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

2.1 ANALISA SIRKULASI

Untuk saat ini sirkulasi di sekitar lahan tidak dilalui kendaraan umum maupun pribadi hal tersebut dikarenakan kondisi eksisting lahan merupakan lahan kosong. Hal tersebut secara otomatis menyebabkan tidak adanya kegiatan lalu lintas di kawasan terkait. Kondisi jalan yang masih dalam proses penimbunan dan


(30)

dilalui kendaraan-kendaraan besar menyebabkan kondisi jalan yang buruk karena belum diaspal dan saat hujan tiba jalanan akan becek bergelombang bahkan dibanjiri air.

Karena merupakan lahan kosong dengan infrastruktur yang belum memadai penulis dan tim memiliki keleluasaan yang besar dalam merencanakan alur sirkulasi kawasan.

Gambar 2.1.1 Jalur Sirkulasi Eksisting

2.2 ANALISA KEBISINGAN

Sama seperti analisa sirkulasi, karena tidak adanya aktivitas masyarakat kawasan ini tidak memiliki kebisingan yang berarti. Bahkan karena tidak adanya bising kita masih dapat mendengar deburan ombak dan kicauan burung. Karena


(31)

lahan yang penulis rancang ditanami banyak pepohonan, beberapa diantaranya

akan dipertahankan sebagai buffer untuk memecah bising untuk menanggulangi

masalah kebisingan yang mungkin timbul seiring dengan pertumbuhan kawasan.

2.3 ANALISA IKLIM

Menurut data yang dilansir Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Nias Selatan memiliki curah hujan yang tinggi dengan intensitas 250 hari/tahun dan rata-rata curah hujan sebesar 298.60 mm. Daerah ini juga memiliki kelembaban yang tinggi dengan karakteristik lembab basah dengan intensitas sebesar 88%. Kawasan ini memiliki angin yang berhembus dari arah barat laut dengan kecepatan angin rata-rata sebesar 6 knot. Dengan musim badai sepanjang September hingga November di setiap tahunnya.

Dapat dilihat pada gambar 2.4.1 bahwa penulis mendapatkan lahan yang memanjang dari arah barat laut menuju tenggara. Hal ini secara otomatis menyebabkan adanya area cukup besar yang terpapar sinar matahri. Oleh karenanya, dibagian barat dan timur lahan diupayakan untuk semaksimal mungkin ditanami vegetasi untuk mengurangi suhu, sekaligus menjadi resapan mengingat curah hujan Kabupaten Nias Selatan yang cukup tinggi. Alternatif lainnya penulis menempatkan kolam-kolam hias di area tertentu untuk menurunkan suhu daerah sekitarnya. Pemilihan warna bangunan juga mampu menjadi salah satu jalan keluar untuk menurunkan suhu, oleh karenanya warna putih dipilih karena mampu mereflektifkan panas yang datang ke arah bangunan.


(32)

Gambar 2.3.1 Pergerakan Matahari


(33)

2.4 ANALISA VIEW KE LUAR TAPAK

Untuk analisa view eksisting sendiri, lahan yang ada sudah memiliki view

yang cukup baik di bagian belakang karena letaknya yang dekat dengan pantai sedangkan untuk bagian timur dan sisi lainnya secara eksisting hanya berbatasan

dengan jalan dan pepohonan yang jelas memiliki view yang kurang menarik.

Gambar 2.4.1 Analisa View Ke Luar Tapak

Namun, dalam kaitannya dengan perancangan kawasan yang penulis dan tim

rancang kawasan ini memiliki view yang sangat menarik karena bagian belakang

bangunan yang menghadap pantai difungsikan sebagai Gedung Olahraga (GOR) yang memiliki area hijau yang luas serta berbatasan langsung dengan pantai.


(34)

Disisi lain di bagian timur lahan terdapat sebuah tower yang dijadikan landmark

kawasan yang persis berhadapan dengan lahan yang penulis rancang sehingga

memberikan view yang menarik dan menambah nilai jual.

2.5 ANALISA VIEW KE DALAM TAPAK

View ke dalam tapak jelas merupakan salah satu vaktor penting yang perlu

diperhatikan dalam merancang. Hal tersbebut sangat penting karena pola penataan lahan yang kita rancang akan menjadi pendamping fasad bangunan sehingga penting untuk memberikan penataan yang serasi dan baik. Dalam tugas ini pernulis menata bagian-bagian yang dapat dilihat langsung dari luar sebisa mungkin dibatasi dengan taman seperti yang diilustrasikan pada gambar 2.4.2. Dibawah ini adalah gambar salah satu bangunan yang penulis rancang dimana area yang terlihat dari luar dirancang dengan pola-pola tertentu untuk menimbulkan kesan yang baik bagi orang-orang yang memandangnya. Salah satu contoh penataan ruang luar yang penulis rancang dapat dilihat pada gambar 2.5.1. gambar tersebut menunjukkan perspektif bangunan dan ruang luar mess atlet, dimana dibagian depan, samping kiri dan kanan bangunan penulis tetapkan sebagai area hijau berupa taman.

Taman yang didesain juga tidak hanya sebagai ruang hujan namun juga mampu menjadi wadah untuk berkegiatan. Disamping itu keberadaan taman sebagai area hijau juga mampu menangkap air hujan berlebih mengingat kabupaten Nias Selatan memiliki intensitas curah hujan yang cukup tinggi keberadaan area hijau juga mampu menurunkan suhu kawasan sekitanya.


(35)

Keberadaan taman untuk memberikan kesan dari luar menjadi sangat menguntungkan karena berbagai macam manfaat yang bisa diperoleh dari keberadaannya.

Gambar 2.5.1 Pandangan Mata Burung Mess Atlet

2.6 ANALISA VEGETASI

Dalam kondisi aktualnya lahan yang penulis rancang dipernuhi oleh tanaman. Karena riwayat lahan yang dulunya merupakan area rawa tidak heran kita dapat menjumpai dengan mudah tanaman-tanaman bakau di sekitar kawasan. Tanaman bakau sendiri sebenarnya sangat tepat berada di daerah pesisir pantai karena mampu memecah ombak sehingga melindungi tanah dari abrasi. Namun karena lahan yang penulis rancang tidak tepat berbatasan dengan laut, penulis memilih untuk mengganti jenis tanaman bakau yang ada dengan tanaman yang lebih rimbun hal tersebut untuk memberikan kesan yang lebih baik dari segi


(36)

pandangan ke bangunan. Penataan elemen vegetasi yang penulis rancang kebanyakan mngikuti pola-pola sirkulasi, lahan dan bangunan yang ada seperti yang ditunjukkan pada gambar 2.6.1.


(37)

BAB III

PERSPEKTIF BERBEDA

Dalam kaitannya dengan tugas PA6 kali ini penulis memilih tigabangunan

berbeda untuk dijadikan sampel studi banding yakni bangunan dengan fungsi serupa dan yang lainnya bangunan dengan tema yang sama.

3.1 CIPUTRA WORLD 1

Gambar 3.1.1 Superblock Ciputra World (Sumber: /www.ciputraworldjakarta.com)

Ciputra world 1 yang dibahas kali ini merupakan bagian dari superblock

Ciputra World Jakarta. Superblock ini terletak di Jl. Dr. Satrio, Kuningan Timur,

Jakarta Selatan. Adapun luas total superblock ini mencapai 15 Ha dengan

pembagian Ciputra World 1 sebesar 5.5 Ha yang menempati kavling 3-5. Ciputra

World 1 Jakarta, memiliki tiga buah menara yang digunakan untuk fugsi-fungsi


(38)

(museum, teater, dan galeri). Proyek pembangunan gedung ini diawali pada tahun 2009 silam dan selesai empat tahun setelahnya dengan menelan dana sebesar 7 triliun rupiah. Latar belakang dari pembangunan gedung ini adalah untuk

menampilkan citra kawasan Orchard Road Singapura di tanah Jakarta. Hal

tersebut dapat dilihat dari keberadaan underpass yang menghubungkan bangunan.

Lotte Shoping Avenue merupakan salah satu tenant besar yang ada pada bangunan

ini. Selain itu bank multinasional DBS juga menggunakan salah satu tower

bangunan ini sebagai kantor. Sebagai bangunan mix use, Ciputra World 1 juga

memiliki fungsi apartemen, untuk fungsi apartemen terdiri dari dua jenis yang

berbeda yakni the residence apartement dan ascot serviced apartement. Untuk

fungsi hotel diwakili dengan keberadaan Raffles hotel.

Gambar 3.1.2 Pembagian Menara Ciputra World 1 (Sumber: http://www.ciputraworldjakarta.com)


(39)

3.2 YOUTH OLYMPIC VILLAGE, SINGAPURA

Kawasan ini dirancang untuk memfasilitasi kebutuhan 5000 atlet dan

pelaku olahraga dari berbagai penjuru dunia dalam rangka penyelenggaraan Youth

Olympic Games yang diselenggarakan di Singapura pada tahun 2010 silam.

Kawasan hunian atlet ini berada dalam kawasan kampus Nanyang Technological

University (NTU), untuk pembagian kawasannya sendiri diklasifikasikan atas dua

zona yakni Residential Zone dan Village Square.

Village Square sendiri merupakan jantung dari kawasan yang fungsinya memfasilitasi kebutuhan publik yang didalamnya terdapat pertokoan, panggung

musik dll. Residential zone sendiri terdiri atas lima cluster yang dilengkapi

beragam fasilitas seperti ruang tv, ruang rapat, ruang ibadah, klinik, dsb. Uniknya dalam waktu senggangnya para atlet dapat mengikuti kegiatan pendidikan dan

kebudayaan yang di selengkaran di Village Square.

Gambar 3.2.1 Suasana Kawasan Youth Olympic Village, Singapore (Sumber: www.nie.edu.sg)


(40)

Dalam kaitannya dengan komitmen penyelanggara mengenai pembangunan berkelanjutan dan perlindungan terhadap lingkungan kawasan ini dilengkapi dengan fasilitas dan infrastruktur yang rendah emisi gas rumah kaca. Beberapa contoh teknolgi ramah lingkungan yang diterapkan ialah lampu dengan sensor gerak, teknologi penghematan air, dan pendingin udara dengan efisiensi listrik.

3.3 MASJID RAYA SUMATERA BARAT

Untuk studi banding ketiga yang berkaitan dengan tema Arsitektur postmodern penulis memilih utuk mengangkat Masjid Raya Sumatera Barat (Gambar 2.4). Masjid Raya Sumatera Barat dipilih karena kesesuaiannya dengan tema, bangunan rerlatif baru, dan perpaduan antara budaya lokal Sumatera Barat dan agama Islam yang kental dan bersinergi.


(41)

Masjid yang teretak di kota Padang ini mulai dibangun pada tanggal 21 Desember 2007 yang diarsiteki oleh Rizal Muslimin. Selang 7 tahun kemudian, tepatnya tanggal 7 Februari 2014 Masjid Raya Sumatera Barat resmi dibuka untuk umum. Nuansa tradisional Sumatera Barat melekat sangat kuat dengan bangunan ini, salah sau yang paling mencolok ialah bentuk atapnya yang menyerupai bentuk atap bagonjong yang umumnya kita jumpai pada rumah-rumah tradisional masyarakat Minangkabau. Tidak sampai disitu saja, selain sebagai interpretasi dari bentuk atap bagonjong bentuk atap masjid ini juga memiliki nilai filosofis lainnya yakni, menggambarkan peristiwa perletakan batu hajarul aswad dengan menggunakan kain yang mana tiap sisi kain dipegang oleh perwakilan suku yang ada di Mekkah kala itu.

Selain atap bagonjong, sang arsitek Rizal Muslimin juga mengangkat kebudayaan lokal lainnya yakni melalui kain songket. Representasi kain songket ini dapat dengan mudah kita temukan melalui ukiran-ukiran yang ditempatkan pada bagian atap di keempat sisi masjid. Motif-motif ornamen yang digunakan juga merupakan perpaduan antara motif yang umum dijumpai pada kain songket serta kaligrafi islami berupa lafadz Allah dan Muhammad.

Mesjid Raya Sumatera Barat ini dibangun diatas lahan seluas 40.000 m2

dengan dana pembangunan dipekirakan menyentuh angka 500 Milyar Rupiah. Masjid Raya sendiri terdiri atas tiga lantai yang diharapkan mampu menampung kapasitas maksimum hingga 20.000 jamaah.


(42)

Gambar 3.3.2 Perpaduan Ornamen lokal dan kaligrafi Islam pada eksterior masjid (Sumber: t4m4in.blogspot.com)

Setelah menelaah lebih jauh studi banding yang telah penulis pilih, penulis mendapat beberapa poin pemikiran penting yang dapat diangkat dalam tugas studio perancangan arsitektur 6 kali ini. Pemikiran utama yang menurut penulis penting untuk di kritisi ialah mengenai kondisi mess dan wisma atlet yang ada dewasa ini. Penulis menilai unit-unit kamar yang diperuntukkan bagi atlet kurang memperhatikan beberapa kebutuhan kebutuhan dasar manusia salah duanya ialah kebutuhan akan udara segar. Selain studi banding yang diangkat, penulis juga mencari informasi seputar bangunan yang dirancang khususnya wisma dan mess atlet. Salah satu contoh buruknya kondisi wisma dan mess atlet yang ada dapat dilihat dari wisma atlet gelora Ragunan. Pada wisma atlet gelora Ragunan bangunan yang memiliki bukaan langsung hanyalah area kamar bahkan area jemur pada bangunan ini penulis nilai masih kurang cukup baik karena hanya


(43)

mendapatkan sinar matahari yang relatif sedikit. Hal tersebut sangat disayangkan karena menyebabkan ruang-ruang lainnya tidak mendapat suplai udara dan pencahayaan yang cukup hal ini membuat para penghuni akhirnya beradaptasi dengan pemakaian lampu dan bantuan alat penghawaan udara guna memperoleh kwalitas kenyamanan yang lebih baik.

Gambar 3.4 Kondisi R. jemur pada wisma atlet gelora ragunan

Gambar 3.4 menunjukkan ketidak sesuaian antara kebutuhan ruang jemur dengan penerapannya dalam bangunan. dapat kita lihat bahwa akses matahari yang didapat hanya mengandalkan dua buah lubang yang dipasangi teralis besi seperti yang tampak pada gambar diatas. Hal ini tentu akan lebih baik bila sumber masuknya cahaya dan panas matahari di perbesar sehingga dapat menghasilkan panas dan cahaya yang lebih maksimal. Dewasa ini pada bangunan-bangunan yang memiliki fungsi kurang lebih sama seperti pada rumah susun, para perancang membuat sumber cahaya yang lebih besar dengan ketinggian kurang


(44)

tersebut, penulis menerapkan hal ini pada bangunan yang penulis rancang untuk memudahkan kehidupan para atlet nantinya.

Isu yang kedua masih sangat erat kaitannya dengan isu pertama karena hanya mengoptimalkan segi fungsional bangunan, menyebabkan faktor estetika bangunan tidak diperhatiakan bahkan dianggap hanya menghabiskan dana anggaran. Hal tersebut sangat bertolak belakang dengan teori yang dikemukakan Vitruvius bahwa sebuah bangunan harus memiliki keindahan estetika (Venustas), Kekuatan (Firmitas), dan Kegunaan/Fungsi (Firmitas). Didasari oleh pemikiran tersebut penulis bermaksud untuk merancang sebuah wisma dan mess atlet yang lebih humanis dengan memperhatikan aspek-aspek yang umumnya diabaikan serta juga menampilkan permainan estetika yang menarik sebagai wajah bangunan. untuk menampilkan estetika yang baik penulis mengabungkan tema dan konsep yang ada agar tercipatanya keselarasan. Salah satu contohnya ialah pada bangunan wisma atlet, konsep fasad bangunan terinspirasi dari bentuk gapura, dimana gapura merupakan bentuk umum yang kita jumpai dimana fungsinya sebagai penanda batas kawasan juga untuk menyambut tamu atau pengunjung. Oleh karenanya penulis memilih menggunakan bentuk ini yang dipadukan dengan kearifan budaya lokal berupa penggunaan batu alam dan warna tanah sebagai representasi kearifan lokal. Untuk aspek kolonial penulis menempatkan pediment dan ukiran pada bagian tengah bangunan. Hal ini dimaksudkan untuk menegaskan pada bagian ini terdapat pintu masuk dan juga memberikan irama pada fasad bangunan wisma atlet.


(45)

Isu lainnya yang penulis dapat dari studi banding ketiga–Masjid Raya

Sumatera Barat—ialah bagaimana cara mengangkat arsitektur lokal dalam hal ini

Nias Selatan menjadi ciri bangunan yang kuat dan dapat diinterpretasikan dengan mudah oleh orang yang melihatnya. Isu ini menjadi sangat penting karena kita harus memperhatikan asal-susul ornamen, langgam, ataupun bentuk-bentuk pada Arsitektur tradisional yang ada agar tidak kehilangan esensi dari bentuk itu sendiri. Penerapam ornamen ataupun bentuk-bentuk tradisional lainnya dirasa penting mengingat dewasa ini banyak daerah-daerah di negara kita khsusunya Provinsi Sumatera Utara yang tidak memiliki ciri khas dengan daerah lainnya. Oleh karenanya penulis mengharapkan keberadaan wisma dan mess atlet ini mampu mewakili ruh-ruh arsitektur lokal Nias Selatan sehingga menjadi pembeda dengan mess dan wisma lainnya yang ada di Indonesia. Poin penting yang penulis dapat dari studi banding pertama ialah bagaimana cara pengelompokan dan penatan dari fungsi-fungsi yang berbeda apada sebuah bangunan ragam fungsi.

Pada Ciputra World 1 bangunan yang memiliki fungsi berbeda dipisahkan dan di

kelompokkan berdasarkan menaranya masing-masing. Hal ini sangat

memudahkan dalam mengontrol banyak hal seperti privasi, kebisingan, dan beberapa aspek lainnya.


(46)

27 BAB IV

AKURASI LOMPATAN

Ilmu arsitektur lahir karena adanya kebutuhan dasar manusia akan ruang. Seiring dengan bergulirnya waktu kebutuhan-kebutuhan manusia terus berkembang hal ini menyebabkan ilmu arsitektur pun turut berkembang mengikuti perkembangan zaman.

Menurut Vitruvius bangunan yang baik ialah bangunan yang memenuhi tiga aspek yakni: fungsi, struktur dan estetika. Karena kesusaiannya dengan dunia arsitektur prinsip Vitruvius diatas mampu mengikuti perkembangan yang ada.

Setelah melakukan studi banding terkait yang telah dibahas pada bab

sebelumnya, selanjutnya ialah membuat programming/program ruang. Program

ruang menjadi penting karena akan menjadi panduan bagi seorang perancang saat mendesain bangunannya.

Langkah pertama yang harus dilakukan dalam membuat sebuah program ruang ialah menentukan jumlah pengunjung yang harus difasilitasi kebutuhannya, jumlah kamar, jumlah parkir kendaraan, serta fasilitas-fasilitas penunjang lain yang diperluka pada bangunan terkait.

4.1 WISMA DAN MESS ATLET

Dalam menghitung jumlah pengunjung untuk bangunan mess atlet penulis menggunakan data berupa jumlah atlet yang mengikuti ajang Pekan Olahraga


(47)

Sumatera Utara (Porprovsu). Event porprovsu dipilih karena dinilai sesuai dengan klasifikasi GOR yang ada di dekat fasilitas pendukung ini. Adapun jumlah atlet yang ikut serta dalam kegiatan PORPROVSU terakhir (tahun 2014) yakni sebesar 1.906 orang atlet dari berbagai kabupaten dan kota di Provinsi Sumatera Utara.

Fasilitas Mess Atlet yang ada diharapkan mampu menjadi tempat tinggal sementara bagi 20% atlet dari total peserta PORPROVSU 2014.

TARGET = PESERTA PORPROVSU 2014 x PERSENTASE TARGET

= 1906 X 20%

= 382 Jiwa

Dengan memperkirakan kapasitas tiap unit mess yang mampu menampung ± 4 orang/unit. Maka jumlah unit minimal yang diperlukan adalah 96 unit. Jumlah tersebut akan dibagi ke dalam dua buah mess berbeda dengan klasifikasi mess yang berbeda pula. Mess pertama untuk memfasilitasi atlet/pelaku olahraga dengan jabatan atau prestasi yang baik sedangkan mess yang lain untuk atlet-atlet lainnya. Adapun jumlah unit dapat dilihat pada tabel 4.1 pada halaman selanjutnya.

Tabel 4.1 Jumlah Total Unit Mess & Wisma Atlet

A. WISMA ATLET

NO JENIS UNIT LUASAN JUMLAH UNIT


(48)

2. UNIT TANPA BALKON 168 m2 18 UNIT B. MESS ATLET

NO JENIS UNIT LUASAN JUMLAH UNIT

1. UNIT UK. 41 m2 41 m2 72 UNIT

JUMLAH TOTAL 11 UNIT

Total unit yang ada dari dua buah bangunan mess ini sebesar 111 unit kamar dan mampu menampung 444 orang atlet (23% dari total peserta PORPROVSU 2014). Untuk kebutuhan parkir sendiri tersedia sebesar 68 unit lahan parkir roda dua dengan 48 diantaranya berada di mess atlet dan sisanya berada di mess wisma atlet. untuk kendaraan roda empat sendiri disediakan 80 tempat pakrir dengan rincian 24 dianataranya di gedung mess atlet dan sisanya berada di wisma atlet.

4.2 MIX USE BUILDING

Bangunan ini merupakan bangunan dengan beberapa fungsi yang secara fisik digabungkan dalam satu bangunan, dengan rincian fungsi yang ada di

dalamnya ialah: hotel, apartment, kantor sewa dan beberapa unit retail. Untuk

standar hotel sendiri perancang mengikuti standar hotel bintang 4 yang berlaku di Indonesia. Standar yang penulis gunakan merujuk pada Keputusan Direktorat Jenderal Pariwisata No. 12/U/II/88 tanggal 25 Februari 1988.


(49)

Tabel 4.2 Standar Hotel Bintang 4

NO KLASIFIKASI

HOTEL

JUMLAH KAMAR MINIMAL

SYARAT

1. HOTEL

BINTANG 4

50 kamar standard + 3 kamar suite

Fasilitas setara hotel bintang 1 plus:

 2 buah restoran/lebih

 Parkir luas

 2 buah kolam

renang/lebih

 Fasilitas penunjang

 Fitness

 Tennis

 Spa & Sauna,

dll.

Untuk memenuhi klasifikasi yang telah dibahas sebelumnya perancang mendesain hotel pada lantai enam hingga sembilan pada bangunan ini, dengan klasifikasi tipe kamar hotel dapat dilihat pada tabel yang dimuat pada halaman selanjutnya (Tabel 4.3)


(50)

Tabel 4.3 Klasifikasi Kamar Hotel

NO. JENIS KAMAR LUASAN JUMLAH UNIT

1. KAMAR STANDAR 28 m2 32 UNIT

2. KAMAR DELUXE 35 m2 24 UNIT

3. KAMAR SUITE 58 m2 4 UNIT

JUMLAH KAMAR 60 UNIT

Untuk standar yang mengatur tempat parkir kendaraan roda empat menurut Juwana (2005), dalam buku berjudul "Sistem bangunan Tinggi", menyatakan perbandingan untuk 7 kamar hotel memerlukan 1 parkir kendaraan roda 4 sehingga total parkir kendaraan untuk 60 kamar hotel adalah 9 lahan parkir kendaraan roda 4.

Sementara itu untuk fungsi apartemen yang ada pada bangunan ini dirancang untuk memberikan alternatif tempat tinggal bagi keluarga yang ada di kabupaten Nias Selatan dengan berbagai keuntungan yang ada karena berada di Kawasan Ekonomi Khusus Pariwisata ini. Apartemen ini berada pada lantai sepuluh hingga tiga belas pada bangunan. Dengan klasifikasi ruangan yang berukuran 53 m2 dan 73 m2 untuk tabel klasifikasi unit apartemen dapat dilihat pada tabel 4.4


(51)

Tabel 4.4 Klasifikasi Unit Apartemen

NO. JENIS UNIT LUASAN JUMLAH UNIT

1. APARTEMEN 1 K. TIDUR 58 m2 20 UNIT

2. APARTEMEN 2 K. TIDUR 73 m2 12 UNIT

TOTAL UNIT 32 UNIT

Untuk kebutuhan lahan parkir pada fungsi apartemen tiap satu unit apartemen disediakan satu buah slot parkir kendaraan roda empat. Oleh karena itu untuk 32 unit apartemen yang penulis rancang dibutuhkan 32 unit slot parkir pada bangunan. untuk keperluan area parkir area retail tiap 60 m2 luas lantai berhak untuk satu slot parkir kendaraan roda empat. Untuk luas retail yang terletak pada

lantai dasar sebesar 3100 m2 dibutuhkan 52 buah slot parkir. Berdasarkan standar

parkir menurut buku Panduan Sistem Bangunan Tinggi, standar jumlah parkir pada kantor sewa ditentukan berdasarkan luas bruto kantor, yakni 1 mobil tiap 100

m2 dari luas kantor. Berdasarkan luas kantor yang penulis rancang yakni sebesar

±5.072 m2 maka kapasitas kendaraan roda empat yang diperlukan sebesar 51 slot

parkir.

TOTAL PARKIR = P. apt + P. hotel + P. retail+ P. kantor sewa

= 32 + 9 + 52 + 51


(52)

Sedangkan perhitungan kebutuhan parkir untuk kendaraan sepeda motor

adalah 1 slot parkir tiap 40 m2 luas bruto kantor. Dengan demikian jumlah

kapasitas slot parkir sepeda motor yang diperlukan adalah 5.072 m2 : 40 m2 = 127

slot parkir. Nilai tersebut ditambah sepuluh persen dari total parkir mobil untuk kebutuhan parkir dari fungsi lainnya 127 + (144 x 10%) = 142 unit slot parkir sepeda motor.


(53)

BAB V

PERCEPAT LANGKAH

Konsep merupakan salah satu bagian terpenting dalam rangkaian proses perancangan, dimana konsep berperan untuk mengatur kelangsungan bangunan tidak hanya dalam jangka waktu satu atau dua hari namun konsep yang digunakan tetap melekat pada bangunan selama bangunan tersebut berdiri. Adapun konsep

bangunan yang penulis rancang adalah humanizing human mucnulnya konsep ini

didasari keresahan penulis atas kondisi fasilitas pendukung olahraga yang kurang humanis. Dalam rancangan ini penulis mencoba menerjemahkan tujuan tersebut dengan memperhatikan aspek-aspek yang penulis kritisi pada pembahasan studi banding. Seperti yang telah dijabarkan sebelumnya kali ini penulis mendapat tugas untuk mendesain fasilitas penunjang fasilitas olahraga yang ada di Nias

Selatan. Dimana fasilitas pendukung tersebut terdiri dari mix use building, wisma

atlet dan mess atlet.


(54)

Mess atlet memiliki perbedan dengan wisma atlet dalam hal luasan unit kamar pada bangunan dimana wisma atlet memiliki ukuran ruang yang lebih besar dibanding unit kamar yang ada pada mess atlet. Wisma atlet dalam peruntukannya difungsikan untuk pelaku olahraga yang berpengaruh atau memiliki jabatan tertentu dalam bidang olahraga sedangkan mess atlet diperuntukkan bagi para atlet yang berlaga di kegiatan olahraga. Tema yang penulis angkat untuk ketiga fungsi diatas ialah Arsitektur postmodern, dimana dalam tema tersebut akan memadukan antara kekayaan Arsitektur lokal Nias Selatan dengan Arsitektur kolonial. Arsitektur kolonial dipilih untuk memperkuat ciri kawasan karena pada lahan kawasan sudah terdapat kanal-kanal eksisting sehingga perancang dan tim berencana mengangkat isu tersebut dan menghidupkan fungsi kanal yang sudah ada tersebut. Karena keberadaan kanal sudah melekat kuat dengan kota Venice maka kami mengangkat gaya arsitektur yang jamak dijumpai di kota tersebut yakni arsitektur kolonial/klasik.


(55)

Penerapan Nilai-nilai arsitektur lokal dilakukan dengan harapan mampu menjadi faktor pembeda kawasan ini dengan kawsan lainnya. Hal tersebut menanggapi isu yang marak dewasa ini dimana kota-kota yang ada di Indonesia tidak memiliki ciri khas yang membedakannya dengan kota lain. Hal tersebut perlu ditanggani karena hampir seluruh kota di Indonesia khususnya Sumatera Utara tidak memiliki identitas. Dimana tiap-tiap kota tersebut memiliki pola kota yang sama yakni menjamurnya area komersial dalam bentuk ruko dan perletakannya di sepanjang jalan-jalan utama. Dalam kaitannya dengan area pariwisata ciri khas merupakan salah satu subjek penting yang harus dimiliki sebut saja Bali dan Phuket, dua area destinasi wisata dunia itu sama-sama mengandalkan pantai dan kekayaan bahari sebagai sektor pariwisatanya namun keduanya mengemas konten mereka dengan gaya yang berbeda dan otentik sehingga memancing para wisman untuk datang mengunjungi situs wisata di dua lokasi tersebut.

Pada tahan awal pengerjaan kawasan ekonomi khusus pariwisata secara

keseluruhan penulis dan tim awalnya bergerak dari pengerjaan masterplan

kawasan dimana karena objek rancangan merupakan sebuah kawasan tiap bangunan yang kami rancang haruslah terintegrasi dan memilki pola-pola yang berkesinambungan antar satu dan yang lain baik berupa bentuk bangunan, sirkulasi, dll. Oleh karenanya dibawah ini terdapat penzoningan pada fungsi pendukung fasilitas olahraga.


(56)

Gambar 5.3 Penzoningan Kawasan

Untuk bentukan massa yang digunakan banyak mendapat pengaruh dari bangunan dan kawasan yang ada di sekitar lahan. Hal tersebut dilakukan agar bangunan dapat menyatu dengan kawasan serta menjadi bangunan yang responsif terhadap kawasan yang ada di sekitarnya. Untuk bentukan wisma atlet dan mix use building misalnya bentuk dasar yang melengkung diaplikasikan agar bagian

cekung bangunan berfokus pada yaahowu tower yang ada di depannya sedangkan

disisi lain pada bagian belakang bangunan yang berbentuk cembung ini menyebabkan bangunan menjadi responsif terhadap pantai yang ada di belakang

bangunan. hal tersebut menjadi nilai tambah tersendiri bagi fungsi mix use

building karena dari bangunan tersebut para tamu hotel ataupun pemilik unit

apartemen dapat melihat yaahowu tower sebagai titik tertinggi Nias Selatan di

bagian depan disisi lain dapat menikamti keindahan panorama pantai khas Nias Selatan.


(57)

Berbeda dengan kedua bangunan sebelumnya, mess atlet memiliki bentuk yang fungsional karena lebih mengedepankan pemenuhan kebutuhan unit kamar dan mengikuti studi banding beberapa mess atlet yang ada namun bangunan ini masih cukup responsif terhadap kawasan sekitar hal tersebut dapat dilihat dari

perancangan view dari arah bangunan menuju keluar yang berbatasan langsung

dengan view-view yang menarik seperti yaahowu tower, mall, dsb untuk ilustrasi

dari narasi ini dapat dilihat pada gambar 5.2.

Gambar 5.4 Konsep Massa Bangunan

Untuk kebutuhan sirkulasi lahan ini diapit oleh dua jalan besar dibagian depan dan belakang dengan lebar 21 dan 10 meter. Jalan-jalan ini lah yang akan sangat berperan dalam menunjang aktivitas pengendara dari dan menuju lokasi bangunan. Selanjutnya penulis akan membahas akses sirkulasi dari tiap-tiap bangunan. Sirkulasi menuju wisma atlet dapat ditempuh melalui bundaran

yaahowu tower dan masuk ke halaman wisma atlet. Setelah sampai dari gerbang wisma atlet pengunjung atau tamu wisma dapat melihat halaman bangunan yang


(58)

sebagian besar peruntukan lahannya difungsikan sebagai lahan parkir kendaraan. Untuk fungsi parkir kendaraan sendiri sudah memenuhi kebutuhan sesuai dengan yang telah dibahas pada bab empat baik untuk roda dua maupun roda empat. Dibagian kiri halaman gedung juga terdapat jalur khusus sirkulasi truk pengangkut sampah. Keberadaan jalur khusus truk sampah ini diharapkan mempermudah proses pengangkutan sampah dari lokasi wisma atlet menuju ke tempat pembuangan akhir (TPA).

Gambar 5.5 Konsep Sirkulasi Wisma Atlet

Sedangkan untuk mix use building memiliki penataan sirkulasi yang lebih rumit karena beragamnya alternatif lahan parkir. Bangunan ini dapat diakses

melalui bundaran yaahowu tower setibanya di halaman bangunan pengunjung

dihadapkan beberapa pilihan yakni untuk parkir di basement, lantai dua atau


(59)

tiga bangunan terdapat beberapa parkir VVIP untuk tamu hotel. Untuk akses menuju jalan utama dari dalam bangunan berawal dari slot parkir baik di

basement, lantai dua, maupun parkir outdoor mengarah kembali ke bagian teras

bangunan bila terdapat penumpang lainnya dapat berhenti sejenak di area drop-off

sebelum melanjutkan perjalanan menuju pintu keluar dibagian kiri lahan. Perbedaan bangunan ini dengan bangunan lainnya adanya jalur yang diperuntukkan khusus untuk mobil pemadam kebakaran yang menghubungkan jalan di depan lahan dengan jalan yang ada di belakangnya.

Gambar 5.6 Konsep Sirkulasi Mix Use Building

Untuk sirkulasi pada bangunan mess atlet dapat diakses melalui bundaran yaahowu tower untuk selanjutnya berbelok masuk menuju bangunan mess atlet. Untuk jalur masuk menuju bangunan ini sendiri dapat diakses melalui dua jalan yakni jalan yang berada di bagian depan bangunan dan jalan yang berada di bagian belakang bangunan. keberadaan jalan yang berada di depan fungsi mess atlet hanya di khususkan untuk kebutuhan bus atlet yang menaikkan dan


(60)

menurunkan penumpang sehingga tidak dibutuhkan slot parkir untuk kendaraan. Untuk kebutuhan parkir kendaraan diletakkan di bagian belakang bangunan mess baik itu untuk kendaraan roda dua maupun roda empat. Khusus untuk kendaraan roda dua terdapat dua pilihan lokasi parkir yakni di parkir di dalam bangunan maupun diluar bangunan. untuk akses keluar dari halaman mess dari parkir bagian belakang gedung dapat dicapai dengan berbelok menuju jalur keluar dan akan

langsung mendapati bundaran yaahowu tower. Ilustrasi mengenai penjelasan jalur

sirkulasi ini dapat dilihat pada gambar 5.6.

Gambar 5.7 Konsep Sirkulasi Mess Atlet

Selanjutnya penulis akan membahas satu persatu denah fungi yang penulis rancang, dimulai dari fungsi wisma atlet. Sesuai dengan bentuk bangunan halaman bagian depan bangunan memiliki bentuk yang melengkung yang difungsikan sebagai lahan parkir yang dibagian tepinya diatanami berbagai jenis


(61)

pohon. Selepas itu para pelaku olahraga yang datang akan disambut dengan fasad bangunan wisma yang terinspirasi dari gapura dengan arsitektur perpaduan Nias dan kolonial. Saat memasuki bangunan, ruang pertama yang akan menyambut

para tamu adalah hall yang didalamnya terdapat dua buah tangga dibagian kiri dan

kanan.

Berjalan lurus melewati kedua tangga tersebut tamu akan menemukan ruang pengelola yang difungsikan untuk kegiatan administrasi gedung. Pada lantai dasar ini para tamu yang menginap juga dimanjakan dengan beberapa fasilitas

seperti gym, food massage and reflexology, coffee shop, toko oleh-oleh, klinik,

apotik, dan beragam fasilitas lainnya yang disesuaikan untuk kebutuhan para pelaku olahraga. Selain fungsi-fungsi rekreatif tersebut terdapat pula ruang-ruang yang berguna untuk menunjang sistem bangunan berupa ruang tangki air, ruang pompa, ruang trafo, dan ruang genset. Untuk ilustrasi lebih lengkapnya dapat dilihat pada gambar 5.5.

Gambar 5.8 Denah Lantai Dasar Wisma Atlet

Selanjutnya untuk mencapai lantai dua para tamu dapat menaiki empat


(62)

sisi kiri dan kanan bangunan. Pada lantai satu hingga tiga memiliki denah yang tipikal dengan fungsinya sebagai kamar tamu. Kamar-kamar yang ada memiliki ukuran yang cukup luas dan segala kebutuhan dasar manusia sudah bisa terpenuhi. Unit-unit kamar yang ada diklasifikasikan atas dua unit yang berbeda unit ruangan yang memiliki balkon dan unit yang tidak memilki balkon. Unit dengan balkon memiliki pemandangan menarik menuju kompleks olahraga di sebrangnya, tidak kalah dengan unit dengan balkon, unit tanpa balkon memiliki view kearah

yaahowu tower. Untuk perbandingan klasifikasi unit sendiri, kedua unit memiliki klasifikasi dan jumlah ruang yang hampir sama faktor pembeda hanya terdapat pada adanya balkon. Selain deretan unit-unit ini pada bagian tengah lantai tipikal wisma juga terdapat ruang komunal yang memungkinkan dilangsungkannya kegiatan bersama para tamu. Pada bagian ujung kanan dan kiri lantai tipikal diletakkan tangga sirkulasi berikut juga sistem pendukung mekanisme bangunan seperti shaft sampah dan ruang panel yang menjadi tempat distribusi listrik dan air pada bangunan wisma atlet.


(63)

Gambar 5.10 Unit Kamar Dengan Balkon

Gambar 5.11 Unit Kamar Tanpa Balkon

Selanjutnya beranjak dengan fungsi mix use building dimana bangunan ini

cukup kompleks karena beragamnya fungsi yang ada didalamnya. Bangunan ini terdiri atas empat fungsi yang berbeda yakni: apartemen, hotel, retail, dan kantor

sewa. Bangunan ini memiliki basement yang difungsikan sebagai ruang-ruang


(64)

keberadaan ruang pompa, ruang tangki air, ruang chiller, ruang genset, dan ruang ME disamping fungsi utama basement itu sendiri yakni untuk menyediakan

tempat parkir. Basement yang ada mampu menampung ± 10% dari total

kebutuhan parkir gedung. Lantai basement juga dilengkapi dengan lavatory yang

berada tepat dibelakang lift barang. Bila suatu saat terjadi hal yang tidak diinginkan seperti kebakaran orang-orang yang berada pada lantai ini dapat mengakses tangga kebakaran dan menuju lantai dasar agar dapat mencapai akses menuju ruang luar sesuai dengan standar tangga kebakaran yang seharusnya.

Gambar 5.12 Denah Basement MED. Building

Bagi para pejalan kaki akses menuju bangunan dapat ditempuh melalui pedestrian yang mengelilingi kawasan selanjutnya pengunjung dapat masuk


(65)

untuk mengarahkan para pengunjung potensial menuju ke dalam bangunan. begitu masuk ke dalam bangunan ini pengunjung akan disambut dengan hall yang luas.

Gambar 5.13 Denah Lantai Dasar MED. Building

Pada lantai dasar bangunan juga terdapat deretan retail-retail yang menjual beragam barang-barang pemuas kebutuhan seperti jam, tas, baju, dll pada lantai ini juga terdapat empat buah restoran yang terbagi di kedua sisi bangunan. selanjutnya dengan menaiki lift pengunjung dapat menuju ke lantai satu. Pada lantai satu sebagian besar luas lantai dihabiskan untuk sirkulasi dan parkir mobil dan sisa luasan yang ada dimanfaatkan untuk kebutuhan lift, lavatory, hall, dan tangga kebakaran.


(66)

Gambar 5.14 Denah Lantai Satu MED. Building

Bagi para pengunjung hotel bila ingin memperoleh area parkir yang lebih

eksklusif dapat mengakses ramp yang ada di lantai satu menuju ke lantai dua yang

dimana terdapat tempat parkir eksklusif bagi para tamu hotel. Pada lantai dua fungsi yang ada dioptimalkan untuk menunjang kebutuhan tamu hotel hal tersebut

dapat dilihat dari keberdaan lobby dan restoran yang ada di lantai ini.pada bagian

lobby hotel pun dilengkapi dengan back-up office dan resepsionis untuk

kemudahan proses adiministrasi serta toko souvenir dan toko snack untuk

memenuhi kebutuhan putra-putri tamu hotel sembari menunggu proses administrasi berlangsung. Seperti pada lantai-lantai sebelumnya, lantai ini juga dilengkapi dengan sistem-sistem penunjang kebutuhan berupa lift, ruang panel, lavatory, tangga kebakaran, dll.


(67)

Gambar 5.15 Denah Lantai Dua MED. Building

Untuk lantai tiga dan empat sendiri difokuskan sebagai kantor bagi para pegawai hotel. Dengan berbagai klasifikasi pekerjaan masing-masing yang telah ditata dengan sebagai mana mestinya. Adapun ruang-ruang kantor yang ada pada lantai tiga dan empat meliputi, ruang staff, gudang linen, ruang rapat, ruang

manager, pusat bisnis dan beragam ruang-ruang lainnya. Sedikit berbeda dengan lantai tiga, pada lantai empat terdapat fasilitas bagi para tamu hotel berupa restoran. Keberadaan resotan ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat klasifikasi hotel bintang empat yang mengharuskan adanya dua buah restoran bagi tamu

hotel. Dalam kasus mix use building, lobby dan fasilitas-fasilitas penunjang

kebutuhan tamu hotel diletakkan pada lantai dua dan lantai empat bangunan. Seperti yang dikatakan sebelumnya pada lantai empat terdapat ruang rapat, dimana ruang ini memiliki sekat-sekat bangunan untuk menyesuaikan dengan kapasitas ruang yang dibutuhkan untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada gambar 5.17.


(68)

Gambar 5.16 Denah Lantai Tiga MED. Building

Gambar 5.17 Denah Lantai Empat MED. Building

Untuk memenuhi klasifikasi hotel bintang empat, bangunan ini juga

dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas seperti spa, gym, dan coffe shop yang berada


(69)

kolam renang yang ditepi kiri dan kanannya terdapat kursi-kursi santai yang dapat digunakan tamu hotel.

Gambar 5.18 Denah Lantai Lima MED. Building

Pada lantai selanjutnya yakni lantai enam, bangunan utama sudah terpisah menjadi dua buah menara dengan bagian kiri diperuntukkan untuk kantor sewa

dengan sistem open plan yang memberikan kebebasan bagi penyewa nantinya

karena dapat menyesuaikan ruang yang diberikan untuk kebutuhan kantor.Untuk fungsi kantor sewa sendiri dimulai pada lantai enam hingga lantai tiga belas. Ruang-ruang kantor sewa yang ada tidak hanya akan dihuni oleh satu instansi atau perusahaan tertentu melainkan dapat terdiri dari beberapa perusahaan oleh karenanya untuk memudahkan akses para pekerja, penulis merancang empat buah

lift untuk para pegawai yang dapat diakses dari basement hingga roof top.

Sedangkan pada menara disebelahnya terdapat deretan kamar hotel yang terdiri

atas tiga klasifikasi yang berbeda yakni standard room, deluxe room, dan suite


(70)

pada hotel bintang empat. Kamar-kamar yang ada langsung dihadapkan pada tepi

bangunan untuk memberikan keleluasaan view, view yang didapat pun sangat

prima karna bagian depan langsung berhadapan dengan yaahowu tower dan

panorama pantai pada sisi lainnya.

Gambar 5,19 Unit Kamar Standard Dan Deluxe Hotel


(71)

Gambar 5.21 Denah Lantai Enam MED. Building

Gambar 5.22 Denah Tipikal Lantai Tujuh-Sembilan MED. Building

Pada lantai selanjutnya yakni lantai sepuluh terdapat fungsi terakhir dari bangunan ini yaitu apartemen. Apartemen diletakkan dibagian paling atas untuk memberikan privasi yang tinggi bagi bagi para pemiliknya. Unit apartemen yang ada dirancang untuk pasangan baru dan keluarga kecil yang ada di Nias Selatan oleh karenanya pilihan unit yang ada hanya memiliki satu dan dua kamar tidur. Perletakan unit apartemen juga sama dengan perletakan kamar hotel oleh

karenanya unit-unit apartemen juga mendapatkan view menarik seperti yang


(72)

Gambar 5.23 Unit Apartemen Dua & Satu Kamar

Gambar 5.24 Denah Tipikal Lantai Sepuluh-Tiga Belas MED. Building

Selanjutnya mengenai fungsi mess atlet, sesuai dengan namanya bangunan ini memiliki fungsi sebagai tempat tinggal sementara bagi para pelaku olahraga khususnya atlet yang sedang berkegiatan di daerah Nias Selatan. Bangunan tiga lantai ini, memiliki 72 unit kamar dengan lantai dasar yang difungsikan untuk mendukung kebutuhan atlet hal tersebut dapat dilihat dari adanya klinik, apotik,


(73)

terdapat ruang-ruang yang mendukung berjalannya sistem bangunan melalui adanya ruang ME dan ruang tangki air.

Gambar 5.25 Denah Lantai Dasar Mess Atlet

Untuk lantai satu hingga lantai tiga difungsikan untuk unit kamar atlet, dimana hanya terdapat satu jenis unit kamar pada seluruh bangunan mess ini. Kamar yang ada mampu menampung maksimal empat orang atlet yang didalamnya sudah dilengkapi dengan ruang-ruang seperti dapur, ruang tamu, ruang makan, kamar mandi dan ruang jemur. Sehingga kebutuhan sehari-hari para atlet yang menginap disini berupa makan, cuci, dll sudah dapat terpenuhi. Untuk desain unit kamar dapat dilihat pada Gambar 5.26.


(74)

Gambar 5.26 Perspektif Unit Kamar Mess Atlet


(75)

BAB VI INDERA

Layaknya jiwa pada tubuh manusia, perencanaan mekanisme sistem yang dibutuhkan merupakan hal yang sangat penting baik berupa mekanikal elektikal, sirkulasi, zona, pemipaan, dsb. Disamping sistem-sistem tersebut, struktur merupakan faktor yang jelas harus diperhatikan dalam merancang. Vitruvius bahkan mengatakan bahwa bangunan yang baik ialah bangunan yang memenuhi tiga aspek, estetika, fungsi, dan struktur. Dalam kaitannya dengan rancangan

penulis, penulis menggunakan sistem struktur rangka kaku (rigid frame) pada

bangunan ketiga bangunan yang ada. Sistem tersebut dipilih karena penggunaanya jamak digunakan di Indonesia dan sudah dimengerti oleh pekerja-pekerja bangunan sehingga tidak membutuhkan keterampilan khusus dalam proses

pengerjaannnya. Pada bangunan mix use struktur diperkuat dengan adanya core

lift dan tangga kebakaran yang secara otomatis memperkuat struktur.


(76)

Selanjutnya kita beranjak menuju sistem mekanikal elektrikal pada tiap bangunan. pada ilustrasi sistem mekanikal elektikal akan dijelaskan bagaimana jalur yang dilalui oleh listrik dari PLN hingga dapat diakses dari tiap-tiap ruang pada bangunan. dalam penggambaran sistem ini pada umumnya akan diawali dari arus listrik dari PLN kemudian diterima di Trafo lalu ke MCB bangunan. Pada MCB arus ini arus akan dibagi menjadi dua yakni aliran listrik langsung dan generator. Guna dari MCB adalah untuk pemindahan sumber arus dari PLN ke Generator bila terjadinya pemadaman listrik. Untuk ilustrasi gambar dapat dilihat pada Gambar 6.2, 6.3, dan 6.4.

Gambar 6.2 Sistem Distribusi Listrik Pada Wisma Atlet

Gambar 6.3 Sistem Distribusi Listrik Pada Mess Atlet


(77)

Gambar 6.4 Sistem Distribusi Listrik Pada Mix Use Building

Selanjutnya yang tak kalah penting ialah sistem pemimpaan sistem ini menjadi penting karena merupakan kebutuhan dasar manusia untuk dapat memperoleh air. Pemasangan sistem ini hendaknya direncakan dan dikerjakan dengan baik karena bila terjadi kesalahan dapat menyebabkan kebocoran. Kebocoran yang ada akan berdampak pada membengkaknya biaya pengerjaan bangunan karena diperlukannya proses perbaikan. Untuk ilustrasi sistem sanitasi penulis membaginya menjadi dua yakni sanitasi air bersih dan sanitasi air kotor. Adapun sistem sanitasi air bersih diawali dengan sumber air yang berasal dari PDAM ditampung ke dalam tangki air untuk selanjutnya dipompa menuju tangki air yang ada diatas dan dialirkan menuju tiap ruang yang membutuhkan dengan


(78)

use building. Sedikit berbeda dengan sistem diatas pada bangunan mess atlet tidak mempergunakan tangki yang diletakkan pada atap bangunan. sehingga sistem yang digunakan menjadi: air dari PDAM ditampung dalam tangki air utuk selanjutnya disebarkan dengan menggunakan pompa. Pada perencanaan sistem air bersih warna aliran air dari pdam menuju tangki atas diwakili dengan penggunaan warna biru tua sedangkan dari tangki atas menuju tiap ruangan diwakili dengan warna biru muda.

Gambar 6.5 Sistem Distibusi Air Bersih Pada Wisma Atlet


(79)

Gambar 6.7 Sistem Distribusi Air Bersih Pada Mix Use Building

Untuk sistem aliran air kotor ringan diwakili dengan warna oranye sedangkan air kotor berat diwakili dengan warna coklat. Untuk air kotor ringan dari tiap unit akan menuju ke shaft yang selanjutkan akan dialirkan ke sistem pembuangan kota yakni roil kota. Sedangkan pada pembuangan air kotor berat dari tiap lantai akan menuju ke shaft dan selanjutnya menuju ke sumur STP.


(80)

Gambar 6.9 Pembuangan Air Kotor Berat Pada Mess Atlet


(81)

Dari tiga bangunan yang penulis rancang, mix use building merupakan satu-satunya fungsi yang membutuhkan tangga kebakaran. Hal ini dikarenakan pada fungsi wisma dan mess atlet memiliki tinggi bangunan yang relatif rendah yakni tiga lantai oleh karenanya keberadaan tangga sirkulasi biasa dirasa sudah cukup untuk memfasilitasi kebutuhan akan tangga kebakaran bila suatu saat

terjadi kebakaran. Untuk ilustrasi tangga kebakaran pada mix use building akan

diwakili dengan penggunaan warna merah pada Gambar 6.11.

Gambar 6.11 Core Tangga Kebakaran

Pembahasan selanjutnya ialah mengenai zonasi, zonasi ruang sangat penting dalam proses perancangan karena pengelompokan ruang yang salah akan berakibat pada ketidaknyamanan pada area tertentu. Zonasi menjadi penting karena masing-masing ruang memiliki tingkat privasi yang berbeda-beda. Dalam


(82)

ilustrasi zonasi warna merah akan mewakili ruang-ruang yang tergolong private, warna hijau untuk semi publik dan biru mewakili area publik.

Gambar 6.12 Pembagian Zona Pada Wisma Atlet

Gambar 6.13 Pembagian Zona Pada Mix Use Building


(83)

BAB VII

TALK THE TALK

Setelah menyelesaikan hasil rancangan yang penulis kerjakan selama kurang lebih satu semester terakhir, penulis menyusun gambar-gambar yang akan dipersentasikan pada sidang akhir. Untuk awal persentasi penulis akan membahas mengenai konsep, tema, dan fungsi bangunan yang terdapat pada panel pertama (Lampiran 1a). selanjutnya pembahasan akan bergerak menuju fugsi pertama yakni wisma atlet, untuk membedakan panel tiap fungsi penulis memberikan gradasi warna pada panel dari warna terang ke gelap. Panel kedua (Lampiran 1b) akan banyak membahas mengenai tampak, persepektif, dan unit kamar pada bangunan. Panel ketiga (Lampiran 1c) penulis akan membahas mengenai denah bangunan dan potongan. Yang selanjutnya dilanjutkan dengan penjelasan mengenai potongan tapak, sistem bangunan dan interior (Lampiran 1d).

Memasuki panel selanjutnya (Lampiran 1e) memasuki fungsi kedua yakni mix use building, pada panel ini penulis membahas tampak, interior dan perspektif bangunan. untuk denah bangunan dimuat pada empat panel selanjutnya (Lampiran 1f-1i), potongan melintang dimuat pada panel setelahnya (Lampiran 1j). Lampiran 1k memuat gambar mengenai potongan, tampak dan unit yang ada pada bangunan, selanjutnya dilanjutkan dengan lampiran 1l dengan penjelasan mengenai sistem bangunan dan eksterior. Lampiran selanjutnya (Lampiran 1m) pada panel ini penulis memasuki fungsi terakhir yakni mess atlet dengan


(84)

pembahasan mengenai tampak dan eksterior. Memasuki akhir sesi penulis akan menjabarkan denah, potongan, sistem dan eksterior bangunan yang dimuat pada dua panel terakhir (Lampiran 1n dan 1o). Penulis menekankan pembahasan pada fasilitas mix use building karena merupakan fungsi yang paling rumit dari beragam aspek. Baik itu pembagian zonasi, sistem utilitas yang diperlukan, serta struktur dan kesesuaian program ruang dengan standar yang seharusnya.

Saat menyelesaikan presentasi pada sidang akhir penulis pun mendapatkan beberapa masukan dari dosen pembimbing dan penguji. Bapak Imam Faisal Pane selaku pembimbing satu memberikan saran mengenai tema yang diusung. Beliau menilai penerapan tema pada bangunan terkesan tanggung karena penerapan tema yang diusung kebanyakan bersifat eksterior seperti penggunaan atap lokal Nias Selatan sebagai elemen atap bangunan dan dirasa kurang menyentuh nilai-nilai kearifan lokal yang mengakar pada Arsitektur Nias Selatan.

Beliau menyarankan bila memungkinkan ada baiknya untuk menerapkan prinsip-prinsip yang diterapkan pada desa adat ataupun bangunan tradisional di Nias Sealatan. Salah satu contoh konkrit dari pernyataan tersebut ialah pola

tatanan desa yang ada di desa adat Bawômataluo dimana pola perkampungannya

mengerucut dibagian ujung desa dengan jalan yang semakin menyempit. Beliau menyarankan untuk menerapkan konsep tersebut dalam ruang lingkup kawasan jikalau memungkinkan untuk diterapkan. Kebanyakan saran dan tanggapan yang diberikan para penguji sifatnya umum dan menjurus terhadap kawasan seperti, pola-pola sirkulasi jalan, pembagian zona kawasan, alur kanal, dll. Selain panel yang menjelaskan desain bangunan, tiap peserta sidang juga harus mempersiapkan


(85)

sebuah maket untuk melengkapi penjelasan yang diutarakan saat persentase. Maket penulis merupakan maket kawasan yang didalamnya memuat fungsi penulis dan rekan-rekan tim didalamnya. Karena merupakan maket kawasan skala yang digunakan pun lebih kecil dari maket yang biasa kita lihat dalam pameran.

Maket penulis menggunakan skala 1:5000 dengan warna monochrome. Oleh

karenanya yang terlihat hanyalah bentuk dasar massa bangunan yang berwarna putih dengan pola jalan, vegetasi, batas pantai, dan laut yang diberikan warna sesuai dengan warna aslinya.


(86)

67 BAB 8

AWAL YANG LAIN

Tema arsitektur yang penulis terapkan pada bangunan adalah Arsitektur postmodern. Dimana tema tersebut akan memadukan anatara arsitektur lokal Nias Selatan dengan Arsitektur kolonial. Perpaduan tersebut dirasa cocok karena adanya keinginan untuk mengangkat arsitektur lokal Nias Selatan sebagai kekayaan budaya yang otentik. Ide untuk memadukannya dengan Arsitektur kolonial muncul karena keberadaan kanal-kanal eksisting kawasan, kesan dari keberadaan kanal sendiri sangat erat kaitannya dengan kota Venice di Italia. Dimana arsitektur kota tersebut sangat kental dengan Arsitektur kolonial, diharapkan keberadaan kanal, dan penggunaan Arsitektur kolonial mampu membangkitkan pariwisata kawasan seperti di kota Venice namun memiliki ciri tersendiri dengan penggunaan elemen arsitektur lokal.

Bentuk bangunan wisma dan mix use building dipengaruhi dengan kondisi

sekitar tapak salah satu faktor utamanya ialah keberadaan yaahowu tower pada

bagian depan bangunan. melihat kondisi ini penulis merancang bangunan yang

berbentuk melengkung sehingga tanggap terhadap keberadaan tower di depannya

sekaligus juga responsif terhadap area pantai yang ada dibelakangnya. Hal ini

menjadikan bangunan ini istimewa karena memiliki view yang sangat baik di

kedua sisinya.

Bangunan mix use terdiri dari tiga belas lantai, bangunan ini memiliki


(87)

Untuk retail-retail komersil diletakkan pada lantai dasar bangunan, diatasnya terdapat lantai satu yang difungsikan untuk lahn parkir. Untuk fungsi hotel sendiri dimulai dari lantai dua ditandai dengan adanya fasilitas penunjang hotel pada lantai tersebut berupa lobby, resepsionis, dan restoran. Dua lantai diatasnya yakni lantai tiga dan empat difungsikan untuk keperluan administrasi hotel berupa

kantor-kantor pegawai hotel yang diklasifikasikan berdasarkan jobdesk

masing-masing.

Keberadaan lantai lima dan enam sendiri digunakan sebagai fasilitas-fasilitas hotel seperti coffee shop, kolam renang, spa, pusat kebugaran, dll. Untuk kamar hotel dimulai dari lantai tujuh dan tipikal hingga lantai ke sepeluh. Dalam lantai-lantai tersebut terdapat unit kamar-kamar hotel yang bersusun di kiri dan kanan koridor. Keberadaan unit-unit kamar hotel sendiri menempati menara disebelah kanan bangunan sementara disampingnya terdapat menara kantor sewa, diatas fungsi hotel terdapat unit-unit kamar apartemen, fungsi ini diletakkan pada bagian paling atas untuk memberikan tingkat privasi yang tinggi bagi para pemilik unit. Penataan ruang luar bangunan ini lebih mengedepankan aspek fungsional karena besarnya kebutuhan parkir yang harus dipenuhi.

Fungsi selanjutnya yakni wisma atlet merupakan bangunan ynag terdiri atas tiga lantai dengan peruntukan lantai dasar untuk memenuhi kebutuhan pengguna nantinya. Pada lantai dasar terdapat ruang-ruang sebagai fungsi pendukung sistem berupa ruang pompa, ruang trafo, ruang genset, dan ruang tangki. Selain untuk ruang-ruang sistem pada lantai ini juga terdapat fungsi-fungsi


(1)

87

Universitas Sumatera Utara

Portofolio Studio Perancangan Arsitektur VI

Lampiran 10


(2)

88

Universitas Sumatera Utara

Portofolio Studio Perancangan Arsitektur VI

Lampiran 11


(3)

89

Universitas Sumatera Utara

Portofolio Studio Perancangan Arsitektur VI

Lampiran 12


(4)

90

Universitas Sumatera Utara

Portofolio Studio Perancangan Arsitektur VI

Lampiran 13


(5)

91

Universitas Sumatera Utara

Portofolio Studio Perancangan Arsitektur VI

Lampiran 14


(6)

92

Universitas Sumatera Utara

Portofolio Studio Perancangan Arsitektur VI

Lampiran 15