BAB V PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT
KAMPUNG RAWAJATI 5.1 Sejarah Pengelolaan Lingkungan Kampung Rawajati
Pada awal 2002 Ketua PKK Ibu Nn ditunjuk Kelurahan Pancoran menjadi kader kebersihan DKI. la bersama dengan anggota PKK dan beberapa warga
berkunjung ke Kelurahan Banjarsari, Cilandak Barat, Jakarta Selatan. Dari kunjungan tersebut ia terinspirasi menggerakkan warga membangun RW 03
seperti Banjarsari yang bersih, asri, dan hijau. Selain melakukan kunjungan ke Banjarsari, mereka juga melakukan studi
banding ke beberapa wilayah antara lain: •
Cihideung Bandung dan Kebon Jeruk Jakarta pada tahun 2002 untuk mengkaji mengenai budidaya dan penangkaran tanaman.
• Kota Wisata dan Kota Legenda Wisata pada tahun 2002 untuk
mempelajari mengenai penataan lingkungan. •
Yayasan Pondok Pesantren Indonesia Ma’had Al Zaitun, Indramayu tahun 2005 dengan tujuan untuk mempelajari mengenai pemanfaatan sampah
dan ekosistem. Mula-mula pengurus PKK yang diajak melakukan penghijauan dan
menjaga kebersihan di rumah masing-masing. Berikut komentar Ibu Nn:
Pengurus harus jadi pelopor warga lain. Selain untuk memberikan contoh, hal ini akan menumbuhkan warga untuk melakukan
penghijauan
Hasilnya semua pekarangan rumah pengurus PKK menjadi hijau dan bersih. Pada awalnya yang ingin didahulukan adalah mengenai pengelolaan
sampah. Tetapi warga kurang tertarik dengan gagasan tersebut. Oleh karena itu gerakan dimulai dengan penghijauan. Warga digugah untuk peduli dan terlibat,
karena ini menyangkut hajat hidup mereka sendiri. Awal 2003 serentak RW 03 Kelurahan Rawajati melakukan penghijauan
dengan menanam tanaman obat di halaman rumah. Satu rumah minimal membuat tujuh pot tanaman. Meskipun hanya tumbuhan kecil, yang penting harus hijau
adalah slogan yang dipakai untuk penghijauan di Kampung Rawajati.
“Pokoknya ga ada alasan buat untuk tidak ada lahan atau pekarangan untuk menanam. Pot diatas got pun ga apa-apa, malah jadi kelihatan lebih
menarik
”
Ibu Nn
Setelah berhasil dengan tujuh pot, kemudian ditambah menjadi 10 pot dan hingga mencapai 30 pot, warga mulai mengeluh kekurangan pupuk maupun media
untuk menanam. Dari permasalahan tersebut PKK mulai melakukan sosialisasi mengenai pentingnya pengolahan sampah. Warga digerakkan mengolah sampah
di rumah masing-masing. Sampah organik kemudian dijadikan pupuk organik sekaligus media menanam.
Untuk itu PKK mengajarkan pembagian dua kantong sampah yaitu satu di dapur untuk tempat sampah dapur sampah organik, satu di depan rumah sebagai
tempat sampah nonorganik seperti kertas, beling, dan plastik. Bila warga tidak sempat mengolah sampah sendiri, di RT 08 disediakan tempat pembuatan pupuk
organik yang dilakukan kader PKK secara sukarela. Gerakan penghijauan partikelir itu pun berhasil. Setiap RT memiliki
tanaman unggulan yang diproduksi sebagai kapsul atau jamu. RT 05 misalnya, punya tanaman unggulan Mahkota Dewa, sedangkan di RT 10 setiap pekarangan
warga ditanami lidah buaya yang diproduksi menjadi koktail lidah buaya