Tingkat Partisipasi Warga dalam Pengelolaan Lingkungan Berbasis Masyarakat (Kasus: Kampung Hijau Rawajati, RW 03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta)

(1)

TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN

LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT

(Kasus: Kampung Hijau Rawajati, RW 03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta)

Oleh:

YUDIE APRIANTO A14204049


(2)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(3)

RINGKASAN

YUDIE APRIANTO. TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT (Kasus Kampung Hijau Rawajati, RW 03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta). (Di bawah bimbingan Titik Sumarti)

Pemanasan global merupakan masalah yang cukup menjadi perhatian dunia saat ini. Hal ini disebabkan oleh pengelolaan lingkungan yang tidak tepat sehingga dapat merusak lingkungan. Oleh karena itu perlu perubahan paradigma pengelolaan lingkungan yang mengedepankan kesetaraan hubungan manusia dengan alam. Kondisi seperti ini menuntut tidak hanya pemerintah dalam pengelolaan lingkungan, namun juga masyarakat dan instansi lainnya, seperti pihak swasta dan LSM. Salah satu contoh pengelolaan lingkungan yang merupakan inisiatif dari masyarakat adalah pengelolaan yang dilakukan di wilayah Kampung Rawajati, RW 03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan. Seluruh rumahtangga menanam beragam tanaman, seperti tanaman hias, tanaman produktif, apotek hidup di pekarangan rumah, pagar dan tepi jalan di depan rumah masing-masing. Selain itu, mereka mengolah sampah domestik untuk didaur ulang sehingga dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti kompos dan barang kerajinan. Oleh karena itu, menarik untuk mengkaji mengenai bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan

lingkungan tersebut dan faktor-faktor apa saja yang menentukannya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat partisipasi warga dalam pengelolaan lingkungan. Selain itu, tujuan lain penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang menentukan tingkat partisipasi tersebut. Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan menggunakan metode penelitian survai dengan didukung oleh data kualitatif. Metode yang digunakan adalah survai eksplanatoris. Jumlah responden yang diteliti adalah 100 orang. Analisis data menggunakan tabulasi silang dan uji korelasi Rank Spearman.

Kampung Rawajati merupakan wilayah yang padat penduduk. Kepadatan penduduk wilayah ini mencapai 9.000 jiwa per kilometer persegi.. Rasio jenis kelamin sebesar 101 menunjukkan bahwa terdapat jumlah yang seimbang antara jumlah laki-laki dan perempuan. Wilayah ini sebagian besar didiami oleh para pensiunan, khususnya purnawirawan TNI AD. Hal ini disebabkan sebanyak enam


(4)

RT merupakan wilayah komplek Zeni TNI AD dan empat RT lainnya adalah perumahan umum. Warga Kampung Rawajati memiliki berbagai aktivitas,

terutama dalam pengelolaan lingkungan. Berbagai aktivitas tersebut diwadahi oleh kelembagaan yang mengaturnya. Kelembagaan yang digunakan dalam

pengelolaan lingkungan antara lain PKK, KPS dan Kelompok Agrowisata. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun Kampung Rawajati memiliki keterbatasan lahan, tetapi didukung oleh sumberdaya manusia dan kelembagaan dalam melakukan pengelolaan lingkungan.

Pengelolaan lingkungan Kampung Rawajati merupakan salah satu bentuk pengelolaan lingkungan berbasis masyarakat. Pengelolaan ini menekankan pada pentingnya peran masyarakat dalam mendefinisikan sendiri kebutuhan, keinginan dan aspirasi serta membuat keputusan demi kesejahteraannya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik dari warga Kampung Rawajati rata-rata berusia 51 tahun, mayoritas tingkat pendidikan responden lebih dari SMP dengan tingkat pendapatan kurang dari Rp 2.456.000,- dan mayoritas responden memiliki beban keluarga kurang dari tiga orang. Mayoritas responden memiliki pengalaman berkelompok yang rendah dan sebagian besar tinggal di wilayah Kampung Rawajati selama kurang dari 35 tahun. Selain itu mayoritas responden berpendapat bahwa dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan, metode yang digunakan adalah dua arah dan pelayanan kegiatan baik.

Secara umum, tingkat partisipasi warga dalam pengelolaan lingkungan di Kampung Rawajati sudah tergolong tinggi. Dalam tahapan partisipasi,

menunjukkan bahwa tahap pengambilan keputusan merupakan tahap yang paling rendah sedangkan tahap pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi sudah

tergolong tinggi. Hal ini disebabkan oleh trust mereka terhadap elit RW dan pengelola, kesadaran untuk mengelola lingkungan yang tinggi, dan kebanggaan terhadap penghargaan yang telah didapatkan yang mendorong warga untuk tetap mengelola lingkungannya.

Umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan beban keluarga tidak berhubungan nyata atau signifikan dengan tingkat partisipasi warga Kampung Rawajati dalam pengelolaan lingkungan. Faktor yang memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat partisipasi adalah pengalaman berkelompok, lama tinggal, metode kegiatan dan pelayanan kegiatan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat partisipasi warga Kampung Rawajati lebih dipengaruhi oleh interaksi mereka dengan lingkungan, baik sosial maupun alam sekitar tempat tinggalnya.


(5)

TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN

LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT

(Kasus: Kampung Hijau Rawajati, RW 03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta)

Oleh: Yudie Aprianto

A14204049

SKRIPSI


(6)

Sarjana Pertanian pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Program Studi Komunikasi Dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor 2008


(7)

DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh: Nama : Yudie Aprianto

NRP : A14204049

Program Studi : Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Judul : Tingkat Partisipasi Warga dalam Pengelolaan Lingkungan Berbasis Masyarakat (Kasus: Kampung Hijau Rawajati, RW 03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta)

dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing


(8)

Dr. Ir. Titik Sumarti MC, M.S. NIP. 131 569 245

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019


(9)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN

LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT (KASUS: KAMPUNG HIJAU RAWAJATI, RW 03, KELURAHAN RAWAJATI, KECAMATAN

PANCORAN, KOTAMADYA JAKARTA SELATAN, PROVINSI DKI

JAKARTA)” BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU.

Bogor, Agustus 2008

Yudie Aprianto A14202049


(10)

(11)

TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN

LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT

(Kasus: Kampung Hijau Rawajati, RW 03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta)

Oleh:

YUDIE APRIANTO A14204049


(12)

PROGRAM STUDI KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008


(13)

RINGKASAN

YUDIE APRIANTO. TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT (Kasus Kampung Hijau Rawajati, RW 03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta). (Di bawah bimbingan Titik Sumarti)

Pemanasan global merupakan masalah yang cukup menjadi perhatian dunia saat ini. Hal ini disebabkan oleh pengelolaan lingkungan yang tidak tepat sehingga dapat merusak lingkungan. Oleh karena itu perlu perubahan paradigma pengelolaan lingkungan yang mengedepankan kesetaraan hubungan manusia dengan alam. Kondisi seperti ini menuntut tidak hanya pemerintah dalam pengelolaan lingkungan, namun juga masyarakat dan instansi lainnya, seperti pihak swasta dan LSM. Salah satu contoh pengelolaan lingkungan yang merupakan inisiatif dari masyarakat adalah pengelolaan yang dilakukan di wilayah Kampung Rawajati, RW 03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Jakarta Selatan. Seluruh rumahtangga menanam beragam tanaman, seperti tanaman hias, tanaman produktif, apotek hidup di pekarangan rumah, pagar dan tepi jalan di depan rumah masing-masing. Selain itu, mereka mengolah sampah domestik untuk didaur ulang sehingga dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti kompos dan barang kerajinan. Oleh karena itu, menarik untuk mengkaji mengenai bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan

lingkungan tersebut dan faktor-faktor apa saja yang menentukannya.

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat partisipasi warga dalam pengelolaan lingkungan. Selain itu, tujuan lain penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang menentukan tingkat partisipasi tersebut. Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dan menggunakan metode penelitian survai dengan didukung oleh data kualitatif. Metode yang digunakan adalah survai eksplanatoris. Jumlah responden yang diteliti adalah 100 orang. Analisis data menggunakan tabulasi silang dan uji korelasi Rank Spearman.

Kampung Rawajati merupakan wilayah yang padat penduduk. Kepadatan penduduk wilayah ini mencapai 9.000 jiwa per kilometer persegi.. Rasio jenis kelamin sebesar 101 menunjukkan bahwa terdapat jumlah yang seimbang antara jumlah laki-laki dan perempuan. Wilayah ini sebagian besar didiami oleh para pensiunan, khususnya purnawirawan TNI AD. Hal ini disebabkan sebanyak enam


(14)

RT merupakan wilayah komplek Zeni TNI AD dan empat RT lainnya adalah perumahan umum. Warga Kampung Rawajati memiliki berbagai aktivitas,

terutama dalam pengelolaan lingkungan. Berbagai aktivitas tersebut diwadahi oleh kelembagaan yang mengaturnya. Kelembagaan yang digunakan dalam

pengelolaan lingkungan antara lain PKK, KPS dan Kelompok Agrowisata. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun Kampung Rawajati memiliki keterbatasan lahan, tetapi didukung oleh sumberdaya manusia dan kelembagaan dalam melakukan pengelolaan lingkungan.

Pengelolaan lingkungan Kampung Rawajati merupakan salah satu bentuk pengelolaan lingkungan berbasis masyarakat. Pengelolaan ini menekankan pada pentingnya peran masyarakat dalam mendefinisikan sendiri kebutuhan, keinginan dan aspirasi serta membuat keputusan demi kesejahteraannya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik dari warga Kampung Rawajati rata-rata berusia 51 tahun, mayoritas tingkat pendidikan responden lebih dari SMP dengan tingkat pendapatan kurang dari Rp 2.456.000,- dan mayoritas responden memiliki beban keluarga kurang dari tiga orang. Mayoritas responden memiliki pengalaman berkelompok yang rendah dan sebagian besar tinggal di wilayah Kampung Rawajati selama kurang dari 35 tahun. Selain itu mayoritas responden berpendapat bahwa dalam pelaksanaan pengelolaan lingkungan, metode yang digunakan adalah dua arah dan pelayanan kegiatan baik.

Secara umum, tingkat partisipasi warga dalam pengelolaan lingkungan di Kampung Rawajati sudah tergolong tinggi. Dalam tahapan partisipasi,

menunjukkan bahwa tahap pengambilan keputusan merupakan tahap yang paling rendah sedangkan tahap pelaksanaan, menikmati hasil dan evaluasi sudah

tergolong tinggi. Hal ini disebabkan oleh trust mereka terhadap elit RW dan pengelola, kesadaran untuk mengelola lingkungan yang tinggi, dan kebanggaan terhadap penghargaan yang telah didapatkan yang mendorong warga untuk tetap mengelola lingkungannya.

Umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan dan beban keluarga tidak berhubungan nyata atau signifikan dengan tingkat partisipasi warga Kampung Rawajati dalam pengelolaan lingkungan. Faktor yang memiliki hubungan yang signifikan dengan tingkat partisipasi adalah pengalaman berkelompok, lama tinggal, metode kegiatan dan pelayanan kegiatan. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat partisipasi warga Kampung Rawajati lebih dipengaruhi oleh interaksi mereka dengan lingkungan, baik sosial maupun alam sekitar tempat tinggalnya.


(15)

TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN

LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT

(Kasus: Kampung Hijau Rawajati, RW 03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta)

Oleh: Yudie Aprianto

A14204049

SKRIPSI


(16)

Sarjana Pertanian pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Program Studi Komunikasi Dan Pengembangan Masyarakat Fakultas Pertanian

Institut Pertanian Bogor 2008


(17)

DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang disusun oleh: Nama : Yudie Aprianto

NRP : A14204049

Program Studi : Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Judul : Tingkat Partisipasi Warga dalam Pengelolaan Lingkungan Berbasis Masyarakat (Kasus: Kampung Hijau Rawajati, RW 03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta)

dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing


(18)

Dr. Ir. Titik Sumarti MC, M.S. NIP. 131 569 245

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, M. Agr NIP. 131 124 019


(19)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “TINGKAT PARTISIPASI WARGA DALAM PENGELOLAAN

LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT (KASUS: KAMPUNG HIJAU RAWAJATI, RW 03, KELURAHAN RAWAJATI, KECAMATAN

PANCORAN, KOTAMADYA JAKARTA SELATAN, PROVINSI DKI

JAKARTA)” BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU.

Bogor, Agustus 2008

Yudie Aprianto A14202049


(20)

(21)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Jakarta, tanggal 10 April 1985, sebagai anak keenam dari enam bersaudara pasangan Purry Purwono dan Yeti Sriati. Penulis memulai pendidikan formal tahun 1992 di SDN Duren Tiga 01 Pagi, penulis juga pernah mengikuti lomba siswa teladan tingkat kecamatan. Selanjutnya penulis

meneruskan pendidikan formal tingkat menengah di SLTP N 182 Jakarta tahun 1998-2001. Disamping itu penulis juga aktif dalam berbagai lomba Fisika, Bahasa Inggris hingga tingkat Jakarta Selatan. Setelah lulus tahun 2001 dari pendidikan tingkat menengah, penulis melanjutkan pendidikan tingkat atas di SMU N 55 Jakarta sampai tahun 2004. Semasa SMU, penulis aktif mengikuti kegiatan ekstrakurikuler beladiri Karate dan pernah menjabat sebagai ketua, serta

mengikuti dan memenangkan lomba Karate. Pada tahun 2004 penulis diterima di Fakultas Pertanian, Jurusan Sosial Ekonomi, Program Studi Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB.

Semasa kuliah penulis pernah menjabat sebagai staf Pengembangan Sumberdaya Mahasiswa (PSDM), Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Pertanian IPB. Penulis pernah menjabat sebagai ketua koordinator English Debating Contest Zone-@ 2006. Selain itu, penulis pernah menjadi asisten dosen mata kuliah Pengantar Ilmu Kependudukan dan Dasar-dasar Komunikasi tahun 2005-sekarang. Penulis juga pernah tercatat sebagai staf Pengembangan Masyarakat organisasi Himpunan Profesi Mahasiswa Pecinta Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian (MISETA) IPB.


(22)

(23)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas rahmat, petunjuk, dan hidayah-Nya, skripsi yang berjudul ”Tingkat Partisipasi Warga dalam Pengelolaan Lingkungan Berbasis Masyarakat (Kasus: Kampung Hijau Rawajati, RW 03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan, Provinsi DKI Jakarta)” akhirnya dapat diselesaikan dengan baik.

Skripsi ini merupakan suatu karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penulis mencoba untuk mengetahui tingkat partisipasi warga dalam pengelolaan lingkungan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya sehingga mendapatkan gambaran mengenai partisipasi serta kegiatan warga dalam pengelolaan

lingkungan. Penulis berharap semoga materi yang disampaikan dalam skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat dijadikan masukan bagi penelitian selanjutnya dengan minat yang sama.

Bogor, Agustus 2008


(24)

(25)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyelesaian penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, maka dari itu pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu baik secara langsung ataupun tidak langsung, diantaranya adalah:

1. Dr. Ir. Titik Sumarti MC, M.S. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, perhatian dan masukan serta meluangkan waktunya kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

2. Dosen penguji utama Dr. Ir. Soeryo Adiwibowo, M.S. dan dosen komisi pendidikan Ratri Virianita, S.Sos, M.Si atas kritik dan saran dalam penulisan skripsi ini.

3. Mama, Bapak dan kakak-kakakku A’ Iyar, A’ Ade dan Mba Ningsih, Mbak Cici dan Om Idus, Mbak Edo dan Mbak Eka yang tak henti-hentinya memanjatkan doa, memberikan dukungan secara moril maupun materi, serta kasih sayang kepada penulis. Kepada keponakan-keponakanku Aviel, Ocha, Zihan, Ara, Tyo dan Sheva yang selalu membuat keceriaan sehingga menghilangkan rasa jenuh dan lelah dalam penulisan.

4. Bapak Supardi selaku wakil RW 03 Kelurahan Rawajati yang telah memberikan kesempatan meneliti serta memberikan segala yang


(26)

dibutuhkan penulis mengenai Kampung Rawajati. Ibu Eneng yang sangat membantu penulis dalam memperoleh data dan menyediakan makanan saat melakukan turun lapang. Ibu Nur, Ibu Ratna, serta segenap warga Kampung Rawajati yang selalu sedia memberikan informasi dan data yang dibutuhkan penulis.

5. Grup COLE yaitu Zay, Ani, Bayu, dan Ucie untuk bantuan pemikiran, diskusi, informasi, kebersamaan serta terima kasih telah berkenan berbagi emosi dalam pendewasaan diri selama ini.

6. Teman seperjuanganku Qori dan Nita. Seluruh teman-teman KPM 41 khususnya Ilham dan Mira yang ikut memberikan masukan dan kritik, serta dorongan moril.

7. Teman-teman KKP Pasir Suren: Abdi, Bena, Cimay, dan Deri atas kenangan dalam kebahagian dan penderitaan saat serumah dan ber-KKP. Teman-teman di Wisma Gophis: Nunu, Edo, Wahyu, Teteg, Ferry, Zay, Juan, Afi, Iwan, Cecep, Haris, dan Windi untuk kebersamaannya dan persahabatan dengan toleransi yang tinggi dengan memberikan masukan dan kritik dalam penulisan, serta dukungan moril supaya fokus dalam penyelesaian skripsi.

8. Semua rekan yang telah memberikan sumbangsih sekecil apapun dalam penyelesaian skripsi ini.


(27)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI ... viii DAFTAR TABEL ... xi DAFTAR GAMBAR ... xii DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Perumusan Masalah ... 4 1.3 Tujuan Penelitian ... 5 1.4 Kegunaan Penelitian ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Pengelolaan Lingkungan Hidup ... 6 2.1.1 Pengertian Lingkungan Hidup ... 6 2.1.2 Pengelolaan Lingkungan Hidup ... 7 2.2 Community Based Management ... 8 2.3 Partisipasi Masyarakat ... 11 2.3.1 Konsep Partisipasi ... 11 2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi ... 12 2.6 Kerangka Pemikiran ... 14 2.7 Hipotesis Penelitian ... 15 2.8 Definisi Operasional ... 16


(28)

3.1 Metode Penelitian ... 20 3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 20 3.3 Teknik Pemilihan Responden. ... 21 3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 22 3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 23

BAB IV GAMBARAN UMUM

4.1 Lokasi Kampung Rawajati ... 24 4.2 Kependudukan ... 25 4.3 Kelembagaan Terkait dengan Pengelolaan lingkungan ... 27 4.3.1 PKK ... 28 4.3.2 Kelompok Penangkar Swadaya ... 30 4.3.3 Kelompok Agrowisata ... 31 4.3.4 Kelompok Arisan ... 32 4.4 Ikhtisar ... 33

BAB V PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT KAMPUNG RAWAJATI

5.1 Sejarah Pengelolaan Lingkungan Kampung Rawajati ... 34 5.2 Penghijauan... 37 5.3 Pengelolaan Sampah Terpadu. ... 39 5.3.1 Pembuatan Pupuk Kompos dengan Sistem Bokasi ... 41 5.3.2 Daur Ulang Sampah Anorganik ... 42 5.4 Ikhtisar ... 44


(29)

6.1 Karakteristik Individu ... 45 6.1.1 Umur ... 46 6.1.2 Tingkat Pendidikan... 46 6.1.3 Tingkat Pendapatan ... 46 6.1.4 Jumlah Beban Keluarga ... 47 6.1.5 Pengalaman Berkelompok ... 47 6.1.6 Lama Tinggal ... 48 6.2 Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan. ... 48 6.2.1 Metode Kegiatan ... 48 6.2.2 Pelayanan Kegiatan ... 49

BAB VII TINGKAT PARTISIPASI WARGA KAMPUNG RAWAJATI DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGAN

7.1 Tingkat Partisipasi Warga Kampung Rawajati dalam

Pengelolaan Lingkungan ... 50 7.2 Hubungan Antara Karakteristik Individu dengan Tingkat

Partisipasi Warga dalam Pengelolaan Lingkungan... 54 7.2.1 Hubungan Antara Umur dengan Tingkat

Partisipasi Warga dalam Pengelolaan Lingkungan ... 54 7.2.2 Hubungan Antara Tingkat Pendidikan dengan

Tingkat Partisipasi Warga dalam Pengelolaan

Lingkungan ... 56 7.2.3 Hubungan Antara Tingkat Pendapatan dengan

Tingkat Partisipasi Warga dalam Pengelolaan

Lingkungan ... 57 7.2.4 Hubungan Antara Jumlah Beban Keluarga dengan


(30)

Tingkat Partisipasi Warga dalam Pengelolaan

Lingkungan ... 59 7.2.5 Hubungan Antara Pengalaman Berkelompok dengan

Tingkat Partisipasi Warga dalam Pengelolaan

Lingkungan ... 61 7.2.6 Hubungan Antara Lama Tinggal dengan Tingkat

Partisipasi Warga dalam Pengelolaan Lingkungan .... 62 7.3 Hubungan Antara Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan

dengan Tingkat Partisipasi Warga dalam Pengelolaan

Lingkungan. ... 64 7.3.1 Hubungan Antara Metode Kegiatan dengan

Tingkat Partisipasi Warga dalam Pengelolaan

Lingkungan ... 64 7.3.2 Hubungan Antara Pelayanan Kegiatan dengan

Tingkat Partisipasi Warga dalam Pengelolaan

Lingkungan ... 65

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan... 67 8.2 Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 69 LAMPIRAN... ... 72


(31)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Kependudukan Kampung Rawajati, RW 03, Kelurahan Rawajati Tahun 2007 ...

25

2. Persentase Jumlah Penduduk Kampung Rawajati Menurut Jenis Pekerjaan Tahun 2007 ... 27

3. Karakteristik Kelembagaan yang Terkait dalam Pengelolaan Lingkungan Kampung Rawajati ... 28

4. Bentuk Bantuan di Kampung Rawajati Periode 2001-2005 ... 37

5. Karakteristik Individu, Kampung Rawajati, 2008 ... 45

6. Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan, Kampung Rawajati, 2008 49 7. Tingkat Partisipasi Warga Kampung Rawajati dalam Pengelolaan

Lingkungan , 2008 ... 50

8. Tingkat Partisipasi Responden pada Tahap-tahap Partisipasi, Kampung Rawajati, 2008. ... 51

9. Jumlah Responden Menurut Umur dan Tingkat Partisipasi dalam Pengelolaan Lingkungan, Kampung Rawajati, 2008 ... 54

10. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendidikan dan Tingkat Partisipasi dalam Pengelolaan Lingkungan, Kampung

Rawajati, 2008 ... 56

11. Jumlah Responden Menurut Tingkat Pendapatan dan Tingkat Partisipasi dalam Pengelolaan Lingkungan, Kampung Rawajati, 2008. ... 58 12. Jumlah Responden Menurut Jumlah Beban Keluarga dan Tingkat

Partisipasi dalam Pengelolaan Lingkungan, Kampung Rawajati, 2008 . ... 59 13. Jumlah Responden Menurut Pengalaman Berkelompok dan Tingkat

Partisipasi dalam Pengelolaan Lingkungan, Kampung Rawajati, 2008 ... 61


(32)

14. Jumlah Responden Menurut Lama Tinggal dan Tingkat Partisipasi dalam Pengelolaan Lingkungan, Kampung Rawajati, 2008 ... 63

15. Jumlah Responden Menurut Metode Kegiatan dan Tingkat Partisipasi dalam Pengelolaan Lingkungan, Kampung Rawajati, 2008. ... 64 16. Jumlah Responden Menurut Pelayanan Kegiatan dan Tingkat

Partisipasi dalam Pengelolaan Lingkungan, Kampung Rawajati, 2008. ... 65


(33)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Komponen Lingkungan Hidup ... 6

2. Kerangka Pemikiran ... 15

3. Perubahan Paradigma Pengelolaan Sampah di Kampung Rawajati 40


(34)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Lokasi Kampung Rawajati, Jakarta Selatan ... 72

2. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman ... 73

3. Struktur Kepengurusan RW 03 Periode 2007-2010 ... 74

4. Struktur Kepengurusan PKK RW 03 Periode 2007-2012 ... 75

5. Dokumentasi ... 76


(35)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Lingkungan hidup merupakan bagian dari kehidupan setiap manusia. Lingkungan tidak hanya terdiri dari keragaman biotik dan abiotik, namun juga termasuk interaksi diantaranya. Lingkungan berperan dalam menjaga keseimbangan dari interaksi antara komponen biotik dan abiotiknya (Siahaan 2003). Dari segi ekonomi, lingkungan memberikan manusia sumber-sumber makanan dan bahan baku industri serta tempat untuk tinggal. Dari segi sosial, lingkungan memberikan sarana untuk bersosialisasi dan mengembangkan budaya. Melihat pentingnya fungsi lingkungan bagi manusia, maka dibutuhkan pengelolaan yang baik untuk menjaga lingkungan.

Pengelolaan lingkungan yang tidak tepat dapat merusak lingkungan. Sebagai contoh yaitu pemanasan global tak lepas dari akibat perbuatan manusia. Begitu pula dengan bencana banjir, tanah longsor, dan kekeringan akan silih berganti melanda akibat daya dukung lingkungan yang tak lagi mampu menahan berbagai kerusakan (Suparmono 2008). Terutama di Pulau Jawa yang dihuni 60 persen penduduk Indonesia, kini tinggal memiliki hutan 19.828 kilometer persegi, atau kurang dari 15 persen luas daratan. Penggundulan hutan untuk pertanian, perkebunan, dan permukiman menimbulkan kerusakan ekologis. Suparmono menambahkan bahwa kebijakan pemerintah yang kurang tepat terhadap lingkungan hidup bisa dilihat dari kecenderungan eksploitasi berlebihan terkait dengan SDA di Jakarta, tren penurunan Ruang Terbuka Hijau (RTH) sebagai resapan air berupa hutan kota, taman kota, dan cagar buah.


(36)

Oleh karena, itu perlu perubahan paradigma pengelolaan lingkungan yang mengedepankan kesetaraan hubungan manusia dengan alam. Hubungan manusia dan lingkungan hidupnya dipengaruhi oleh bagaimana manusia memandang alam semesta dari segi agama, filsafat, nilai-nilai, serta tradisi pemikiran dan ilmu pengetahuan (Keraf 2002). Sepanjang peradaban manusia boleh dikatakan telah berkembang tiga teori etika lingkungan. Etika yang tumbuh awal, yaitu Etika Lingkungan Dangkal (Shallow Environmental Ethics) atau yang dikenal sebagai antroposentrisme, yaitu etika lingkungan yang memandang manusia sebagai pusat dari sistem alam semesta dan etika ini dianggap sebagai penyebab krisis ekologi karena dari etika ini lahir sikap dan perilaku eksploitatif yang tidak peduli sama sekali terhadap keberlanjutan alam.

Pada pertengahan abad 20 muncul Etika Lingkungan Medium (Intermediate Environmental Ethics) atau dikenal sebagai biosentrisme yang merupakan kritikan terhadap antroposentrisme. Etika ini berpandangan alam juga mempunyai nilai dan berharga pada dirinya sendiri terlepas dari kepentingan manusia. Awal 1970an, etika biosentrisme ini diperluas menjadi Etika Lingkungan Dalam (Deep Environmental Ethics) atau yang dikenal sebagai ekosentrisme yang berangkat dari pemahaman bahwa secara ekologis makhluk hidup dan lingkungan abiotiknya satu sama lain saling terkait, tidak dapat dipisahkan. Kewajiban dan tanggung jawab moral manusia tidak hanya dibatasi pada makhluk hidup, melainkan juga berlaku kepada semua realita ekologi (Keraf 2002). Untuk itu, diperlukan pengelolaan lingkungan yang memiliki paradigma ekosentrisme agar tercapai keberlanjutan baik dalam pengelolaan maupun dalam pemanfaatan.


(37)

Upaya untuk mengatasi kerusakan lingkungan perlu dilakukan oleh pemerintah bersama dengan stakeholders lainnya. Pengelolaan lingkungan menjadi tanggung jawab pemerintah, swasta, LSM dan juga masyarakat lokal. Keterlibatan masyarakat lokal dalam mengelola lingkungan sangat diperlukan. Pemerintah dapat mengupayakan pembangunan di tingkat komunitas yang memfokuskan pada pemberdayaan warga komunitas. Hal ini dilakukan dengan melakukan power sharing agar masyarakat memiliki kemampuan dan kesetaraan dengan berbagai stakeholders lainnya (Nasdian 2003).

Salah satu contoh kelembagaan untuk mengatasi permasalahan lingkungan di kota Jakarta yaitu Kampung Hijau. Kampung Hijau adalah sebutan bagi suatu daerah pemukiman warga baik di tingkat RT maupun RW yang menerapkan pengelolaan lingkungan berbasis komunitas. Lahan di Kampung Hijau sangat terbatas, namun masyarakat mengharapkan lingkungan menjadi tetap terjaga dengan baik. Keterbatasan tersebut membuat masyarakat mamanfaatkan lahan yang ada dengan merubah lingkungan sekitarnya menjadi hijau. Contohnya, di RW 03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Seluruh rumahtangga menanam beragam tanaman seperti tanaman hias, tanaman produktif, apotek hidup di pekarangan rumah, pagar dan tepi jalan di depan rumah masing-masing. Selain itu mereka mengolah sampah domestik untuk didaur ulang sehingga dapat digunakan untuk berbagai keperluan, seperti kompos dan barang kerajinan.

Selama ini, keterlibatan masyarakat dalam pelaksanaan program pembangunan hanya dilihat dalam konteks yang sempit atau dilihat hanya sebagai objek saja dan bukan subjek (pelaku). Kondisi ini menyebabkan peran serta


(38)

masyarakat menjadi terbatas sehingga partisipasi akan menjadi semu (Dianawati 2004). Semestinya, partisipasi masyarakat sepenuhnya dilihat dari keterlibatan masyarakat mulai dari perencanaan hingga evaluasi. Lebih lanjut, melalui partisipasi tersebut masyarakat mulai sadar akan situasi dan masalah yang dihadapinya serta berupaya mencari jalan keluar untuk mengatasi masalah mereka. Menarik untuk mengkaji mengenai bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan berbasis masyarakat tersebut dan golongan manakah dari masyarakat tersebut yang memiliki partisipasi yang tinggi.

1.2 Perumusan Masalah

Pengelolaan lingkungan dengan istilah Kampung Hijau merupakan upaya pengelolaan lingkungan yang berangkat dari masyarakat sebagai kepeduliannya terhadap lingkungan. Keberhasilan dalam pengelolaan ini tergantung dari kerjasama dan partisipasi aktif seluruh anggota masyarakat, serta dukungan dari pemerintah.

Tinggi rendahnya partisipasi dalam pengelolaan program dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik dalam diri individu maupun dari aktivitas pengelolaan lingkungan. Berdasarkan uraian tersebut, maka penelitian ini ingin mengkaji tingkat partisipasi warga dalam pengelolaan lingkungan dan menganalisis faktor-faktor apa saja yang menentukan partisipasi dalam pengelolaan lingkungan di RW 03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan, DKI Jakarta.


(39)

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Mengkaji tingkat partisipasi warga dalam pengelolaan lingkungan di RW 03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan, DKI Jakarta.

2. Menganalisis faktor-faktor yang menentukan partisipasi warga dalam pengelolaan lingkungan di RW 03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan, DKI Jakarta.

1.4 Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran kepada semua pihak:

1. Memberikan sumbangan teoritis berupa tambahan khasanah keilmuan terutama bidang studi partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan.

2. Menjadi bahan masukan atau bahan pertimbangan bagi pengambil kebijakan khususnya pemerintah daerah dalam memecahkan masalah yang terjadi dalam pengelolaan lingkungan, terutama yang berkaitan dengan partisipasi masyarakat.


(40)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pengelolaan Lingkungan Hidup 2.1.1 Pengertian Lingkungan Hidup

Manusia dengan segala aspek hidupnya bersama dengan komponen lingkungan alam dan lingkungan binaan/buatan dilihat sebagai suatu kesatuan dalam apa yang dinamakan lingkungan hidup (Marzali et al. 2002). Menurut UU No. 23/1997, lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia, serta makhluk lain. Secara skematis, komponen interaktif lingkungan hidup dapat digambarkan ke dalam tiga aspek, yaitu aspek alam, sosial, dan binaan/buatan (Gambar 1).

Gambar 1. Komponen Lingkungan Hidup Sumber: Soetaryono, 2000

Selain itu, lingkungan hidup juga merupakan sebuah sistem yang utuh, kolektivitas dari serangkaian subsistem yang saling berhubungan, saling tergantung dan fungsional satu sama lain, sehingga membentuk suatu kesatuan ekosistem yang utuh. Dengan demikian lingkungan hidup bisa dikatakan sebagai suatu kesatuan yang terdiri dari komponen biotik dan abiotik, serta interaksi diantaranya dalam mencapai keberlangsungan.

• Lingkungan Alam • Lingkungan

Binaan/Buatan • Lingkungan Sosial • Kesatuan lingkungan

hidup manusia dalam kajian pengelolaan lingkungan hidup (pengelolaan berbasis ekosistem, tata ruang dan pranata sosial)


(41)

Semua kegiatan manusia memberikan dampak pada lingkungan hidup. Dampak tersebut semakin besar seiring pertambahan manusia, kegiatan ekonomi, dan teknologi dalam merekayasa, serta penggunaan energi. Sejak awal perkembangan budayanya, manusia telah berusaha mengelola dampak yang dilakukannya terhadap lingkungan hidup.

2.1.2 Pengelolaan Lingkungan Hidup

Menurut UU No. 23/1997, pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan, dan pengembangan lingkungan hidup. Selain itu menurut Marzali et al. (2002), pengelolaan lingkungan hidup diartikan sebagai usaha sadar dan berencana untuk mengurangi dampak kegiatan terhadap lingkungan hidup sampai pada tingkat yang minimum sehingga mendapatkan manfaat yang optimum dari lingkungan hidup untuk mencapai kesejahteraan yang berkelanjutan. Dalam upaya meningkatkan pengelolaan lingkungan hidup dilakukan upaya untuk mengadakan koreksi terhadap lingkungan, agar pengaruh merugikan dapat dijauhkan dan dilaksanakan pencegahan melalui efisiensi dan pengaturan lingkungan sehingga bahaya lingkungan dapat dihindarkan dan keserasian dapat dipelihara (Matrizal 2005).

Soerjani (1987) menyatakan bahwa ada tiga upaya yang harus dijalankan secara seimbang, yaitu upaya teknologi, upaya tingkah laku atau sikap dan upaya untuk memahami dan menerima koreksi alami yang terjadi karena dampak interaksi manusia dengan lingkungannya. Manusia mempengaruhi lingkungan hidupnya atau juga mengusahakan sumberdaya alam lingkungannya untuk


(42)

mempertahankan jenisnya, dan sebaliknya manusia dipengaruhi oleh lingkungannya (Resosoedarmo et al. 1987).

Manusia bersama lingkungan hidupnya berada dalam suatu ekosistem. Kedudukan manusia di dalam kesatuan ekosistem adalah sebagai bagian penting yang tidak mungkin dipisahkan, karena itu kelangsungan hidup manusia tergantung pula pada kelestarian ekosistemnya. Agar kelestarian ekosistem tersebut dapat terjamin, maka manusia harus menjaga keserasian hubungan timbal balik antara manusia dengan lingkungannya. Jika keserasian hubungan manusia dengan lingkungannya terganggu, maka terganggu pula kesejahteraannya. Jadi manusia dan lingkungannya merupakan ikatan yang tidak dapat dipisahkan, karena kedua hal tersebut saling mempengaruhi (Natsir 1986).

Tingkah laku manusia selalu mempengaruhi keharmonisan dan keseimbangan lingkungannya, karena itu manusia akan berusaha untuk meningkatkan kualitas lingkungan hidupnya untuk mempertahankan keseimbangan tersebut. Manusia berkeyakinan semakin tinggi kualitas lingkungan, maka semakin banyak pula manusia dapat mengambil keuntungan dan semakin besar pula daya dukung hidupnya (Wardana 1999).

2.2 Community Based Management

Dalam persepektif otonomi daerah, prinsip-prinsip pengelolaan sumberdaya alam mencerminkan nuansa otonomi masyarakat lokal untuk menguasai, mengelola, dan memafaatkan sumberdaya alam lokal. Makna dan hakikat dari otonomi daerah harus diterjemahkan sebagai pemberian otonomi kepada masyarakat di daerah, masyarakat adat/lokal, dan bukan semata-mata pemberian otonomi kepada pemerintah daerah. Ini merupakan manifestasi dari


(43)

paradigma pengelolaan sumberdaya alam yang berbasis komunitas ( community-based resource management), sebagai pengalihan dari pengelolaan sumberdaya alam yang berbasis negara/pemerintah dengan strukturnya di daerah (state-based resource management) (Nurjaya 2008).

Menurut Budi (2004), pengelolaan sumberdaya alam berbasis masyarakat (PSDABM) atau Community Based for Natural Resources Management (CBNRM) merupakan salah satu pendekatan pengelolaan sumberdaya alam yang meletakkan pengetahuan dan kesadaran lingkungan masyarakat lokal sebagai dasar pengelolaan. Ia juga menambahkan bahwa sampai sejauh ini persepsi dari pengelolaan berbasis masyarakat masih bervariasi, namun ada semacam kesepakatan atau persamaan pandangan bahwa “Peran Masyarakat” menjadi kunci utama. Dalam sistem pengelolaan ini masyarakat diberikan kesempatan dan tanggung jawab melakukan pengelolaan terhadap sumberdaya yang dimiliki, dimana masyarakat sendiri yang mendefinisikan kebutuhan, tujuan dan aspirasinya, serta membuat keputusan demi kesejahteraan mereka.

Pengelolaan lingkungan merupakan upaya penting dalam menjaga keseimbangan sumberdaya. Hal ini dimaksudkan agar tidak hanya generasi sekarang yang dapat menikmati kekayaan sumberdaya, tetapi juga generasi mendatang. Dalam community based management (CBM) pengelolaan sepenuhnya dari tahap perencanaan hingga pengawasan dilakukan oleh anggota komunitas melalui organisasi yang sifatnya informal. Model ini menunjukkan partisipasi aktif masyarakat dan mereka memiliki otonomi terhadap pengelolaan sumberdaya yang mereka miliki sendiri (Satria 2002).


(44)

Prinsip dasar dalam pengelolaan sumberdaya berbasis masyarakat adalah (Budi 2004):

1. Aktor utama pengelola adalah rakyat (masyarakat lokal, masyarakat adat). 2. Lembaga pengelola dibentuk, dilaksanakan dan dikontrol langsung oleh

rakyat yang bersangkutan.

3. Batas antar kawasan unit pengelolaan kawasan komunitas setempat terdelineasi secara jelas dan diperoleh melalui persetujuan antar pihak yang terkait di dalamnya.

4. Terjaminnya akses dan kontrol penuh oleh masyarakat secara lintas generasi terhadap kawasan pengelolaan.

5. Terjaminnya akses pemanfaatan hasil SDA sesuai dengan prinsip-prinsip kelestarian (sustainability) oleh komunitas secara lintas generasi di dalam kawasan konsesi.

6. Digunakan tata cara atau mekanisme penyelesaian sengketa yang tepat terhadap pertentangan klaim atas kawasan yang sama.

7. Adanya pengakuan dan kompensasi formal (legal) terhadap penggunaan pengetahuan tradisional (indegenous knowledge) masyarakat di dalam sistem pengelolaan yang diterapkan.

CBM merupakan pendekatan dalam pengelolaan sumberdaya, misalnya lingkungan, yang meletakkan pengetahuan dan kesadaran lingkungan masyarakat lokal sebagai dasar pengelolaannya. Dalam sistem pengelolaan ini, masyarakat diberikan kesempatan dan tanggung jawab dalam melakukan pengelolaan terhadap sumberdaya yang dimilikinya. Masyarakat mendefinisikan sendiri kebutuhan, keinginan dan aspirasinya serta masyarakat itu pula yang membuat


(45)

keputusan demi kesejahteraannya. Dengan demikian, pengelolaan lingkungan berbasis masyarakat adalah pendekatan pengelolaan yang melibatkan kerjasama antar masyarakat setempat dan pemerintah dalam bentuk pengelolaan secara bersama. Masyarakat berpartisipasi secara aktif baik dalam perencanaan sampai pada pelaksanaanya (Satria 2002).

2.3 Partisipasi Masyarakat 2.3.1 Konsep Partisipasi

Partisipasi merupakan kemampuan dari masyarakat untuk bertindak dalam keberhasilan (keterpaduan) yang teratur untuk menanggapi kondisi lingkungan sehingga masyarakat tersebut dapat bertindak sesuai dengan logika dari yang dikandung oleh kondisi lingkungan tersebut (Adjid 1985). Menurut Cohen dan Uphoff (1977), pengertian partisipasi adalah keterlibatan aktif masyarakat dalam proses pengembilan keputusan, pelaksanaan, pemanfaatan hasil dan evaluasi. Pengertian partisipasi lainnya didefinisikan oleh Sajogyo (1998) sebagai peluang untuk ikut menentukan kebijaksanaan pembangunan serta peluang ikut menilai hasil pembangunan. Dari berbagai pendapat tersebut, secara umum partisipasi merupakan keterlibatan seseorang secara aktif dalam suatu kegiatan. Partisipasi juga diartikan dengan memberi manusia lebih banyak peluang untuk berperan secara efektif dalam kegiatan pembangunan (Cernea 1988).

Cohen dan Uphoff (1977) membagi partisipasi ke dalam beberapa tahapan, yaitu sebagai berikut:

1. Tahap pengambilan keputusan, yang diwujudkan dengan keikutsertaan masyarakat dalam rapat-rapat.


(46)

2. Tahap pelaksanaan, yang merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi, dan bentuk keterlibatan sebagai anggota proyek.

3. Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek. Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan, maka semakin besar manfaat proyek dirasakan, berarti proyek tersebut berhasil mengenai sasaran.

4. Tahap evaluasi, dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini dianggap sebagai umpan balik yang dapat memberi masukkan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya.

2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Partisipasi

Beberapa faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat menurut Pangestu (1995) adalah sebagai berikut:

1. Faktor internal, yaitu yang mencakup karakteristik individu yang dapat mempengaruhi individu tersebut untuk berpartisipasi dalam suatu kegiatan. Karakteristik individu mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah beban keluarga, jumlah pendapatan, dan pengalaman berkelompok. 2. Faktor eksternal, meliputi hubungan yang terjalin antara pihak pengelola proyek dengan sasaran dapat mempengaruhi partisipasi. Sasaran akan dengan sukarela terlibat dalam suatu proyek jika sambutan pihak pengelola positif dan menguntungkan mereka. Selain itu, bila didukung dengan


(47)

pelayanan pengelolaan kegiatan yang positif dan tepat dibutuhkan oleh sasaran, maka sasaran tidak akan ragu-ragu untuk berpartisipasi dalam proyek tersebut.

Menurut Silaen (1998), semakin tua umur seseorang maka penerimaannya terhadap hal-hal baru semakin rendah. Hal ini karena orang yang masuk dalam golongan tua cenderung selalu bertahan dengan nilai-nilai lama sehingga diperkirakan sulit menerima hal-hal yang sifatnya baru. Faktor jumlah beban keluarga, menurut Ajiswarman (1996), menunjukkan bahwa semakin besar jumlah beban keluarga menyebabkan waktu untuk berpartisipasi dalam kegiatan akan berkurang karena sebagian besar waktunya digunakan untuk mencari nafkah demi memenuhi kebutuhan keluarga.

Murray dan Lappin (1967) menyatakan bahwa terdapat faktor internal lain, yang mempengaruhi partisipasi yaitu lama tinggal. Semakin lama tinggal di suatu tempat, semakin besar rasa memiliki dan perasaan dirinya sebagai bagian dari lingkungannya, sehingga timbul keinginan untuk selalu menjaga dan memelihara lingkungan dimana dia tinggal.

Menurut Arifah (2002) faktor eksternal yang mempengaruhi partisipasi selain pelayanan yaitu metode kegiatan. Metode kegiatan yang dua arah atau interaktif dapat lebih meningkatkan partisipasi seseorang. Hal ini dikarenakan dengan metode yang dua arah maka antar penyuluh dan yang disuluh akan lebih terjalin hubungan erat, sehingga akan dapat meningkatkan partisipasi dalam suatu kegiatan.


(48)

2.4 Kerangka Pemikiran

Kampung Hijau Rawajati merupakan upaya untuk melestarikan lingkungan sekitar yang ada di perkotaan. Selain itu, Kampung Hijau ini menggunakan prinsip partisipasi, yaitu menekankan pada peran masyarakat dalam mengelola lingkungan, mulai dari proses pengambilan keputusan hingga evaluasi dari kegiatan yang diadakan.

Dalam berpartisipasi pada suatu kegiatan atau program tertentu, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi seseorang atau kelompok untuk berperan serta dalam kegiatan tersebut. Faktor-faktor yang dimaksud, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal dari karakteristik individu yang mempengaruhi partisipasi diduga, yaitu mencakup umur, tingkat pendidikan, jumlah beban keluarga, jumlah pendapatan, pengalaman berkelompok dan lama tinggal.

Faktor eksternal merupakan pelaksanaan dalam suatu kegiatan pengelolaan lingkungan yang diduga mempengaruhi partisipasi, yaitu pelaksanaan pengelolaan lingkungan meliputi metode kegiatan dan pelayanan kegiatan yang dilakukan dalam pengelolaan lingkungan. Secara garis besar kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 2.


(49)

Keterangan: hubungan yang dihipotesiskan Gambar 2. Kerangka Pemikiran

2.5 Hipotesis Penelitian

Dengan memperhatikan permasalahan dan kerangka pemikiran, maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Ada hubungan yang signifikan antara karakteristik individu (faktor internal) dengan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan. a. Ada hubungan yang signifikan antara umur dengan partisipasi

masyarakat dalam pengelolaan lingkungan.

b. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan.

c. Ada hubungan yang signifikan antara jumlah beban keluarga dengan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan.

d. Ada hubungan yang signifikan antara tingkat pendapatan dengan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan.

Karakteristik Individu • Umur

• Tingkat Pendidikan • Jumlah Beban

Keluarga

• Tingkat Pendapatan • Pengalaman

Berkelompok • Lama Tinggal

Pelaksanaan Pengelolaan Lingkungan

• Metode pelaksanaan kegiatan

• Pelayanan pelaksanaan kegiatan

Tingkat Partisipasi dalam Pengelolaan Lingkungan • Tahap Pengambilan

Keputusan

• Tahap Pelaksanaan • Tahap Menikmati Hasil • Tahap Evaluasi


(50)

e. Ada hubungan yang signifikan antara pengalaman berkelompok dengan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan.

f. Ada hubungan yang signifikan antara lama tinggal dengan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan.

2. Ada hubungan yang signifikan antara pelaksanaan pengelolaan lingkungan (faktor eksternal) dengan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan.

a. Ada hubungan yang signifikan antara metode pelaksanaan kegiatan dengan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan.

b. Ada hubungan yang signifikan antara pelayanan pelaksanaan kegiatan dengan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan.

2.6 Definisi Operasional

Definisi operasional dari variabel yang digunakan dalam penelitian mengenai tingkat partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan adalah:

• Faktor internal atau karakteristik individu adalah faktor-faktor yang terdapat dalam individu responden yang dapat memotivasi diri atau merupakan dorongan dalam diri untuk ikut berpartisipasi dalam pengelolaan lingkungan. Faktor internal meliputi umur, tingkat pendidikan, tingkat pendapatan, jumlah beban keluarga, pengalaman berorganisasi, dan lama tinggal.

• Umur adalah lama hidup responden dari sejak lahir sampai ketika diwawancarai. Diukur dalam jumlah tahun berdasarkan tingkatan usia produktif.


(51)

Muda ≤ 51 tahun

• Tingkat pendidikan adalah jenjang terakhir sekolah formal yang pernah diikuti responden. Diukur berdasarkan jenjang pendidikan formal terakhir dan dengan acuan dasar wajib belajar sembilan tahun.

Tinggi : > SMP Rendah: ≤ SMP

• Jumlah beban keluarga adalah mereka yang hidup satu atap dan satu dapur, atau satu dapur lain atap. Termasuk didalamnya adalah suami/istri, anak-anak, anggota keluarga lainnya ataupun bukan keluarga tetapi menjadi tanggungan responden. Diukur dengan jumlah jiwa.

Besar > 3 orang Kecil ≤ 3 orang

• Tingkat pendapatan adalah rata-rata jumlah hasil kerja berupa uang yang diperoleh responden setiap bulan. Diukur dengan satuan rupiah.

Tinggi > Rp 2.456.000,-/bulan Rendah ≤ Rp 2.456.000,-/bulan

• Pengalaman berkelompok adalah pernah atau tidaknya responden menjadi anggota suatu kelompok/lembaga/organisasi tertentu. Pengalaman ini meliputi banyaknya kelompok/lembaga/organisasi, posisi dalam lembaga/organisasi yang diikuti dan lamanya responden mengikuti suatu kelompok/lembaga/organisasi. Diukur dengan skor total.

Tinggi : skor > 6 Rendah: skor ≤ 6


(52)

• Lama tinggal yaitu lamanya responden tinggal di tempat ini sampai dengan dilakukan wawancara. Diukur dengan satuan tahun.

Tinggi : > 35 tahun Rendah: ≤ 35 tahun

• Faktor eksternal yaitu faktor-faktor yang terdapat di luar responden yang dapat memotivasi atau mendorong responden untuk berpartisipasi dalam pengelolaan lingkungan. Faktor eksternal dari kegiatan pengelolaan lingkungan yang meliputi metode dan pelayanan pelaksanaan kegiatan pengelolaan lingkungan.

• Metode pelaksanaan kegiatan adalah pandangan responden mengenai bagaimana cara penyampaian dalam kegiatan pengelolaan lingkungan. Diukur dari interaktif/dua arah atau tidak interaktif/searah dalam kegiatan pengelolaan lingkungan.

Dua arah: terdapat waktu tanya jawab

Searah : tidak disediakan waktu untuk tanya jawab

• Pelayanan pelaksanaan kegiatan adalah pandangan responden mengenai kualitas pendampingan, pernah tidaknya ikut pelatihan dan fasilitas alat atau bahan baku suatu kegiatan pengelolaan lingkungan. Diukur berdasarkan skor yang didapat.

Tinggi yaitu skor > 9 Rendah yaitu skor ≤ 9

• Tingkat partisipasi adalah keikutsertaan anggota dalam semua tahapan kegiatan kelompok yang meliputi tahap pengambilan keputusan, pelaksanaan, evaluasi, dan menikmati hasil.


(53)

• Tahap pengambilan keputusan, dinyatakan sebagai keikutsertaan responden dalam mengikuti rapat/penyusunan rencana suatu kegiatan. Tahap ini meliputi keikutsertaan dan keaktifan responden dalam rapat. • Tahap pelaksanaan, dinyatakan dalam keikutsertaan dalam pelaksanaan

kegiatan pengelolaan lingkungan.

• Tahap menikmati hasil, yaitu keikutsertaan responden dalam merasakan manfaat dari kegiatan pengelolaan lingkungan.

• Tahap evaluasi, yaitu keikutsertaan responden dalam menilai suatu kegiatan.

Penilaian terhadap tingkat partisipasi yaitu dengan menjumlah skor dari tiap tahapan. Sehingga tingkat partisipasi dapat dikategorikan menjadi Tinggi, yaitu skor > 24


(54)

BAB III METODOLOGI

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang didukung data-data kualitatif. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survai, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dengan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok.

Penelitian survai dimaksudkan untuk menjelaskan hubungan kausal dan pengujian hipotesa, sehingga dikategorikan dalam penelitian penjelasan (explanatory atau confirmatory research) (Singarimbun 1989). Hubungan kausal yang dijelaskan dalam penelitian ini adalah hubungan faktor internal dan eksternal dengan partisipasi masyarakat dalam pengelolaan lingkungan berbasis masyarakat.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian dipilih secara sengaja yaitu di RW 03, Kelurahan Rawajati, Kecamatan Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Lokasi dipilih dengan pertimbangan bahwa di lokasi ini merupakan daerah yang menerapkan pengelolaan lingkungan berbasis masyarakat. Pada tahun 2003 Kampung Rawajati mendapat juara I Daur Ulang Sampah Tingkat Provinsi DKI Jakarta. Tahun 2004 mengikuti lomba RW Terbaik, Ketahanan Pangan, Produk Unggulan, Taman PKK, Taman Rumah Sederhana, seluruhnya mendapat juara I untuk tingkat DKI. Keadaan lingkungan yang asri ini membawa Rawajati mendapatkan predikat RW terbaik diantara 2.900 RW se-Provinsi DKI Jakarta dalam bidang ketertiban, kebersihan, penghijauan


(55)

dan keindahan. Pada tahun 2005, Kampung Rawajati menjadi juara II tingkat nasional untuk lingkungan bersih keluarga sehat dan terbaik, yang dinilai oleh tim penggerak PKK (Program Kesejahteraan Keluarga) Pusat. Pada tahun yang sama tepatnya pada tanggal 18 Juni 2005 ditetapkan sebagai Kampung Agrowisata oleh Gubernur DKI Jakarta. Kampung ini juga mendapat penghargaan Kalpataru tingkat Provinsi DKI Jakarta dan penghargaan produk makanan Betawi terbaik tahun 2006.

Proses penelitian ini berlangsung mulai dari bulan April sampai Juni 2008. Dengan penjabaran antara lain untuk proses penyusunan proposal dan kolokium dilaksanakan pada awal bulan April 2008, studi lapang atau pengambilan data di lapang dilaksanakan pada bulan April, Mei dan Juni 2008. Kemudian proses penulisan laporan hasil penelitian dilaksanakan pada bulan Juni dan Juli 2008.

3.3 Teknik Pemilihan Responden

Unit analisis dari responden yang dipilih adalah unit rumahtangga (RT). Unit pengamatan RT digunakan untuk pengumpulan data tentang karakteristik pelaku dan sejauhmana tingkat partisipasi warga dalam pengelolaan lingkungan dan pertimbangan pengelolaan lingkungan pada tempat penelitian sebagian besar dilakukan pada setiap rumahtangga.

Jumlah responden merupakan 10 persen dari total populasi rumah tangga yang ada di Kampung Rawajati yaitu sebesar 100 rumahtangga. Responden adalah salah satu anggota rumah tangga yang melakukan kegiatan pengelolaan lingkungan.Teknik yang digunakan dalam mengambil sampel yaitu pengambilan sampel gugus sederhana (simple cluster sampling). Hal ini dilakukan karena


(56)

keterbatasan waktu biaya dan tenaga dari peneliti sehingga pengklusteran tidak dilakukan secara terstratifikasi berdasarkan lapisan masyarakat.

Dasar pengklusteran yaitu RT atau Rukun Tetangga yang ada di Kampung Rawajati yaitu sejumlah 10 RT. Dari masing-masing RT tersebut dimabil secara acak sebanyak 10 responden sehingga total responden yang didapat sebesar 100 rumahtangga.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara terstruktur yang menggunakan kuesioner dan wawancara mendalam dengan responden sebanyak 100 orang dan informan yaitu wakil RW 03 Rawajati, ketua PKK beserta ketua Pokja, aparat RT serta ketua kelembagaan yang ada di Kampung Rawajati. Selain itu, dilakukan observasi langsung untuk memperoleh informasi yang tidak dapat diperoleh melalui wawancara terstruktur. Data sekunder mengenai keadaan umum wilayah diperoleh dari Profil Kelurahan dan RW serta literatur yang terkait.

Selain dengan wawancara dan observasi, pengumpulan data pendukung yang berupa data kualitatif digunakan dengan slip/potongan kertas khusus. Slip ini digunakan untuk mencatat keterangan tambahan responden yang bersifat kualitatif dengan mengacu nomor pertanyaan pada kuesioner. Slip ini kemudian disusun secara sistematis untuk digunakan saat menganalisis data (Singarimbun 1989).


(57)

3.5 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh, kemudian dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis data secara kuantitatif dilakukan melalui tabulasi silang dan untuk melakukan uji hipotesis dilakukan dengan uji Korelasi Rank Spearman dengan software SPSS 13.0 for windows pada α=5% (Walpole 1995).

Apabila nilai P value ≤ 0,05 maka tolak Ho pada α=5%, artinya terdapat hubungan yang signifikan antara dua variabel yang diuji sehingga hipotesis penelitian diterima. Analisis kualitatif dilakukan dengan cara mendeskripsikan dan menginterpretasikan fenomena yang ada di lapang.


(58)

BAB IV

GAMBARAN UMUM

4.1 Lokasi Kampung Rawajati

Pada tahun 1965, daerah Kelurahan Rawajati merupakan daerah rawa dan ditumbuhi banyak pohon jati sehingga dinamai sebagai Rawajati, namun seiring perkembangan daerah, kini daerah ini menjadi daerah perumahan yang padat. Kampung Rawajati merupakan nama yang diberikan kepada Rukun Warga (RW) 03, Kelurahan Rawajati. Kampung Rawajati terletak di wilayah Kecamatan Pancoran, Kotamadya Jakarta Selatan. Kampung Rawajati merupakan salah satu RW dari 8 RW yang ada di Kelurahan Rawajati. Kampung Rawajati memiliki luas wilayah sekitar 12,5 hektar dan terdiri dari sepuluh RT. Sebagian besar warga Kampung Rawajati merupakan daerah perumahan komplek Zeni TNI-AD yang terdiri dari enam RT yaitu RT 02 hingga RT 07 dan sisanya merupakan daerah perkampungan atau perumahan umum sebanyak empat RT yaitu RT 01, 08, 09 dan 10.

Sebelah utara Kampung Rawajati merupakan wilayah RW 01 dan 02 Kelurahan Rawajati yang merupakan daerah pemukiman. Sebelah barat, berbatasan dengan wilayah RW 08 Kelurahan Rawajati dan daerah komplek perindustrian. Bagian Selatan, Kampung Rawajati berbatasan dengan RW 06 Kelurahan Rawajati, perumahan Kalibata Indah dan Sungai Ciliwung. Sebelah timur, Kampung Rawajati berbatasan dengan Sungai Ciliwung.

Lokasi Kampung Rawajati berdekatan dengan daerah pusat perbelanjaan, yaitu Plaza Kalibata yang dahulu bernama Kalibata Mall. Selain itu, Kampung Rawajati juga berdekatan dengan stasiun kereta api Duren Kalibata. Hal ini


(59)

menjadikan Kampung Rawajati memiliki lokasi yang strategis, baik dalam hal kemudahan aksesbilitas transportasi dan perdagangan.

4.2 Kependudukan

Masyarakat Kampung Rawajati terdiri dari berbagai umur, tingkat pendidikan, pekerjaan, suku bangsa dan agama.

Tabel 1. Kependudukan Kampung Rawajati, RW 03, Kelurahan Rawajati Tahun 2007

RT Jumlah KK

Jumlah Penduduk

Total

Tetap Musiman

Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

n % n % n % n % n %

01 163 295 8,15 258 8,11 - - - - 553 17,34 02 49 80 2,52 76 2,39 12 0,38 9 0,28 117 3,68 03 64 82 2,58 111 3,49 2 0,06 1 0,03 196 6,16 04 93 172 5,41 187 5,88 - - - - 359 11,29 05 83 147 4,62 139 4,37 9 0,28 7 0,22 302 9,5

06 82 91 2,86 99 3,11 - - - - 190 6

07 61 78 2,45 87 2,74 36 1,13 19 0,6 220 7 08 77 141 4,43 147 4,62 29 0,91 21 0,66 338 10,63 09 103 176 5,53 206 6,48 - - - - 382 12,01 10 160 199 6,26 175 5,5 45 1,42 44 1,38 463 14,56 Total 929 1461 45,94 1485 46,7 133 4,18 101 3,18 3180 100

Sumber: Data Statistik RW 03, 2007

Penduduk di Kampung Rawajati cukup padat dengan jumlah kepala keluarga (KK) sebanyak 929 KK. Jumlah KK tertinggi terdapat pada RT 01 yaitu 17,55 persen dan RT 10 sebanyak 17,22 persen yang merupakan daerah perumahan umum, sedangkan RT dengan jumlah KK terendah terdapat pada RT 02 yaitu 5,27 persen dan merupakan daerah perumahan komplek Zeni TNI-AD. Jumlah penduduk RW 03 sebanyak 3.180 jiwa terdiri dari 1.594 orang laki-laki


(60)

dan 1.586 orang perempuan sebagaimana tersaji pada Tabel 1. Seperti daerah lainnya di Jakarta banyak pendatang maupun musiman yang berdatangan dan keluar dari daerah ini dalam hal ini di RW 03 sebanyak 234 jiwa.

Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa penduduk tetap RW 03 terdiri dari 45,94 persen laki-laki dan 46,7 persen perempuan. Selain penduduk tetap, RW 03 juga didiami oleh penduduk musiman yang terdiri 4,18 persen laki-laki dan 3,18 persen perempuan. Hal ini menunjukkan bahwa RW 03 memiliki keseimbangan antara jumlah laki-laki dan perempuan.

Melalui data pada Tabel 1, dapat diperoleh rasio jenis kelamin pada wilayah RW 03. Rasio jenis kelamin didapat dengan membagi jumlah warga laki-laki dengan jumlah warga perempuan dan kemudian dikalikan seratus persen. Rasio jenis kelamin RW 03, yaitu 100,5 dan dibulatkan menjadi 101. Artinya terdapat 101 orang perempuan diantara 100 orang warga laki-laki.

Dari data tersebut dapat diketahui bahwa Kampung Rawajati memiliki kepadatan penduduk sebesar 25.440 jiwa per kilometer persegi . Angka tersebut didapat dari banyaknya jumlah penduduk dibagi dengan luas wilayah dengan satuan kilometer persegi. Menurut WHO, standard kepadatan suatu wilayah adalah 90 jiwa per hektar atau jika dikonversi menjadi 9.000 jiwa per kilometer persegi sehingga daerah Kampung Rawajati merupakan wilayah yang padat penduduknya.


(61)

Tabel 2. Persentase Jumlah Penduduk Kampung Rawajati Menurut Jenis Pekerjaan Tahun 2007

Jenis Pekerjaan Jumlah (orang) Persentase (%)

Pegawai negeri 49 2,28

Pegawai Swasta 558 25,95

TNI/Polri 29 1,35

Wiraswasta 83 3,86

Buruh 585 27,21

Pensiunan 656 30,52

Lain-lain 190 8,84

Jumlah 2150 100

Sumber: Tim Penggerak PKK, 2005

Tabel 2 menunjukkan bahwa penduduk Kampung Rawajati paling banyak adalah didiami oleh pensiunan, yaitu sebanyak 30,52 persen. Hal ini karena sebagian besar wilayah ini atau enam dari sepuluh RT merupakan wilayah komplek Zeni TNI AD yang didiami oleh purnawirawan TNI AD. Jenis pekerjaan terbanyak setelah pensiunan adalah buruh, seperti pedagang dan kuli bangunan sebanyak 27,21 persen dan pegawai swasta sebanyak 25,95 persen.

4.3 Kelembagaan Terkait dengan Pengelolaan Lingkungan

Kampung Rawajati memiliki berbagai kelembagaan dalam memenuhi kebutuhan. Dalam pengelolaan lingkungan, Kampung Rawajati memiliki kelembagaan tertentu yang mengaturnya. Kelembagaan tersebut antara lain PKK, Kelompok Penangkar Swadaya (KPS), Kelompok Agriowisata dan Kelompok Arisan. Secara umum kelembagaan tersebut dijabarkan pada Tabel 3.

Tabel 3 menunjukkan perbedaan karakteristik kelembagaan dalam fokus, kegiatan dan pertemuan rutin. Penjabaran mengenai kelembagaan pada Tabel 3 dapat dilihat pada sub bab berikutnya.


(62)

Tabel 3. Karakteristik Kelembagaan Pengelolaan Lingkungan Kampung Rawajati, 2008

Karakteristik Kelembagaan

PKK KPS Agrowisata Arisan

Fokus

Kesejahteraan warga.

Budidaya tanaman Penyambutan tamu atau pengunjung Silaturrahmi atau kekerabatan Kegiatan •Pemberdayaan warga.

•Kegiatan sosial.

•Penghijauan. •Budidaya tanaman. •Pengomposan.

Pelatihan pertanian, perkebunan, pertamanan.

•Pemandu tamu •Sosialisasi ke

pihak luar/eksternal.

•Pengumpulan uang •Kegiatan sosial

seperti santunan •Sosialisasi

kegiatan RT atau RW.

Pertemuan Rutin

Perbulan. Perminggu. Perminggu Perbulan

Anggota

564 perempuan dan 30 laki-laki dari sepuluh RT.

44 orang (laki-laki dan perempuan) warga Kampung Rawajati yang tertarik dengan budidaya tanaman dan didikung seluruh warga. Bagian dari anggota PKK dan KPS dengan dukungan seluruh warga.

Warga di masing-masing RT.

4.3.1 PKK

Gerakan Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga atau yang lebih dikenal dengan PKK merupakan gerakan nasional yang tumbuh dari, oleh dan untuk masyarakat dengan wanita sebagai motor penggeraknya. PKK bertujuan untuk mewujudkan keluarga yang sejahtera, maju dan mandiri.

Keberadaan PKK di Provinsi DKI Jakarta adalah sebagai mitra kerja pemerintah berdasarkan visi dan misinya, memiliki tanggung jawab dalam memberdayakan keluarga sebagai unit kelompok terkecil dalam masyarakat. Tim PKK Kecamatan Pancoran melakukan pembinaan ke tingkat kelurahan dan RW bersama sektoral terkait mengacu pada visi dan misi yang dibuat oleh PKK DKI Jakarta dan disesuaikan dengan kondisi Kecamatan Pancoran pada umumnya dan Kelurahan Rawajati khususnya.


(63)

Tim PKK RW 03 Rawajati memiliki visi untuk mewujudkan keluarga sejahtera, maju dan mandiri yang mendukung terwujudnya Jakarta sebagai Ibukota Negara RI sejajar dengan kota-kota lain di dunia. Untuk hal tersebut misi yang nenjadi pedomannya yaitu mewujudkan keluarga melalui:

• Peningkatan mentalspiritual/perilaku hidup. • Peningkatan pendidikan dan keterampilan. • Peningkatan mutu pangan/makanan keluarga. • Peningkatan derajat kehidupan.

• Peningkatan peran serta wanita dalam pembangunan.

• Memberdayakan organisasi PKK melalui peningkatan gerakan PKK. Tim PKK RW 03 terdiri dari sepuluh kelompok PKK RT yang total anggotanya terdiri dari 564 orang ibu dan 30 orang bapak. Dalam mencapai visi dan misinya, PKK RW 03 dibagi ke dalam lima kelompok kerja (pokja).

Pokja I, yaitu Unggulan Keluarga dengan program kerja meliputi pertemuan anggota dan pengurus serta Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GNOTA) dengan 55 anak asuh dan 50 orang lanjut usia. Program lainnya adalah kesenian paduan suara, kasidah, kerohanian, posko banjir dan dapur umum (insdentil), serta pembinaan anak remaja. Pokja II memiliki program kerja antara lain peningkatan sumberdaya manusia dengan menyelenggarakan kursus Bahasa Inggris, memasak dan menjahit. Selain itu, Pokja II juga menyelenggarakan pendidikan anak usia dini dengan jumlah siswa 180 orang dan 12 kader, serta perpustakaan.

Pokja III yaitu Hatinya PKK dengan kegiatannya antara lain pengembangan dan aneka ragam pangan, pemilihan makanan khas tiap RT,


(64)

produksi olahan pasca panen, budidaya tanaman, penanganan sampah mandiri dan terpadu serta membudayakan pakaian khas Betawi. Selain itu Pokja III merupakan pokja pelopor dalam pengelolaan lingkungan di Kampung Rawajati.

Pokja IV yaitu bagian penguatan Posyandu dengan kegiatan antara lain Posyandu Anggrek II dan III dengan jumlah balita 216 anak, kader dengan jumlah 12 orang dan lanjut usia sebanyak 60 orang. Program lainnya antara lain penyelenggaraan olahraga, gerakan jumat bersih yang dilaksanakan dua kali dalam sebulan, pelestarian lingkungan hidup serta membudidayakan hidup bersih dan sehat. Pokja V yaitu penguatan perekonomian keluarga dengan kegiatannya antara lain prakoperasi simpan pinjam, memperkenalkan produk dengan cara menyelenggarakan pameran dan penjualan di tempat (RW 03), menjual hasil produk Kampung Rawajati di Cafe Jamu, serta mendorong terwujudnya masyarakat yang produktif, kreatif dan inovatif.

4.3.2 Kelompok Penangkar Swadaya (KPS)

Kelompok masyarakat di Kampung Rawajati memulai kegiatan lingkungan pada 1 Januari 2003 dengan tujuan untuk menggali potensi masyarakat agar lebih produktif dalam mengelola limbahnya. Kelompok ini diprakarsai oleh PKK (Program Kesejahteraan Keluarga) yang diketuai oleh Ibu Nn dan didukung oleh Ketua RT, RW, Lurah dan Camat. Kelompok ini dikenal dengan nama Kelompok Peduli Lingkungan (KPL). KPL berorientasi pada penghijauan dengan kegiatan tanam-menanam saja. Perkembangan yang terjadi dengan adanya binaan dari Dinas Pertanian dan Kehutanan KPL diganti dengan nama Kelompok Penangkar Swadaya (KPS) pada tahun 2004. Hal ini karena


(65)

kelompok ini mulai mengusahakan sendiri media tanam, pupuk serta bididaya tanaman baik untuk konsumsi sendiri maupun untuk dijual.

Jumlah anggota KPS sebanyak 43 orang. Kegiatan yang dilakukannya antara lain melakukan penghijauan lingkungan, melakukan pengelolaan sampah mandiri dan terpadu, dan melakukan pemberdayaan masyarakat untuk menciptakan masyarakat yang produktif. KPS menyelenggarakan pertemuan rutin setiap hari Kamis pagi. Pertemuan ini diisi dengan kegiatan pelatihan maupun sosialisasi mengenai pertanian, perkebunan, pertamanan dengan narasumber dari Dinas Pertanian dan Kehutanan serta berbagai pihak lainya.

4.3.3 Kelompok Agrowisata

Kelompok ini dibentuk setelah Kampung Rawajati mendapat predikat sebagai Kampung Agrowisata pada tanggal 18 Juni 2005 yang diberikan oleh Sutiyoso yang saat itu masih menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta. Anggota dari Kelompok Agrowisata Rawajati merupakan bagian dari anggota KPS dan PKK di Kampung Rawajati. Kelompok ini diketuai oleh Bapak Wa yang merupakan seorang purnawirawan.

Kelompok ini mempunyai tugas untuk menyambut tamu-tamu yang berdatangan dalam rangka studi banding atau mempelajari mengenai pengelolaan lingkungan di Kampung Rawajati. Mereka mempersiapkan segala keperluan bagi tamu yang datang dan menjadi pemandu tamu, serta mendemonstrasikan berbagai teknik dalam pengelolaan lingkungan, seperti penghijauan, pembuatan kompos dan pendaur ulangan sampah anorganik.


(66)

4.3.4 Perkumpulan Arisan

Pada Kampung Rawajati terdapat beberapa kelompok arisan. Kelompok arisan ini diadakan pada tiap RT. Salah satunya yaitu yang terdapat di RT 07. Pada RT ini terdapat dua kelompok arisan yaitu Ruka dan Ruki. Ruka atau rukun ayah adalah kelompok arisan yang terdiri dari bapak-bapak yang ada di RT 07. Kegiatan arisan Ruka dilakukan setiap bulan dengan pengumpulan uang arisan sebesar Rp 7.500,-/minggu yang terbagi menjadi Rp 5.000,- sebagai uang pokok arisan dan Rp 2.500,- uang untuk kas mereka yang digunakan untuk konsumsi serta kegiatan sosial. Selain untuk menjaga kekerabatan antar warga, Ruka juga membahas mengenai pengelolaan sampah dan jadwal giliran untuk siskamling. Di RT ini terdapat kegiatan Jimpitan yang merupakan kegiatan sosial yang dilakukan dengan memberikan/menyisihkan beras sebanyak satu jimpit atau sekitar seperempat gelas. Jimpitan ini dilakukan pada setiap rumah tangga setiap harinya. Beras jimpitan ini akan diambil oleh petugas setiap bulannya untuk kemudian dibagikan kepada warga yang lanjut usia, janda atau warga yang layak untuk dibantu.

Ruki atau rukun ibu merupakan kegiatan yang serupa dengan ruka, hanya saja lebih menekankan pada kegiatan sosial dan menjaga kekerabatan antar ibu di RT 07. Jumlah uang arisan yang dikeluarkan setiap ibu rumah tangga adalah sebesar Rp 35.000,-/bulan terdiri dari Rp 20.000,- sebagai uang pokok arisan, Rp 5.000,- untuk tabungan sembako, uang kas sebesar Rp 5.000,- dan uang untuk kegiatan sosial sebesar Rp 5.000,-.

Perkumpulan arisan di Kampung Rawajati ini bertujuan untuk menjalin kebersamaan antar warga. Selain itu melalui arisan, warga dapat bertukar


(67)

informasi dan pendapat maupun sebagai saluran dalam menyampaikan pelatihan ataupun informasi mengenai pengelolaan lingkungan di wilayah Kampung Rawajati.

4.4 Ikhtisar

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat diketahui ciri-ciri dari Kampung Rawajati. Kampung Rawajati merupakan wilayah yang padat penduduknya. Rasio jenis kelamin sebesar 101 menunjukkan bahwa terdapat jumlah yang seimbang antara jumlah laki-laki dan perempuan. Wilayah ini sebagian besar didiami oleh para pensiunan khususnya purnawirawan TNI AD. Hal ini karena sebanyak enam RT merupakan wilayah komplek Zeni TNI AD dan empat RT lainnya adalah perumahan umum.

Warga Kampung Rawajati memiliki berbagai aktivitas, terutama dalam pengelolaan lingkungan. Berbagai aktivitas tersebut diwadahi oleh kelembagaan yang mengaturnya. Kelembagaan yang digunakan dalam pengelolaan lingkungan antara lain PKK, KPS dan Kelompok Agrowisata. Dalam sosialisasi maupun penyampaian aspirasi, warga tidak hanya melakukannya melalui kelembagaan tersebut, namun juga melalui kelembagaan lain seperti kelompok arisan. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun Kampung Rawajati memiliki keterbatasan lahan, tetapi didukung oleh sumberdaya manusia dan kelembagaan dapat melakukan pengelolaan lingkungan.


(68)

BAB V

PENGELOLAAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT KAMPUNG RAWAJATI

5.1 Sejarah Pengelolaan Lingkungan Kampung Rawajati

Pada awal 2002 Ketua PKK Ibu Nn ditunjuk Kelurahan Pancoran menjadi kader kebersihan DKI. la bersama dengan anggota PKK dan beberapa warga berkunjung ke Kelurahan Banjarsari, Cilandak Barat, Jakarta Selatan. Dari kunjungan tersebut ia terinspirasi menggerakkan warga membangun RW 03 seperti Banjarsari yang bersih, asri, dan hijau.

Selain melakukan kunjungan ke Banjarsari, mereka juga melakukan studi banding ke beberapa wilayah antara lain:

• Cihideung Bandung dan Kebon Jeruk Jakarta pada tahun 2002 untuk mengkaji mengenai budidaya dan penangkaran tanaman.

• Kota Wisata dan Kota Legenda Wisata pada tahun 2002 untuk mempelajari mengenai penataan lingkungan.

• Yayasan Pondok Pesantren Indonesia Ma’had Al Zaitun, Indramayu tahun 2005 dengan tujuan untuk mempelajari mengenai pemanfaatan sampah dan ekosistem.

Mula-mula pengurus PKK yang diajak melakukan penghijauan dan menjaga kebersihan di rumah masing-masing. Berikut komentar Ibu Nn:

"Pengurus harus jadi pelopor warga lain. Selain untuk memberikan contoh, hal ini akan menumbuhkan warga untuk melakukan penghijauan"

Hasilnya semua pekarangan rumah pengurus PKK menjadi hijau dan bersih. Pada awalnya yang ingin didahulukan adalah mengenai pengelolaan


(69)

sampah. Tetapi warga kurang tertarik dengan gagasan tersebut. Oleh karena itu gerakan dimulai dengan penghijauan. Warga digugah untuk peduli dan terlibat, karena ini menyangkut hajat hidup mereka sendiri.

Awal 2003 serentak RW 03 Kelurahan Rawajati melakukan penghijauan dengan menanam tanaman obat di halaman rumah. Satu rumah minimal membuat tujuh pot tanaman. Meskipun hanya tumbuhan kecil, yang penting harus hijau adalah slogan yang dipakai untuk penghijauan di Kampung Rawajati.

“Pokoknya ga ada alasan buat untuk tidak ada lahan atau pekarangan untuk menanam. Pot diatas got pun ga apa-apa, malah jadi kelihatan lebih menarik”(Ibu Nn)

Setelah berhasil dengan tujuh pot, kemudian ditambah menjadi 10 pot dan hingga mencapai 30 pot, warga mulai mengeluh kekurangan pupuk maupun media untuk menanam. Dari permasalahan tersebut PKK mulai melakukan sosialisasi mengenai pentingnya pengolahan sampah. Warga digerakkan mengolah sampah di rumah masing-masing. Sampah organik kemudian dijadikan pupuk organik sekaligus media menanam.

Untuk itu PKK mengajarkan pembagian dua kantong sampah yaitu satu di dapur untuk tempat sampah dapur (sampah organik), satu di depan rumah sebagai tempat sampah nonorganik seperti kertas, beling, dan plastik. Bila warga tidak sempat mengolah sampah sendiri, di RT 08 disediakan tempat pembuatan pupuk organik yang dilakukan kader PKK secara sukarela.

Gerakan penghijauan partikelir itu pun berhasil. Setiap RT memiliki tanaman unggulan yang diproduksi sebagai kapsul atau jamu. RT 05 misalnya, punya tanaman unggulan Mahkota Dewa, sedangkan di RT 10 setiap pekarangan warga ditanami lidah buaya yang diproduksi menjadi koktail lidah buaya


(70)

Kampung Rawajati mendapatkan bantuan atas usahanya dalam mewujudkan lingkungan yang hijau dan bersih. Bantuan antara lain disajikan pada Tabel 4. Kegiatan pengelolaan lingkungan di daerah ini mendapatkan apresiasi dan penghargaan dari berbagai pihak. Pada tahun 2003 Kampung Rawajati mendapat juara I Daur Ulang Sampah Tingkat Provinsi DKI Jakarta. Tahun 2004 mengikuti lomba RW Terbaik, Ketahanan Pangan, Produk Unggulan, Taman PKK, Taman Rumah Sederhana, seluruhnya mendapat juara I untuk tingkat DKI.

Keadaan lingkungan yang asri ini membawa Rawajati mendapatkan predikat RW terbaik diantara 2.900 RW se-Provinsi DKI Jakarta dalam bidang ketertiban, kebersihan, penghijauan dan keindahan. Pada tahun 2005, Kampung Rawajati menjadi juara II tingkat nasional untuk lingkungan bersih keluarga sehat dan terbaik, yang dinilai oleh tim penggerak PKK (Program Kesejahteraan Keluarga) pusat. Pada tahun yang sama tepatnya pada tanggal 18 Juni 2005 ditetapkan sebagai Kampung Agrowisata oleh Gubernur DKI Jakarta. Kampung ini juga mendapat penghargaan Kalpataru tingkat Provinsi DKI Jakarta dan penghargaan produk makanan Betawi terbaik tahun 2006.


(71)

Tabel 4. Bentuk Bantuan di Kampung Rawajati Periode 2001-2005

Tahun Sumber Bantuan Bentuk Bantuan

2001 Kasi Pertanian dan Kehutanan Pancoran

• Pelatihan diversifikasi pangan dan gizi. • Benih bayam, kangkung,

caisim, cabe.

• Tanaman buah jeruk nipis dan limau.

• Sarana produksi seperti pot, pupuk, kandang ayam, kolam lele.

• Peternakan ayam 40 ekor dan lele 1000 ekor.

2002 Kasi Pertanian dan Kehutanan Pancoran

• Pelatihan diversifikasi pangan dan gizi. • Bantuan paket alat

produksi yaitu panci, blender, timbangan, wajan, serokan.

2003-2004 Kasi Pertanian dan Kehutanan Pancoran

• Bantuan vacuum. • Pelatihan penagkaran

swadaya. • Pelatihan PTP dan

Pemanfaatan TOGA. • Sarana produksi.

• Tanaman TOGA dan buah

2004-2005 Kasi Pertamanan Pancoran

• Rumput untuk Taman PKK RW 03 Rawajati.

• Pemangkasan pohon-pohon besar serta pembuatan taman.

• Pelatihan mengenai pertamanan.

• Pompa air (jet pump). 2003-2005 Dinas Kebersihan DKI Jakarta

• Incenerator.

• Tempat sampah sebanyak 60 buah.

2004 Tim PKK Kelurahan Rawajati • Bantuan dana untuk Posyandu.

2005 Dinas Pertanian

• Pot plastik berdiameter 36 cm 120 buah.

• Pupuk kandang 110 karung.

• Pohon jambu 20 buah. • Pelatihan budidaya. • Tanaman buah 250 buah. Sumber: Tim Penggerak PKK, 2005

5.2 Penghijauan

Kegiatan penghijauan merupakan kegiatan awal dari pengelolaan lingkungan di Kampung Rawajati. Penghijauan dilakukan dalam skala rumah


(1)

Lampiran 1. Lokasi Kampung Rawajati, Jakarta Selatan

72


(2)

Lampiran 2. Hasil Uji Korelasi Rank Spearman

73

Correlations

1.000 -.062 -.144 -.091 -.224* .520** .176* .204* .149

. .271 .077 .183 .013 .000 .040 .021 .070

100 100 100 100 100 100 100 100 100

-.062 1.000 .232* -.132 .120 -.015 -.065 -.075 -.051

.271 . .010 .095 .117 .442 .260 .228 .306

100 100 100 100 100 100 100 100 100

-.144 .232* 1.000 -.053 .125 .053 -.100 -.151 .065

.077 .010 . .299 .107 .302 .162 .067 .260

100 100 100 100 100 100 100 100 100

-.091 -.132 -.053 1.000 -.216* -.159 -.163 -.228* -.110

.183 .095 .299 . .015 .057 .053 .011 .138

100 100 100 100 100 100 100 100 100

-.224* .120 .125 -.216* 1.000 -.068 .027 .066 .262**

.013 .117 .107 .015 . .250 .393 .256 .004

100 100 100 100 100 100 100 100 100

.520** -.015 .053 -.159 -.068 1.000 .169* .196* .193*

.000 .442 .302 .057 .250 . .046 .025 .027

100 100 100 100 100 100 100 100 100

.176* -.065 -.100 -.163 .027 .169* 1.000 .562** .281**

.040 .260 .162 .053 .393 .046 . .000 .002

100 100 100 100 100 100 100 100 100

.204* -.075 -.151 -.228* .066 .196* .562** 1.000 .376**

.021 .228 .067 .011 .256 .025 .000 . .000

100 100 100 100 100 100 100 100 100

.149 -.051 .065 -.110 .262** .193* .281** .376** 1.000

.070 .306 .260 .138 .004 .027 .002 .000 .

100 100 100 100 100 100 100 100 100

Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N Correlation Coefficient Sig. (1-tailed) N umur tingkat pendidikan tingkat pendapatan beban pengalaman lama tinggal metode kegiatan pelayanan kegiatan tingkat partisipasi Spearman's rho umur tingkat pendidikan tingkat

pendapatan beban pengalaman lama tinggal

metode kegiatan pelayanan kegiatan tingkat partisipasi

Correlation is significant at the 0.05 level (1-tailed). *.

Correlation is significant at the 0.01 level (1-tailed). **.


(3)

Lampiran 3. Struktur Kepengurusan RW 03 Periode 2007-2010

74

Ketua

H. Anis Haryono, SE

Wakil Ketua Bid Agro

Soepardi

Wkl Ketua Bid Peranan Wanita

Hj. Ninik Nuryanto

Wakil Ketua Bid Kesra

H. Temu Widodo

Wkl Ketua Bid Usaha dan

Pemuda

Samuel Sutanto

Penasehat

H. M. Amran

H. A. Syamhudi, SE

Sekretaris

I. Napon Hadikaryanto

II. Zenal Muttagien

Humas

Imron Rosidi

Bendahara

I. Zulfitri

II. Darti Andi

Seksi Rohani Islam

Ust. Nurfajri Ust. Syarif H.

Seksi Rohani

Kristen

Cristomus D.

Seksi Sosial

M. Ketang

Neng Roro

Seksi Sarana dan Prasarana

Ngadiun

T. Suhardjoni

Seksi Pertamanan dan Kebersihan

Suwaryoto

Dedy K.

Seksi Seni

dan Agro

R. Awarso

Seksi

Keamanan

Hasan Gani

Seksi

Peranan

Wanita

Sutik Ngatio

Nita Hertuty

Seksi

Wirausaha

Hari M.

Budiyanto

Seksi

Pemuda dan

Olahraga

Fajar W.

Firlia Ayu A.

RT 01

Ketua

M. Wandi

Sekretaris

Supena

Bendahara

Chairudin

RT 02

Ketua

Andika M.

Sekretaris

Turiman

Bendahara

Siti Masitoh

RT 03

Ketua

Mukhtar

Sekretaris

Maeran

Bendahara

Ngadio

RT 04

Ketua

Purwanto

Sekretaris

Ilham

Bendahara

Joni Adi

RT 05

Ketua

Setyastuti

Sekretaris

Dewi S.

Bendahara

Yudi H.

RT 06

Ketua

Medi R.

Sekretaris

Dinihari L.

Bendahara

Suwaryanto

RT 07

Ketua

Nanang W.

Sekretaris

Kasijan

Bendahara

Suparjo

RT 08

Ketua

Rohmani

Sekretaris

Mujamal

Bendahara

Regianto

RT 09

Ketua

S. Romelah

Sekretaris

Aris F.

Bendahara

Imas D. S.

RT 10

Ketua

Salim

Sekretaris

Yan R.

Bendahara

Dedi B.


(4)

Lampiran 4. Struktur Kepengurusan PKK RW 03 Periode 2007-2012

75

Ketua

Hj. Ninik Nuryanto

Dewan Penyantun

Ketua RW 03

H. Anis Haryono, SE

Sekretaris

Ibu Darti Bib

Bendahara

Ibu Hj. Yayah Anis

Pokja 1

Ibu Hj. Rosmani

Wakil

Hj. Sri Hardiyati Amran

Pokja 2

Ibu Neneng Amalia

Pokja 3

Ibu Ema Waryoto

Pokja 4

Ibu Lies Rantnaningtyas

Pokja 5


(5)

(6)

Lampiran 5. Dokumentasi

Foto 1. Suasana Diskusi Warga dengan

Pengunjung

Foto 2. Pelatihan Pembuatan Tas dari Sampah

Plastik

Foto 3. Produk Recycle dari Sampah

Foto 4. Tempat Sampah Organik dan

Anorganik di Depan Rumah

76

Foto 5. Suasana Asri di Taman PKK

Foto 6. Kantor RW 03 Rawajati

Foto 7. Suasana Salah Satu Gang di Kampung

Rawajati

Foto 8. Sosialisasi Kegiatan Pengelolaan

Lingkungan Kampung Rawajati