13 Laurse G Stevens dalam bukunya “Introduction to Drama” mengemukakan bahwa di
samping unsur alur plot, dan penokohan karakterisasi, unsur latar setting adalah penting dalam drama lakon, lantaran latar berpengaruh terhadap kejadian-kejadian
apa, dalam hal ini berpengaruh terhadap mood atau suasana lakon itu secara keseluruhan.
Struktur lakon wayang pada dasarnya menuruti struktur drama. Pada umumnya, seperti Aristoteles dalam Amir,1994:50 terdiri atas tiga bagian yaitu: permulaan,
pertengahan, dan akhir. Pada babak permulaan terjadi eksposisi, yaitu pengenalan kepada penonton tentang tempat, waktu terjadinya cerita, tentang pelaku-pelaku
tersebut. Kemudian timbul suatu konflikasi yakni masuknya suatu unsur baru dalam cerita yang menentukan jalan cerita selanjutnya. Oleh karena konflikasi ini maka
timbullah konflik yang pada babak pertengahan mencapai puncaknya. Dalam babak akhir konflik ini diselesaikan.
Lakon wayang memang mengisahkan insiden-insiden yang dialami oleh manusia dalam hidupnya, tetapi dalam wayang insiden-insiden ini tidak pernah
berdiri sendiri melainkan selalu berkaitan satu dengan yang lain Amir,1994:69 Jadi yang dimaksud unsur lakon adalah: 1 tema dan amanat, 2 alur plot, 3
penokohankarakterisasi, dan 4 latar setting .
2.2.1 Tema dan Amanat
Naskah lakon bukanlah diciptakan oleh penulis untuk semata-mata mencipta, melainkan untuk menyampaikan sesuatu pesanamanat kepada masyarakat, bangsa,
14 bahkan kepada seluruh manusia. Penulis naskah lakon menciptakan untuk
menyuguhkan persoalan kehidupan manusia, baik kehidupan lahiriah maupun batiniah, yakni pikiran cipta perasaan rasa, dan kehendak karsa.
Oleh karena itu dalam penyajian wayang perlu sutradara dalang yang merupakan ahli dari drama jenis lakon itu, mengingat amanat-amanat yang harus
disampaikan sangatlah beraneka ragam yang menyangkut simbolis kehidupan manusia dari masa kanak-kanak sampai dengan masa dewasa.
Dengan demikian, maka dalang haruslah merupakan seorang ahli sejarah, ahli adat istiadat, ahli kesenian, dan kebudayaan, ahli pendidikan, ahli propaganda, ahli
rasa, ahli agama, dan ahli tata krama Amir,1994:85. Tema dalam lakon wayang adalah gagasan,ide atau pikiran utama di dalam
karya sastra yang terungkap atau tidak. Tema tidak sama dengan pokok masalah atau topik. Tema dapat dijabarkan dalam beberapa pokok Satoto,1985:15.
Dalam lakon, amanat adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada masyarakat. Cara penyampaian pesan tersebut dapat secara langsung maupun tidak
langsung, secara tersurat, tersirat atau secara simbolis. Jenis lakon wayang pada umumnya menggunakan bentuk penyampaian pesan
secara simbolis. Hampir semua peralatan panggung wayang adalah lambang-lambang alam atau kehidupan manusia. Pendapa yang kosong sebelum pertunjukan,
melambangkan alam semesta yang kosong,sebelum terjadinya sesuatu. Dan orang yang punya hajat yakni yang menanggap wayang melambangkan Tuhan, kelir
15 melambangkan angkasa, pokok pisang melambangkan bumi, blencong lampu
penerang melambangkan matahari, wayang gunungan kayon melambangkan dunia besar beserta isinya, musik gamelan melambangkan keharmonisan hidup, dan
sebagainya. Amir,1994:38. Setiap dalang memiliki kadar imajinasi atau sanggit masing-masing. Demikian
pula publik penikmatnya akan berbeda-beda cara dan hasil pendekatan atau penafsirannya terhadap tema dan amanat lakon dalam bentuk wayang yang
dipagelarkan oleh sang dalang.
2.2.2 Alur plot