15 melambangkan angkasa, pokok pisang melambangkan bumi, blencong lampu
penerang melambangkan matahari, wayang gunungan kayon melambangkan dunia besar beserta isinya, musik gamelan melambangkan keharmonisan hidup, dan
sebagainya. Amir,1994:38. Setiap dalang memiliki kadar imajinasi atau sanggit masing-masing. Demikian
pula publik penikmatnya akan berbeda-beda cara dan hasil pendekatan atau penafsirannya terhadap tema dan amanat lakon dalam bentuk wayang yang
dipagelarkan oleh sang dalang.
2.2.2 Alur plot
Alur plot adalah jalinan peristiwa di dalam karya sastra termasuk drama dan lakon untuk mencapai efek tertentu. Alur merupakan rangkaian peristiwa yang
direka dan dijalin dengan seksama yang menggerakkan jalan cerita melalui perumitan ke arah klimak atau selesaian.
Menurut Riris K.Sarumpaet, alur ialah rangkaian peristiwa yang dijalin berdasarkan hukum sebab akibat, dan merupakan pola perkaitan peristiwa yang
menggerakkan jalannya cerita ke arah pertikaian dan penyelesaiannya Satoto,1985:16.
Alur plot dalam lakon tidak hanya bersifat verbal diucapkan secara lisan lewat cakapan tetapi juga bersifat gerak fisik. Hal ini tampak dalam penokohan.
Antara gerak tokoh dan karakterisasi perwatakan saling menunjang dan mengisi serta melengkapi antara alur dan perwatakan.
16 Berdasarkan kriteria urutan waktu, alur atau plot dapat dibedakan atas alur
majulurusprogresif, sedangkan yang kedua adalah alur sorot balikmundurregresif Nurgiyantoro,1995:153.
2.2.3 Penokohan
Yang dimaksud penokohan di sini adalah proses penampilan tokoh sebagai pembawa peran watak dalam suatu pementasan lakon. Penokohan harus mampu
menciptakan citra tokoh. Oleh karena itu, tokoh-tokoh harus dihidupkan. Penokohan menggunakan berbagai cara. Watak tokoh dapat terungkap lewat: a tindakan, b
ujaran atau ucapannya, c pikiran, perasaan, dan kehendaknya, d penampilan fisiknya, dan e apa yang dipikirkan, dirasakan, atau dikehendaki tentang dirinya
atau diri orang lain Satoto,1985:24. Tokoh dalam seni sastra disebut “ tokoh rekaan “ dramatis personal yang
berfungsi sebagai pemegang peran watak, baik dalam jenis roman, novel, atau jenis lakon.
Satoto, dalam bukunya “Wayang Kulit Purwa Makna dan Struktur Dramatiknya“ mengemukakan bahwa tokoh dalam lakon adalah tokoh hidup dan
bukan tokoh mati. Herman J.Waluyo dalam bukunya “Drama Teori dan Pengajarannya“ mengemukakan bahwa watak para tokoh digambarkan dalam tiga
dimensi watak dimensional dalam lakon, yaitu:
17 a
Dimensi Fisiologis Dimensi Fisiologis disebut juga keadaan fisik. Yang termasuk dalam keadaan
fisik tokoh adalah:umur, jenis kelamin, ciri-ciri tubuh, cacat jasmaniah, ciri khas yang menonjol, suku, bangsa, raut muka, kesukaan, tinggipendek, kurusgemuk, suka
senyum, cemberut, dan sebagainya. Jika kita telaah lebih lanjut, maka ciri fisik ini dapat dihubungkan dengan perwatakan berdasarkan teori Krechmer. Tokoh ini
membagi watak manusia berdasarkan keadaan fisik tokoh. Misalnya seorang yang bertubuh tinggi jangkung atletis berwatak lain dengan orang yang bertubuh gendut
sanguinis, dan sebagainya. Masyarakat Jawa juga mengenal penafsiran watak berdasarkan keadaan fisiknya, misalnya seorang yang berleher pendek mempunyai
watak mudah tersinggung, seorang yang berleher panjang mempunyai watak sabar, dan sebagainya. Ingat juga bahwa tokoh-tokoh punakawan dalam wayang Semar,
Gareng,Petruk,Bagong,Togog,Limbuk,Cangik mempunyai watak yang didasarkan atas bentuk fisik yang dalam penampilannya juga didukung oleh wujud suara dan
gerak-gerik. Tentang suara tokoh juga ada hubungannya dengan lakon. Tokoh sentral
protagonis biasanya memiliki karakterisasi suara tertentu. Suaranya adalah suara ksatria yang manis merdu. Dalam film, misalnya, dubbing untuk tokoh protagonis ini
akan memilih suara yang syarat tersebut. Dalam masyarakat Jawa yang berkiblat ke wayang. biasanya tokoh baik bersuara lembut tidak kasar, berangasan.bernada
rendah, atau tinggi bijaksana, dan tidak bertekanan keras. Sebagai contoh Arjuna,
18 Gatotkaca, Puntadewa, Abimanyu, dan sebagainya. Prabu Kresna bersuara tinggi
tetapi bijaksana. Tokoh-tokoh raksasa dan Kurawa bersuara kasar, bertekanan dan emosional. Dalam drama Romeo-Yuliet seperti contoh di atas, ciri-ciri fisik dan
suaranya dapat dirumuskan dengan baik b
Dimensi Psikologis. Dimensi Psikologis disebut juga keadaan psikis. Keadaan psikis tokoh meliputi:
watak, kegemaran, mentalitas, standar moral, temperamen, ambisi, kompleks psikologis yang dialami, keadaan emosinya, dan sebagainya. Dalam latihan drama,
watak secara psikis ini harus mendapat perhatian saksama, karena aktor tidak hanya memasuki dunia peran secara fisik, akan tetapi terlebih secara psikis.
c Dimensi Sosiologis
Dimensi Sosiologis disebut juga keadaan sosiologis. Keadaan sosiologis tokoh meliputi jabatan, pekerjaan, kelas sosial, ras, agama, ideologi, dan sebagainya.
Keadaan sosiologis seseorang akan berpengaruh terhadap perilaku seseorang. Profesi tertentu akan menuntut tingkah laku tertentu pula. Rumusan watak secara sosiologis
ini penting untuk dikemukakan karena drama ini jika dipentaskan sangat membutuhkan kejelasan rumus tersebut. Latar belakang sosiologis peran dapat
diperhidup di dalam pentas sehingga berbeda dari latar belakang sosiologis yang lain. Penampilan seorang pegawai bank akan berbeda dari penampilan seorang
makelar, kendatipun keadaan sosial ekonominya sama. Penampilan seorang isteri
19 bupati akan berbeda dari penampilan isteri gubernur atau isteri lurah. Penampilan
guru SMP akan berbeda dari penampilan guru SD atau dosen di perguruan tinggi. Orang kaya akan berbeda dari orang miskin, dan sebagainya.
Berdasarkan peranannya terhadap jalan cerita, terdapat tokoh-tokoh seperti di bawah ini :
a. Tokoh Protagonis, yaitu tokoh yang mendukung cerita. Biasanya ada satu atau
dua figur tokoh protagonis utama, yang dibantu oleh tokoh-tokoh lainnya yang ikut terlibat sebagai pendukung cerita.
b. Tokoh antagonis, yaitu tokoh penentang cerita. Biasanya ada seorang tokoh utama
yang menentang cerita, dan beberapa figur pembantu yang ikut menentang cerita. c.
Tokoh tritagonis, yaitu pembantu, baik untuk tokoh protagonis maupun untuk tokoh antagonis.
2.2.4 LatarSetting