35 mengetahui dan siap mengikuti dengan teliti fakta-fakta untuk memahami
masalah-masalah dalam kehidupan nyata. Cerita yang cocok untuk anak usia 13-16 tahun, misalnya: cerita yang terdapat
dalam sinetron yang diputar di stasiun televisi swasta, misalnya: Mentari, Suci, dan sebagainya.
4. Tahap Generalisasi usia 16 tahun ke atas Pada tahap ini anak tidak lagi berminat pada hal-hal praktis saja, tetapi berminat
untuk menemukan konsep-konsep abstrak dengan menganalisis suatu fenomena. Dengan menganalisis fenomena mereka berusaha menemukan dan meneruskan
serta merumuskan penyebab utama fenomena itu yang terkadang mengarah pemikiran fantasi untuk menemukan keputusan-keputusan moral. Karya sastra
yang terpilih untuk diajarkan hendaknya sesuai dengan tahap psikologis umumnya pada suatu kelas. Tentu saja tidak semua siswa dalam satu kelas
mempunyai tahapan psikologis dapat menarik minat sebagian besar siswa dalam kelas itu.
Cerita yang cocok untuk anak usia 16 tahun ke atas, misalnya: cerita yang terdapat dalam sinetron yang diputar di stasiun televisi swasta misalnya: Kasih,
Cahaya, Cinta Indah dan sebagainya.
2.6.3 Latar Belakang Budaya Siswa
Pemilihan bahan pembelajaran dari sudut latar belakang budaya, pada mulanya dilakukan agar pembelajaran menarik bagi siswa. Hal ini terjadi karena materi
36 pembelajaran telah akrab dengan kehidupan mereka. Dengan demikian mereka akan
lebih tertarik mengikuti pelajaran. Namun pada situasi sekarang, pemilihan bahan yang mempertimbangkan latar belakang budaya sendiri posisinya lebih asing
dibanding cerita-cerita dari mancanegara. Meskipun demikian, pemilihan bahan dari sudut latar belakang budaya tetap perlu dilakukan.
Ada pun kepentingan memilih bahan dari sudut latar belakang budaya adalah sebagai berikut :
1. Bagi daerah tertentu berfungsi sebagai bahan penarik minat. Hal ini terjadi karena
biasanya siswa akan mudah tertarik pada karya sastra dengan latar belakang yang erat hubungannya dengan latar belakang kehidupan mereka. Mereka akan tertarik
sekali dengan karya sastra sastra yang menghadirkan tokoh yang menghadirkan tokoh yang berasal dari lingkungan mereka dan mempunyai kesamaan dengan
mereka atau orang-orang di sekitar mereka. Umpamanya anak yang berada di lingkungan pertanian akan lebih akrab dengan karya sastra yang berkisah tentang
kebun, sawah, dan tanamannya, seperti yang dicontohkan di atas. Sedangkan anak yang hidup di lingkungan pantai akan akrab dengan laut dan nelayan.
2. Bagi sebagian daerah lainnya terutama di kota besar akan berfungsi sebagai pengenalan dan pelestari budaya sendiri. Hal ini terjadi karena pada kelompok ini,
anak cenderung lebih mengenal sastra dengan latar belakang budaya luar negeri dibanding budaya sendiri. Dengan demikian penyajian bahan yang berlatar
37 budaya sendiri akan membuka mata mereka akan budayanya,dan dengan
demikian guru sastra akan turut melestarikan budaya bangsa sendiri Itulah dua fungsi pemilihan bahan yang mempertimbangkan latar belakang
budaya bagi dua kelompok siswa yang berbeda. Sedangkan pemilihan cerita yang erat hubungannya dengan kehidupan lingkungan daerahnya masing-masing misalnya:
- Siswa yang tinggal di daerah Jawa Barat akan tertarik dengan cerita-cerita
kesenian di daerah tersebut, contoh: cerita Sangkuriang, pertunjukan wayang golek, dan sebagainya.
- Siswa yang tinggal di Jawa Tengah akan tertarik dengan cerita-cerita kesenian
di daerah tersebut, contoh: Dongeng Terjadinya Rawa Pening, Pertunjukan wayang kulit, dan sebagainya.
- Siswa yang tinggal di Jawa Timur, khususnya di Surabaya dan sekitarnya akan
tertarik dengan ceritakesenian dari daerah tersebut, contoh: kisah terjadinya kota Surabaya, kesenian ludruk, dan sebagainya.
Dengan berpedoman pada kriteria pemilihan bahan pengajaran apresiasi sastra yang tepat dan sesuai dengan pekembangan jiwa anak didik, diharapkan akan tercapai
tujuan pengajaran sastra Indonesia.Rumini,1997:43-45.
38
BAB III METODE PENELITIAN
Penulis akan memaparkan metode penelitian untuk memperoleh gambaran mengenai cara yang penulis gunakan dalam penelitian ini. Sasaran penelitian ini
adalah nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam lakon wayang purwa dengan cerita Dewa Ruci versi Ki Anom Suroto.
Nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam lakon wayang purwa dianalisis dan ditentukan bagian mana yang dapat dijadikan bahan ajar di SMP serta layak
menjadi bahan ajar bagi siswa SMP. Skripsi ini ditulis dengan menggunakan prosedur tertentu yang bertujuan
untuk memberikan gambaran mengenai cara-cara yang ditempuh dalam penelitian ini. Prosedur-prosedur itu meliputi pendekatan, fokus penelitian, data dan sumber
data, teknik pengumpulan data, dan analisis data yang dibahas berikut ini :
3.1 Pendekatan Penelitian