- 131 -
imbangan. Akan tetapi, di lingkungan masyarakat yang kesadaran mereka sendiri akan hak-hak saja belum lagi
luas, jika tiba-tiba dipaksa untuk memahami hak-hak mereka itu harus diimbangi dengan kesadaran akan ke-
wajiban, maka kampanye seperti itu di kedua lingkungan masyarakat tersebut dapat menciptakan hasil yang sama
sekali berbeda karena faktor-faktor yang bersifat sosio- historis itu.
Oleh sebab itu, dalam membangun keseimbangan kesadaran mengenai hak dan kewajiban, kebebasan dan
tanggung jawab, perlu kehati-hatian agar keseimbangan yang dimaksudkan memang dapat dicapai sebagaimana
seharusnya. Kesadaran akan pluralisme, demokrasi, dan hak asasi manusia yang masih dalam taraf pertumbuhan
juga tidak boleh layu sebelum berkembang hanya karena kampanye yang tidak proporsional dan diliputi prasang-
ka dan persepsi yang tidak tepat mengenai pentingnya tanggung jawab manusia dalam kehidupan. Kampanye
tanggung jawab asasi manusia ini perlu dikembangkan dalam rangka memperkuat kampanye tentang hak asasi
manusia itu sendiri. Tidak akan ada hak asasi manusia yang terlindungi, jika tidak ada perasaan tanggung jawab
manusia terhadap sesama manusia. Dengan pentingnya Deklarasi Universal tentang Tanggung Jawab Manusia
ini, maka oleh para perumusnya dianjurkan agar siapa saja dapat ikut menandatanganinya. Dengan demikian,
pada saatnya nanti, naskah the Universal Declaration of Human Responsibilities diharapkan menjadi naskah
pendamping bagi naskah the Universal Declaration of Human Rights Tahun 1948.
C. WARGA NEGARA DAN KEWARGANE-
GARAAN
Jilid II
132
1. Warga Negara dan Penduduk
Seperti dikemukakan oleh para ahli, sudah menjadi kenyataan yang berlaku umum bahwa untuk berdirinya
negara yang merdeka harus dipenuhi sekurang- kurangnya tiga syarat, yaitu adanya wilayah, adanya
rakyat yang tetap, dan pemerintahan yang berdau- lat.
115
Ketiga syarat ini merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan satu sama lain. Tanpa adanya wilayah
yang pasti, tidak mungkin suatu negara dapat berdiri, dan begitu pula adalah mustahil untuk menyatakan
adanya negara tanpa rakyat yang tetap. Di samping itu, meskipun kedua syarat wilayah territory dan rakyat
telah dipenuhi, namun apabila pemerintahannya bukan pemerintahan yang berdaulat yang bersifat nasional,
belumlah dapat dinamakan negara tersebut suatu negara yang merdeka. Hindia Belanda dahulu memenuhi syarat
yang pertama, yaitu wilayah dan rakyat, tetapi pemerin- tahannya adalah pemerintahan jajahan yang tunduk
kepada Pemerintah Kerajaan Belanda, maka Hindia Belanda tidak dapat dikatakan sebagai satu negara yang
merdeka.
Rakyat people yang menetap di suatu wilayah ter- tentu, dalam hubungannya dengan negara disebut warga
negara citizen. Warga negara secara sendiri-sendiri me- rupakan subjek-subjek hukum yang menyandang hak-
hak dan sekaligus kewajiban-kewajiban dari dan terhadap negara. Setiap warga negara mempunyai hak-
hak yang wajib diakui recognized oleh negara dan wajib dihormati respected, dilindungi protected, dan
difasilitasi facilitated, serta dipenuhi fulfilled oleh negara. Sebaliknya, setiap warga negara juga mempunyai
kewajiban-kewajiban kepada negara yang merupakan hak-hak negara yang juga wajib diakui recognized,
115
. Kusnardi dan Ibrahim, op. cit., hal. 291.
- 133 -
dihormati respected, dan ditaati atau ditunaikan complied oleh setiap warga negara. Misalnya, setiap
warga negara berhak atas perlindungan oleh negara dan berhak untuk berpartisipasi dalam politik, tetapi juga
berkewajiban untuk membayar pajak.
Persoalan kewarganegaraan ini juga penting dipan- dang dari sudut hukum Internasional. Seperti dikatakan
oleh Bradley dan Ewing, nasionalitas dan status kewar- ganegaraan itu menghubungkan seseorang dengan orang
lain dalam pergaulan di dunia internasional.
116
Hal demikian dikemukakan pula oleh Jennings dan Watt
yang menyatakan: “To the extent to which individuals are not directly
subjects of interntional law, nationality is the link between them and international law. It is through the
medium of their nationality that individuals can normally enjoy benefits from international law”.
117
Oleh karena di zaman modern sekarang, perkemba- ngan dinamika hubungan antarnegara sangat terbuka,
maka hubungan antara satu negara dengan dunia internasional tidak dapat dihindari. Oleh karena itu,
dalam setiap wilayah negara akan selalu ada warga negara sendiri dan orang asing atau warga negara asing,
yang kesemuanya sama-sama disebut penduduk. Artinya, tidak semua penduduk suatu negara merupakan
warga negara, karena mungkin saja dia adalah orang asing. Dengan demikian, penduduk suatu negara dapat
dibagi dua yaitu warga negara dan orang asing. Keduanya mempunyai kedudukan yang berbeda dalam
berhubungan dengan negara state. Warga negara citizens mempunyai hubungan yang tidak terputus
116
.W. Bradley and K.D. Ewing, Constitutional and Administrative Law, 13
th
edition, Pearson Education Ltd., 2003, hal. 425.
117
Jennings and Watt, Oppenheim’s International Law, 1992, hal. 849. Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara
Jilid II
134
walaupun yang bersangkutan berdomisili di luar negeri, asalkan yang bersangkutan tidak memutus sendiri ke-
warganegaraannya. Sementara itu, orang asing hanya mempunyai hubungan dengan negara selama ia bertem-
pat tinggal di wilayah negara yang bersangkutan. Selama itu pula menjadi kewajiban suatu negara untuk
melindungi kepentingan setiap penduduk yang ada di dalam wilayah negaranya.
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 sendiri memberikan perlindungan baik
kepada setiap penduduk maupun setiap warga negara Republik Indonesia. Artinya, UUD 1945 juga menjamin
perlindungan bagi setiap penduduk tanpa melihat apakah dia warga negara atau orang asing. Misalnya,
Pasal 29 ayat 2 UUD 1945 menentukan, “Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk
memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya
itu. Hal ini menunjukkan bahwa negara menjamin akan memberikan perlindungan dalam masalah agama
terhadap setiap orang yang ada dan hidup di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, dengan tidak
melihat apakah ia warga negara atau orang asing.
Di bagian lain Undang-Undang Dasar 1945 menen- tukan pula adanya hak-hak yang khusus dijamin untuk
warga negara, misalnya, Pasal 27 ayat 2 menentukan, Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan
penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Ini berarti bahwa setiap warga negaralah yang berhak atas penghi-
dupan yang layak bagi kemanusiaan, tidak untuk orang asing hak mana kemudian dapat dituntut oleh warga
negara. Mirip dengan ini, maka berdasarkan Perubahan Kedua pada tahun 2000, ditentukan pula adanya Pasal
28D ayat 2 yang menyatakan, “Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan
yang adil dan layak dalam hubungan kerja”. Ketentuan
- 135 -
yang terakhir ini ditujukan tidak saja kepada setiap warga negara, tetapi setiap orang. Namun, dengan
undang-undang dapat saja diatur perbedaan kesempatan untuk bekerja dan mendapat imbalan dan perlakuan
yang adil dan layak itu,
118
baik bagi orang yang berkewar- ganegaraan Republik Indonesia maupun bagi orang
asing.
2. Prinsip Dasar Kewarganegaraan