Tanggapan Israel dan Palestina Terhadap Upaya Hukum Internasional

Maka dari itu, berkaitan dengan kedudukan PBB sebagai pelaksana operasional, DK-PBB seharusnya dapat memprakarasai penyelidikan terhadap kedua negara yang berkonflik tadi. DK-PBB seharusnya dapat mengajukan penyelidikan terhadap Israel, yang diwakili oleh perdana menterinya sebagai pemegang kekuasaan dalam mengeluarkan kebijakan negaranya untuk mengadakan agresi ke Palestina. Penyelidikan terhadap Palestina atas pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan terhadap ketentuan hukum internasional mengenai perang yaitu kepada pemimpin Kelompok Hamas, sebagai “musuh bebuyutan” Israel dalam konflik negara mereka.

C. Tanggapan Israel dan Palestina Terhadap Upaya Hukum Internasional

Atas Konflik Internasional Kekhawatiran ataupun pertanyaan terhadap suatu aturan hukum internasional adalah apakah suatu negara perlu untuk menaati ketentuan hukum internasional terkait dengan negara sebagai subjek hukum par excellence yang memilliki kedaulatan penuh, atau apakah yang menjadi sangsinya apabila ketentuan hukum internasional dilanggar. Masalah yang paling berat dalam penerapan hukum internasional adalah kedaulatan suatu negara. Kedaulatan merupakan suatu alat kekuasaan tertinggi yang dimiliki negara dalam menjalankan fungsi kenegaraannya. Kemudian sangsi yang diberikan oleh hukum internasional itu sendiri. Misalnya saja, ketentuan Piagam PBB yang ditujukan baik bagi negara anggota maupun negara yang bukan anggota untuk tunduk padanya, tidak ada pengaturan soal sangsi dalam pelanggaran aturan piagam tersebut. Ini berarti bahwa bagi Universitas Sumatera Utara Israel dan Palestina yang berkonflik dan telah mengancam perdamaian dan keamanan dunia, atau dengan kata lain telah melanggar ketentuan pasal 1 ayat 1 Piagam PBB 1945. Akan tetapi tidak ada pengaturan mengenai sangsi hukum yang dapat dikenakan bagi negara yang melanggar ketentuan tersebut. Selain itu juga, pemberlakuan suatu ketentuan hukum internasional yang banyak bersumber dari perjanjian internasional dan memang diatur dalam ketentuan hukum internasional tersebut, didasarkan atas suatu bentuk ratifikasi terhadap perjanjian tersebut Inilah yang menjadi dilematis dalam pemberlakuan hukum internasional bagi masyarakat internasional. Misalnya saja dalam ketentuan hukum pidana internasional seperti yang terdapat dalam Statuta Roma 1998, bahwa jurisdiksi daripada Mahkamah Pidana Internasional hanya bagi negara-negara yang sudah meratifikasinya. Kenyataannya, baik Israel dan Palestina sama-sama negara yang belum meratifikasi Statuta Roma 1998 121 . Hal ini mempengaruhi sikap Israel dan Palestina yang berkonflik untuk terus melakukan aksi saling menyerang dengan melanggar setiap ketentuan yang terdapat dalam statuta. Berdasarkan fakta-fakta yang telah dipaparkan sebelumnya oleh penulis, bahwa meskipun DK-PBB telah bertindak lebih tegas dengan mengeluarkan sejumlah resolusinya dalam rangka meredam konflik kedua negara, Israel dan Palestina tetap mengadakan aksi saling menyerang. 121 http:www.setneg.go.idindex.php-html, tanggal 20 November 2009. Universitas Sumatera Utara Pada dasarnya usaha efektivitas hukum internasional ditempuh dengan kesediaan negara-negara untuk mengurangi kedaulatannya. Tanpa kesediaan dari negara untuk mengurangi kedaulatannya, mustahil hukum internasional bisa efektif, walaupun memang kesediaan negara-negara mengurangi kedaulatan negaranya adalah juga berdasarkan pada pertimbangan-pertimbangan politik 122 . Kedaulatan menganugerahkan hak-hak pada negara-negara dan membebankan pula kewajiban atas mereka 123 . Dalam penandatanganan Piagam PBB, negara-negara tidak hanya memperoleh keuntungan dari adanya pengakuan kedaulatan, melainkan negara-negara tersebut juga harus menerima tanggung jawab. Demikian juga terhadap negara yang tidak menandatangani memiliki kewajiban memelihara perdamaian dan keamanan internasional sesuai dengan pasal 1 ayat 6 ketentuan piagam. Tanggung jawab negara merupakan suatu prinsip fundamental dalam hukum internasional yang bersumber dari doktrin kedaulatan dan persamaan ha kantar negara, tanggung jawab negara timbul bila ada pelanggaran atas suatu kewajiban internasional untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu, baik kewajiban tersebut berdasarkan suatu perjanjian internasional maupun hukum kebiasaan internasional 124 . Termasuk tanggung jawab negara untuk menerima dan 122 I Wayan Parthiana, Pengantar Hukum Internasional, Bandung: Mandar Maju, 2003, hlm. 36. 123 Tina Miller, “Introduction to Public International Law”. http:iei.liu.secontent1c43646spring202008kurs201guest20lectureaLecture2-1.pdf, 15 September 2009. 124 Ian Brownlie, Principles of Public International Law-second edition, Oxford: Universitty Press, 1973, hlm. 431. Universitas Sumatera Utara melaksanakan keputusan Dewan keamanan sesuai dengan Piagam PBB 125 . Dengan demikian dapat diartikan bahwa keputusan atau resolusi itu bukan saja harus dipatuhi tetapi juga harus dilaksanakan karena ketentuan itu mengikat secara hukum. Bukan saja bagi semua negara anggota PBB tetapi juga bagi negara yang bukan anggota PBB 126 . Mengenai hal tersebut, maka dapat diketahui bahwa dasar kekuatan mengikatnya suatu perjanjian internasional yang merupakan sumber hukum internasional yang utama antara lain teori hukum alam, kehedak negara sendiri, pacta sunt servanda, dan mazhab Prancis. Teori hukum alam menyebutkan bahwa hukum internasional itu mengikat karena hukum internasional tidak lain dan tidak bukan adalah hukum alam bagian dari hukum yang tertinggi yang diterapkan pada kehidupan masyarakat internasional 127 . Teori kehendak adalah bahwa atas kehendak suatu negara itu sendiri untuk tunduk secara sukarela kepada ketentuan hukum internasioal. Ini menegaskan bahwa hukum internasional merupakan hasil dari perjanjian-perjanjian antar bangsa, sehingga bangsa-bangsa tadi tunduk pada ketentuan hukum internasional, atau dikenal dengan pacta sunt servanda. Selanjutnya adalah mazhab Prancis yang mendasarkan kekuatan mengikat hukum internasional pada sejarah 125 Pasal 25 Piagam PBB. 126 Sumaryo Suryokusumo, Studi Kasus Hukum Internasional, Jakarta: PT Tatannusa, 2007, hlm. 51. 127 Mochtar Kusumatmadja S.H, Pengantar Hukum Internasional-Buku I, Bandung: Putraabardin, 1999, hlm. 33. Universitas Sumatera Utara kehidupan manusia, yaitu dikembalikan pada sifat alami manusia sebagai makhluk sosial untuk hidup berkelompok satu dengan yang lainnya 128 . Fakta yang terjadi adalah Israel mengenyampingkan tanggung jawab negaranya terhadap ketentuan hukum internasional dengan melakukan agresi militer ke Palestina. Demikian juga Palestina melalui pejuang Hamas sebagai PLO terbesar kedua di negara tersebut, mengadakan aksi serangan ke Israel. Seharusnya bagi kedua negara memperhatikan tindakan mereka untuk tetap tunduk pada ketentuan hukum internasional. Selayaknya bagi Israel dan Palestina sebagai suatu negara yang berdaulat untuk tunduk pada Piagam PBB serta ketentuan hukum internasional lainnya. Keputusan atau resolusi Dewan Keamanan PBB telah banyak dikeluarkan bagi Israel dalam rangka meredam konflik yang terjadi dengan Palestina. Akan tetapi sikap dari Israel yang “membandel”. Israel merupakan negara angota PBB, oleh karena itu keputusan Dewan Keamanan PBB tidak dapat diabaikan begitu saja karena mengikat secara hukum dan bahkan bagi negara yang tidak melaksanakannya secara terus menerus dapat dikenakan sangsi. Atas rekomendasi Dewan Keamanan, Majelis Umum dapat menjatuhkan sangsi dengan melakukan pengusiran terhadap suatu anggotanya yang secara terus menerus mengadakan pelanggaran terhadap prinsip-prinsip Piagam PBB 129 , seperti yang pernah 128 Ibid, hal 37. 129 Sumaryo Suryokusumo, Op. cit., hlm. 52. Universitas Sumatera Utara dilakukan Yugoslavia pada tahun 1992 bahwa Yugoslavia yang terdiri dari Serbia dan Montenegro tidak dapat meneruskan keanggotaannya di PBB 130 . 130 Resolusi Majelis Umum PBB 471 tahun 1992. Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan