Konflik Internasional Israel dan Palestina

BAB IV PENERAPAN HUKUM INTERNASIONAL DALAM MENYELESAIKAN KONFLIK INTERNASIONAL ISRAEL DAN PALESTINA

A. Konflik Internasional Israel dan Palestina

Konflik antara Israel dan Palestina merupakan konflik yang paling lama berlangsung di wilayah Timur Tengah dengan mengeyampingkan Perang Salib, yang menyebabkannya tidak lain adalah mengenai perbatasan wilayah, yaitu perebutan Jalur Gaza yang masing-masing negara mengklaim daerah tersebut menjadi bagian dari wilayah negara mereka masing-masing. Kelahiran Israel pada tanggal 14 mei 1948 telah memicu konflik yang berkepanjangan antara negara Arab dengan Israel. Konflik bersenjata pertama antara negara Arab dan Israel terjadi beberapa hari sesudah diproklamasikannya kemerdekaan Israel. Pada hari itu, Israel belum memiliki angkatan bersenjata yang resmi, hanya mengandalkan organisasi paramiliter seperti Haganah, Irgun, Palmach yang berjuang tanpa komando. Sementara itu bangsa Arab di Palestina juga mengandalkan organisasi paramiliter seperti Futuwa dan Najjada 87 . Konflik Israel dan Palestina telah menjadi konflik regional. Konflik yang terjadi sejak tahun 1948 merupakan konflik internal intra state war, yang merupakan persoalan-persoalan domestik yang berhubungan dengan terancamnya kedaulatan suatu negara oleh kelompok-kelompok yang 87 M.Riza Setiabudi dkk, Op. cit., hlm. 27. Universitas Sumatera Utara bertentangan. Ini dapat diketahui bahwa yang terjadi pada awalnya konflik antar kedua negara tersebut yaitu mengenai wilayah kedaulatan negara, dimana Israel mengadakan pendudukan wilayah negara Palestina sebagai suatu negara yang berdaulat. Hingga munculnya kelompok PLO Organisasi Pembebasan Palestina yang melawan kekerasan Israel di wilayah negara mereka. PLO sebagai bagian dari Palestina menjadi “musuh” konflik dengan Israel. Dengan demikian konflik yang terjadi merupakan konflik bersenjata non-internasional meskipun yang bertempur adalah negara dengan kelompok pemberontak dalam suatu negara, dan terjadi sampai keluar wilayah teritori negara tersebut. Konflik kedua negara tersebut memiliki sejarah yang cukup panjang. Berikut ini merupakan ringkasan sejarah konflik Israel dan Palestina 88 . Israel memproklamasikan kemerdekaan negaranya. Hal ini tidak diterima oleh bangsa Arab serta mengadakan perlawanan terhadap Israel. Akan tetapi karena faktor politik yaitu para pemimpin Arab sebenarnya ada dibawah “pengaruh” Inggris, maka Israel dengan mudah merebut wilayah Arab Palestina. Israel beserta sekutunya menyerang Sinai untuk menguasai Terusan Suez. Israel kembali mengadakan aksi penyerangan ke Mesir, Yordania, dan Syria selama enam hari dengan dalih pencegahan. Israel berhasil merebut Sinai dan Jalur Gaza Mesir, dataran tinggi Golan Syria, Tepi Barat dan Yerussalem Yordania.menyerang Mesir, Yordania dan Syria selama 6 hari dengan dalih pencegahan, Israel berhasil merebut Sinai dan Jalur Gaza Mesir, dataran tinggi 88 Galaxiigasmada.html, artikel Risalah Israel-Palestina Words Version, 22 Januari 2009. Universitas Sumatera Utara Golan Syria, Tepi Barat dan Yerussalem Yordania. Dewan Keamanan PBB mengeluarkan Resolusi Nomor 242 tahun 1967, untuk perintah penarikan mundur Israel dari wilayah yang direbutnya dalam perang 6 hari, pengakuan semua negara di kawasan itu, dan penyelesaian secara adil masalah pengungsi Palestina. Pada tahun 1964 para pemimpim Arab membentuk PLO Palestine Liberation Organization, yang terdiri dari beberapa organisasi seperti yang telah dikemukakan sebelumnya. Berbagai pembajakan pesawat sebagai publikasi perjuangan rakyat Palestina membuat PLO dikecam oleh opini dunia, dan Yordania pun dikucilkan. Karena ekonomi Yordania sangat tergantung dari AS, maka akhirnya Raja Husein mengusir markas PLO dari Yordania. Dan akhirnya PLO pindah ke Libanon. Mesir dan Syria menyerang pasukan Israel di Sinai dan dataran tinggi Golan pada hari puasanya Yahudi Yom Kippur tahun 1973. Pertempuran ini dikenal dengan Perang Oktober atau pertempuran Yom Kippur. Mesir dan Syria hampir menang, kalau Israel tidak tiba-tiba dibantu oleh AS. Presiden Mesir Anwar Sadat terpaksa berkompromi, karena dia cuma siap untuk melawan Israel, namun tidak siap berhadapan dengan AS. Arab membalas kekalahan itu dengan menutup keran minyak. Akibatnya harga minyak melonjak pesat. Dewan Keamanan PBB mengeluarkan resolusi Nomor 338 tahun 1973, untuk gencatan senjata, pelaksanaan resolusi Nomor 242 dan perundingan damai di Timur Tengah. Universitas Sumatera Utara Pada tahun 1978, Mesir dan Israel menandatangani perjanjian Camp David yang diprakarsai AS. Perjanjian itu menjanjikan otonomi terbatas kepada rakyat Palestina di wilayah-wilayah pendudukan Israel. Sadat dan PM Israel Menachem Begin dianugerahi Nobel Perdamaian 1979. Namun Israel tetap menolak perundingan dengan PLO dan PLO menolak otonomi. Belakangan, otonomi versi Camp David ini tidak pernah diwujudkan, demikian juga otonomi versi lainnya. Dan AS sebagai pemrakarsanya juga tidak merasa wajib memberi sanksi, bahkan selalu memveto resolusi PBB yang tidak menguntungkan pihak Israel. Israel menyerang Libanon pada tahun 1982 dan membantai ratusan pengungsi Palestina di Sabra dan Shatila. Pelanggaran terhadap batas-batas internasional ini tidak berhasil dibawa ke forum PBB karena – lagi-lagi – veto dari AS. Belakangan Israel juga dengan enaknya melakukan serangkaian pemboman atas instalasi militer dan sipil di Iraq, Libya dan Tunis. Palestina mengadakan aksi-aksi perlawanan militer atau yang dikenal dengan istilah Intifadhah, yang tinggal di daerah pendudukan terhadap tentara Israel mulai meledak. Intifadhah ini diprakarsai oleh HAMAS, suatu harakah Islam yang memulai aktivitasnya dengan pendidikan dan sosial. Pada tahun 1988 berdirilah Negara Palestina, diumumkan di Aljiria, ibu kota Aljazair. Dengan bentuk negara Republik Parlementer. Ditetapkan bahwa Yerussalem Timur sebagai ibukota negara dengan Presiden pertamanya adalah Yasser Arafat. Pada Desember 1988 AS membenarkan pembukaan dialog dengan PLO setelah Arafat secara tidak langsung mengakui eksistensi Israel dengan menuntut realisasi Universitas Sumatera Utara resolusi PBB Nomor 242 pada waktu memproklamirkan Republik Palestina di pengasingan di Tunis. Pada tahun 1993, PLO – Israel saling mengakui eksistensi masing-masing dan Israel berjanji memberikan hak otonomi kepada PLO di daerah pendudukan. Motto Israel adalah “land for peace” tanah untuk perdamaian. Pengakuan itu dikecam keras oleh pihak ultra-kanan Israel maupun kelompok di Palestina yang tidak setuju. Namun negara-negara Arab Saudi Arabia, Mesir, Emirat dan Yordania menyambut baik perjanjian itu. Mufti Mesir dan Saudi mengeluarkan “fatwa” untuk mendukung perdamaian. Setelah kekuasaan di daerah pendudukan dialihkan ke PLO, maka sesuai perjanjian dengan Israel, PLO harus mengatasi segala aksi-aksi anti Israel. Dengan ini maka sebenarnya PLO dijadikan Pemilu tahun 1996 di Israel dimenangkan secara tipis oleh Netanyahu dari partai kanan, yang berarti kemenangan Yahudi yang anti perdamaian. Netanyahu mengulur-ulur waktu pelaksanaan perjanjian perdamaian. Ia menolak adanya negara Palestina, agar Palestina tetap sekedar daerah otonom di dalam Israel. Ia bahkan ingin menunggumenciptakan kontelasi baru pemukiman Yahudi di daerah pendudukan, bila perlu perluasan hingga ke Syria dan Yordania untuk sama sekali membuat perjanjian baru. Sebuah usul perdamaian saat ini adalah Peta menuju perdamaian yang diajukan oleh Empat Serangkai Uni Eropa, Rusia, PBB dan Amerika Serikat pada 17 September 2002. Israel juga telah menerima peta itu namun dengan 14 Universitas Sumatera Utara “reservasi”. Pada saat ini Israel sedang menerapkan sebuah rencana pemisahan diri yang kontroversial yang diajukan oleh Perdana Menteri Ariel Sharon. Menurut rencana yang diajukan kepada AS, Israel menyatakan bahwa ia akan menyingkirkan seluruh “kehadiran sipil dan militer yang permanen” di Jalur Gaza yaitu 21 pemukiman Yahudi di sana, dan 4 pemumikan di Tepi Barat, namun akan “mengawasi dan mengawal kantong-kantong eksternal di darat, akan mempertahankan kontrol eksklusif di wilayah udara Gaza, dan akan terus melakukan kegiatan militer di wilayah laut dari Jalur Gaza.” Pemerintah Israel berpendapat bahwa “akibatnya, tidak akan ada dasar untuk mengklaim bahwa Jalur Gaza adalah wilayah pendudukan,” sementara yang lainnya berpendapat bahwa, apabila pemisahan diri itu terjadi, akibat satu-satunya ialah bahwa Israel “akan diizinkan untuk menyelesaikan tembok – artinya, Penghalang Tepi Barat Israel – dan mempertahankan situasi di Tepi Barat seperti adanya sekarang ini” Kemudian dalam pidato kemenangan partainya pada pemilu tahun 2006 di Israel, Olmert berjanji untuk menjadikan Israel negara yang adil, kuat, damai, dan makmur, menghargai hak-hak kaum minoritas, mementingkan pendidikan, kebudayaan dan ilmu pengetahuan serta terutama sekali berjuang untuk mencapai perdamaian yang kekal dan pasti dengan bangsa Palestina. Olmert menyatakan bahwa sebagaimana Israel bersedia berkompromi untuk perdamaian, ia mengharapkan bangsa Palestina pun harus fleksibel dengan posisi mereka. Ia menyatakan bahwa bila Otoritas Palestina, yang kini dipimpin Hamas, menolak mengakui Negara Israel, maka Israel “akan menentukan nasibnya di tangannya Universitas Sumatera Utara sendiri” dan secara langsung menyiratkan aksi sepihak. Masa depan pemerintahan koalisi ini sebagian besar tergantung pada niat baik partai-partai lain untuk bekerja sama dengan perdana menteri yang baru terpilih. Sementara itu sebelum terjadinya serangan habis-habisan Israel ke Gaza yaitu sejak tanggal 27 Desember 2008 hingga 17 Januari 2009, sudah terjadi serangan-serangan kecil di antara kedua belah pihak di sekitar Jalur Gaza, disebabkan Israel menutup tempat-tempat penyeberangan atau jalur komersial ke Gaza sehingga pasokan bahan bakar minyak terhenti, yang memaksa satu-satunya pusat pembangkit listrik di Jalur Gaza tutup. Konflik kedua negara tersebut telah memakan banyak korban jiwa sejak awal terjadinya. Dan terakhir konflik yang terjadi sejak tanggal 27 Desember 2008 hingga 17 Januari 2009. Memang banyak sumber menyajikan data yang berbeda jumlah korban jiwa akibat konflik kedua negara tersebut. PBB menyebutkan bahwa konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina pada akhir tahun 2008 hingga awal tahun 2009 kemarin, yaitu selama 22 hari serangan ofensif yang dilakukan kedua negara yang berkonflik tersebut memakan korban tewas 1300 orang dan 412 korban diantaranya adalah anak-anak. Korban luka lebih dari 5.450 orang dan 1.855 korban diantaranya adalah anak-anak. Palestina mengklaim bahwa 400 anak dan sekurang-kurangnya 700 penduduk sipil tewas,, Universitas Sumatera Utara dan sisanya adalah pejuang-pejuang Hamas. Israel mengungkapkan, korban tewas berjumlah 3 orang penduduk sipil dan 10 orang tentara 89 .

B. Penerapan Hukum Internasional dalam Menyelesaikan Konflik Israel