Pengertian Konflik Internasional Pengertian dan Perbedaan Konflik dengan Sengketa Internasional

BAB III KONSEP KONFLIK INTERNASIONAL

A. Pengertian dan Perbedaan Konflik dengan Sengketa Internasional

1. Pengertian Konflik Internasional

Konflik adalah gejala-gejala sosial yang selalu ada didalam setiap masyarakat. Konflik merupakan suatu gejala universal yang mempunyai dampak yang amat besar bagi masyarakat. Konflik sebagai salah satu produk hubungan sosial social relations dapat diartikan sebagai perbedaan pendapat paling tidak antar dua pihak atau lebih, contohnya seperti percekcokan, debat, polemic dan sebagainya. Ini disebut dengan konflik lisan atau non fisik. Bila konflik tersebut tidak dapat diselesaikan oleh pihak yang bersangkutan maka konflik lisan ini dapat meningkat menjadi konflik fisik, yang pada klimaksnya para pihak menggunakan senjata dalam mempertahankan pendapatnya atau mengalahkan pihak lain yang sudah berubah menjadi musuh. Akan tetapi banyak juga ahli yang beranggapan bahwa konflik hanya mencakup konflik fisik sehingga konflik lisan seperti yang dijelaskan diatas tidak dapat disebut konflik. 49 Konflik berasal dari kata kerja Latin configure, yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih bisa juga kelompok dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak 49 Maswadi Rauf, Konsensus dan Konflik Politik, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, 2001, hlm 2. Universitas Sumatera Utara berdaya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konflik adalah percekcokan, perselisihan dan juga pertentangan. Konflik terdiri dari tiga jenis yaitu konflik batin konflik yang disebabkan adanya dua gagasan atau lebih atau keinginan yang saling bertentangan untuk menguasai diri sehingga mempengaruhi tingkah laku, konflik kebudayaan yaitu persaingan antara dua masyarakat sosial yang mempunyai kebudayaan yang hampir sama dan konflik sosial yang merupakan pertetnatngan antar anggota masyarakat yang bersifat menyeluruh di kehidupan 50 . Ada juga beberapa definisi konflik, yaitu 51 : 1. Suatu kondisi dimana kepentingan, tujuan, kebutuhan dan nilai-nilai kelompok manusia yang bersaing, bertabrakan dan akibatnya terjadilah agresi, walaupun belum tentu berbentuk kekerasan schelling; 2. Situasi yang terjadi ketika ada perbedaan pendapat atau perbedaan cara pandang diantara beberapa orang, kelompok atau organisasi, dapat juga dikatakan sebagai konflik lisan atau non-fisik; 3. Sikap saling mempertahankan diri sekurang-kurangnya diantara dua kelompok yaitu memiliki tujuan dan pandangan berbeda dalam upaya mencapai tujuan sehingga mereka berada dalam posisi oposisi, bukan kerjasama. Konflik dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, yaitu perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi yang diantaranya adalah menyangkut 50 Depdiknas, KBBI Edisi ke-3, Jakarta: Balai Pustaka, 2007, hlm. 587. 51 http:www.wikipedia.com, mengenai Makna konflik-Pengarang:Esta0905, tanggal 15 September 2009. Universitas Sumatera Utara ciri fisik, pendirian dan perasaan, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Faktor selanjutnya adalah perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang berbeda, perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok serta perubahan- perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat. Faktor selanjutnya yang menjadi penyebab timbulnya konflik adalah keinginan manusia untuk menguasai sumber-sumber dan posisi yang langka resource and position scarcity. Kebutuhan manusia yang amat banyak dan tidak akan pernah terpenuhi semuanya sebagai akibat dari karakteristik dasar manusia yang tidak pernah merasa puas. Hal ini menyebabkan adanya kelangkaan, akibatnya anggota-anggota masyarakat satu sama lain melakukan kegiatan dalam rangka memperebutkan barang-barang pemenuh kebutuhan terbatas tersebut dan terjadilah konflik. Kecenderungan manusia atau kelompok masyarakat untuk menguasai orang lain dapat juga merupakan penyebab terjadinya konflik. Mansuia selalu menginginkan orag lain untuk menganut apa yang dianutnya karena ia berpendapat bahwa apa yang dianutnya adalah yang terbaik bagi semua orang, disampping alasan untuk mendominasi. Ini merupakan salah satu sumber konflik yang terpenting. Universitas Sumatera Utara Sebagai suatu bentuk hubungan sosial, konflik mempunyai beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk dapat dikatakan sebagai konflik. Ted Robert Gurr menyebut ada paling tidak empat ciri konflik, yaitu 52 : 1. Adanya dua atau lebih kelompok manusia yang terlibat. Ini merupakan syarat dasar bagi terjadinya suatu konflik sebagai salah satu hasil hubungan sosial antar masyarakat, yakni melibatkan orang atau pihak lain, yang berjumlah minimal satu sehingga ada pihak lain yang menjadi saingan atau musuh. 2. Adanya keterlibatan dalam tindakan yang bermusuhan. Ini berarti bahwa pihak-pihak yang terlibat konflik secara terang-terangan menunjukkan sikap yang berlawanan dengan yang lain sehingga menimbulkan reaksi penentangan dan permusuhan dari pihak lain. Sikap yang dimaksud disini berarti bahwa keharusan adanya interaksi antara pihak-pihak yang terlibat konflik, yang mana konflik merupakan produk dari hubungan sosial. Dua pihak yang berbeda pendapat tidak bisa terlibat dalam konflik bila tidak ada interaksi sehingga tidak ada kesadaran bahwa ada pertentangan dan permusuhan antara keduanya. Tindakan bermusuhan muncul karena adanya pendapat yang dipertentangkan dan tindakan-tindakan yang diambil sebagai akibat dari permusuhan tersbeut dianggap oleh semua pihak sebagai penolakan atau penyingkiran terhadap pendapatnya, yang dapat berbentuk usaha-usaha penyingkiran seperti pembunuhan satu pihak oleh pihak lain yang menjadi lawan atau musuhnya. 52 Ted Robert Gurr, Introduction Handbook of Political Conflict. Theory and Research New York: NY The Free Press, 1980, hlm 1-6. Universitas Sumatera Utara 3. Penggunaan tindakan-tindakan kekerasan yang bertujuan untuk menghancurkan, melukai dan menghalang-halangi lawannya. Syarat ini lebih mengacu bahwa konflik haruslah bersifat konflik fisik. Dalam konflik lisan tidak mungkin terjadinya tindakan koersif karena konflik seperti itu hanya terbatas pada kata-kata saja. 4. Adanya interaksi yang bertentangan yang bersifat terbuka sehingga bisa dideteksi dengan mudah oleh para pengamat yang independen. Syarat keempat ini menunjukkan bahwa konflik adalah sebuah tingkah laku yang nyata dan dapat diamati. Konflik haruslah berwujud tindakan behavior yang berbentuk tindakan-tindakan konkret. Oleh karena itu pertentangan yang ada dalam pikiran tidak dapat disebut sebagai konflik. Suatu konflik dapat dipelajari kapan terbentuknya dengan juga mempelajari alasan-alasan terjadinya konflik tersebut, perkembangannya, dan akhir dari konflik tersebut apakah ada penyelesaian konflik dan bagaimana penyelesaian konflik itu berlangsung atau apakah konflik tersebut menghasilkan dampak yang terburuk bagi masyarakat. Dilihat dari pihak-pihak yang terlibat dalam konflik, konflik dapat dibagi menjadi dua. Pertama adalah konflik individual, yakni konflik yang terjadi antara dua orang yang tidak melibatkan kelompok masing-masing. Yang menjadi penyebabnya adalah masalah pribadi sehingga yang teribat adalah orang-orang yang bersangkutan saja. Contohnya adalah perkelahian antara dua orang oleh karena ketersinggungan salah satu pihak. Kedua adalah konflik kelompok yakni konflik yang terjadi antar dua kelompok atau lebih. Konflik ini dapat terjadi dari Universitas Sumatera Utara konflik individual, karena adanya kecenderungan yang besar dari individu- individu yang berkonflik untuk melibatkan kelompoknya masing-masing. Disamping itu, anggota-anggota kelompok mempunyai solidaritas yang tinggi sehingga anggota kelompok tadi membantu seorang anggtotanya yang terlibat konflik tanpa perlu tahu sebab-sebab yang menimbulkan konflik tadi 53 . Konflik dibagi lagi menjadi beberapa jenis, yaitu konflik domestik yang isu utamanya adalah suatu kondisi dimana terdapat masalah-masalah antara pemegang kekuasaan dengan penantangnya oposisi atau dengan pemberontak belligerence di negaranya, yang dapat diselesaikan dengan cara damai. Selanjutnya konflik regional, yang isu utamanya menekankan pada proses negosiasi dan hubungan antara negara tetangga yang berada dalam satu kawasan, misalnya konflik antara Israel dan Palestina yang berada di kawasan Timur Tengah.. Serta konflik internasional yang permasalahannya sama dengan konflik regional akan tetapi cakupannya lebih luas lagi yakni melibatkan negara-negara yang ada di dunia, contohnya adalah Perang Dunia I dan II. Berdasarkan definisi diatas, konflik meliputi lima tahapan yaitu 54 : 1. Situasi stabil damai yang didefinisikan sebagai stailitas politik tingkat tinggi dan legitimasi rezim yang terarah; 53 Maswadi Rauf, Op.cit., hlm. 6. 54 Hugh Miall, Oliver Rambsbotham, Tom Woodhouse, Contemporary Conflict Resolution Cambridge: Polity Press, 1999, hlm. 23. Universitas Sumatera Utara 2. Situasi ketegangan politik yang didefinisikan sebagai meningkatnya tahapan ketegangan sistenik dan semakinn terbelahnya faksi-faksi social dan politik; 3. Tahap konflik politik dengan kekerasan yang mengarah pada krisis politik seiring merosotnya legitimasi politik dan semakin diterimanya politik faksional dengan kekerasan; 4. Konflik intensitas rendah, yaitu perseteruan terbuka dan konflik bersenjata, antara faksi, tekanan-tekanan rezim serta pemberontakan- pemberontakan yang terjadi internal; 5. High-intensity conflict, yaitu perang terbuka antar kelompok danatau pengahancuran massal, serta pengungsian penduduk sipil yang berjumlah lebiih dari 1000 orang terbunuh. Dalam pergaulan internasional antar negara, konflik dengan kekerasan merupakan isu atau topik menarik yang terus berkembang sebagai bentuk-bentuk interaksi antar “aktor” internasional. Perang merupakan tingkat tertinggi dari konflik antar dua pihak atau lebih. Tipe interaksi ini telah berlangsung sejak lama,, yaitu sejak munculnya peradaban manusia hingga sekarang. Interaksi dalam sistem internasional menunjukkan bahwa beberapa negara memiliki kecenderungan yang lebih besar dibandingkan dengan negara lain. Dan perang sebagai bentuk dari konflik yang merupakan salah satu wujud dari tindakan negara yang berdaulat telah pula digunakan negara-negara untuk memaksakan hak-hak dan pemahaman mereka mengenai aturan hukum internasional. Universitas Sumatera Utara Konflik dapat menjadi alat yang efektif dalam percaturan internasional, dapat menjadi alat untuk mencapai suatu tujuan tertentu dari suatu negara, mendapatkan atau mempertahankan kekuatan power, memelihara kohesifitas internal dan memperluas hubungan suatu negara ke luar. Di antara konflik internasional yang dapat diukur, persoalan wilayah menjadi sangat penting, karena hal tersebut merupakan sifat alamiah teritorial sebuah negara. Konflik atas kontrol wilayah dapat dibedakan dalam dua variasi, yaitu perselisihan teritorial mengenai garis perbatasan negara baik darat maupun laut dan konflik atas kontrol keseluruhan wilayah termasuk perbatasan. Mempertimbangkan perbedaan utama mengenai penarikan garis batas wilayah antara kedua negara tersebut, maka negara harus mengontrol wilayah yang diperselisihkan. Karena nilai wilayah negara hampir sama dengan kesetiaan dan kefanatikan, perselisihan batas negara cenderung menjadi persoalan yang keras dalam hubungan internasional. Negara tidak akan menukar wilayahnya untuk mendapatkan uang atau imbalan apapun yang positif. Negara pun tidak akan cepat melupakan wilayah yang hilang secara paksa, seperti tatkala mengalahkan Perancis pada tahun 1871, Jerman mengambil provinsi Perancis, yaitu Alsace dan Lorreine. Perancis merasa tidak senang atas kehilangan tersebut dan rasa nasionalisme rakyat Perancis membuat sulit pendudukan Jerman atas wilayah tersebut. Pada akhirnya dikembalikan setelah Jerman kalah dalam Perang Dunia ke I. Hasil dari pengembalian wilayah yang hilang dinamakan “irredentism”. Hal ini adalah bentuk dari nasionalisme yang mengarah secara langsung kepada konflik yang serius antar negara bagian. Karena hubungannya dengan integritas negara, Universitas Sumatera Utara wilayah menjadi jauh lebih berharga daripada nilai ekonomi atau strategi yang mereka ambil secara bersamaan, misalnya setelah Israel dan Mesir berdamai pada tahun 1978, mereka menyelesaikan perselisihan yang telah berlangsung selama beberapa dekade mengenai Taba, alur pantai di mana developer Israel telah membangun hotel melebihi garis perbatasan lama. Kedua negara akhirnya menyerahkan isu tersebut kepada hukum arbitrasi, dan akhirnya daerah tersebut ditetapkan menjadi milik Mesir. Begitu juga konflik yang terjadi antara Israel dengan Palestina yang sudah berlangsung sejak lama dalam memperebutkan wilayah Tepi Barat atau Jalur Gaza. Bagi Israel, Tepi Barat adalah wilayah Judea dan Samari “yang dijanjikan” oleh kitab suci sebagai daerah orang Israel. Padahal tanah tersebut telah lama ditempati oleh bangsa Arab Palestina 55 . Dalam studi hukum internasional dikenal dengan istilah konflik bersenjata armed conflict. Suatu konflik bersenjata internasional berarti pertempuran antara angkatan bersenjata dari paling tidak dua negara harus diakui bahwa perang kemerdekaan nasional telah diklasifikasikan sebagai konflik bersenjata internasional. sedangkan suatu konflik bersenjata non-internasional adalah pertempuran di wilayah sebuah negara antara angkatan bersenjata reguler dengan kelompok bersenjata yang teridentifikasi, atau antara kelompok-kelompok bersenjata itu sendiri yang saling bertikai. Untuk bisa dianggap sebagai suatu 55 M. Riza Sihbudi dkk, Konflik dan Diplomasi di Timur Tengah, Bandung: PT Eresco, 1993, hlm. 50. Universitas Sumatera Utara konflik bersenjata non-internaisonal, pertempuran harus mencapai tingkat intensitas tertentu dan melampaui suatu periode waktu tertentu 56 . Dewasa ini, berbagai belahan dunia mengalami situasi kompleks berupa gangguan keamanan dan ketegangan dalam negeri, serangan bom, kerusuhan, ketidakamanan dan instabilitas, yang kemudian berlanjut pada kekerasan dan konflik bersenjata. Dalam pergaulan antar bangsa dewasa ini, sering terjadi kasus akibat dari munculnya persengketaan yang terjadi antara satu negara dengan negara lain. Persengketaan ini berubah menjadi konflik yang kemudian berpotensial untuk terjadinya agresi atau perang. Awalnya adalah persengketaan antara negara dan persengketaan itu tidak dapat diselesaikan oleh kedua negara yang bersengketa tadi. Akibat dari tidak selesainya sengketa tersebut dapat memicu terjadinya konflik yang pada akhirnya juga menyebabkan terjadinya agresi atau perang. Agresi sebagai akibat dari adanya persengketaan, merupakan tindak lanjut dari sebuah persengketaan yang dilaksanakan dalam bentuk konflik bersenjata atau perang. Yang menjadi perhatian adalah konflik tersebut direalisasikan dengan jalan perang, dimana akibat dari suatu perang akan tertuju pada hak-hak penduduk sipil yang sangat dilindungi oleh hukum internasional. Geneva Conventions 1949 menyebutkan “In addition to the provisions which shall be implemented in peace time, the present convention shall aplly to all cases of declared war or of any armed conflict” 57 . PBB juga menyebutkan 56 Hukum Humaniter Internasional dalam Jurnal ICRC Versi Bahasa Indonesia, Jakarta, 2004, hlm 4. 57 Artikel 2 Konvensi Jenewa 1949. Universitas Sumatera Utara “Affirms the following basic principles for the protection of civilian populations in armed conflict without prejudice to their future elaboration with in the framework of progressive development of the international law of armed conflict” 58 . Dengan adanya ketentuan-ketentuan seperti ini, maka suatu negara yang melakukan tindakan kekerasan terhadap negara lain tetap terlibat dalam suatu konflik bersenjata sekalipun negara tersebut mengatakan bahwa ia melakukan suatu aksi polisional kebijakan negaranya ataupun sedang melakukan pembelaan diri self defense, tetap harus tunduk pada ketentuan hukum internasional mengenai konflik bersenjata baik yang bersifat internasional maupun non-internasional. Terjadinya konflik antar negara kadang-kadang diselesaikan dengan kekerasan use of force, misalnya negara yang lebih kuat secara militer, ekonomi dan politik menyerang atau mengagresi negara lawannya yang lebih lemah. Jika negara yang diserang atau diagresi tersebut mengadakan pembalasan dengan menggunakan kekerasan bersenjata, maka terjadilah konflik bersenjata internasional international armed conflict. Edward Kossoy mengatakan “The terms of armed conflict tends to replace at least in all relevant legal formulation, the older notion of war. On purely lagal consideration the replacement for way by ‘armed conflict’ seems more justified and logical” 59 . Maksudnya adalah dalam semua rumusan hukum yang relevan, istilah konflik bersenjata cenderung menggantikan pengertian klasik daripada perang. Pertimbangan hukum dalam penggunaan istilah konflik bersenjata ini adalah semata-mata terkesan lebih adil 58 Resolusi Majelis Umum PBB Nomor 2675 Tahun 1970. 59 Edward Kossoy, 1976, hlm. 34, sebagaimana dikutip dari KGPH. Haryomataram, S.H, Pengantar Hukum Internasional Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005, hlm. 14. Universitas Sumatera Utara dan berkeprimanusiaan, jika dibandingkan dengan perang. Istilah armed conflict mengalami perkembangan dalam konsepsi-konsepsi hukum internasional menggantikan penggunaan istilah war. Ini berarti ada sejarah konflik bersenjata yang awalnya adalah perang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pengertian perang adalah permusuhan antara dua negara bangsa, agama, suku dan sebagainya atau pertempuran besar bersenjata antara dua pasukan atau lebih, dimana perang merupakan cara mengungkapkan permusuhan 60 . Istilah perang tidak disukai lagi dalam dunia internasional, disebabkan oleh trauma terhadap Perang Dunia II yang menelan banyak korban jiwa. Perang telah lama diterima sebagai cara yang sah untuk mengatasi berbagai persoalan, ketika cara-cara lain tidak menemui jalan keluar. Konflik memiliki dokumentasi sejarah panjang yang berusia sama dengan manusia, tetapi perang telah mengalami evolusi dari konfrontasi militer “klasik’ di masa lampau antara dua negara atau lebih, hingga konflik dalam negeri berintensitas rendah di masa kini, yang ditandai dengan aksi kekerasan sporadic dan terorisme. Catatan sejarah juga menunjukkan bahwa sebagian besar korban perang adalah kombatan angkatan perang, sedangkan pada era sekarang ini lebih dari 90 korban konflik bersenjata adalah masyarakat sipil. Perang telah mengubah bentuk dan dimensi serta menimbulkan penderitaan yang sangat besar pada para korban. Perang merupakan suatu tingkatan tertinggi dari konflik yang terjadi antarmanusia. 60 Depdiknas, Op. cit., hlm. 854. Universitas Sumatera Utara Dalam studi hubungan internasional, perang secara tradisional adalah penggunaan kekerasan yang terorganisir oleh unit-unit politik dalam sistem internasional. Berkaitan dengan penggunaan unit-unit politik dalam melakukan perang, maka perang dianggap sebagaii politik luar negeri suatu negara, yakni politik untuk mencapai tujuan nasional dengan menggunakan segala kekusaan dan kemampuan yang ada 61 . Setiap bangsa yang berdaulat mempunyai aspirasi sendiri dalam menncapai tujuan negaranya. Dalam hal ini, yang hendak diperjuangkan oleh negara di lingkungan eksternalnya adalah kepentingan nasional sehingga sehingga menjadi prinsip yang fundamental dalam kerangka politik luar negeri antara negara sebagai pelaku hukum internasional. Menurut Donal E. Nuechterlein, ada empat kepentingan dasar yang hendak dicapai oleh suatu negara yang berdaulat, yaitu 62 : 1. Kepentingan pertahanan, yaitu kepentingan untuk melindungi semua warga negaranya dari ancaman kekerasan fisik yang dilakukan oleh negara lain, dan melindungi system politik nasional dari ancaman luar; 2. Kepentingan ekonomi, yaitu meningkatkan kemakmuran perekonomian negara melalui hubungan-hubungan dengan negara lain; 3. Kepentingan tata dunia internasional, yaitu memelihara sistem politik dan ekonomi internasional, sehingga negara dapat merasa aman dan perdagangan dapat berjalan dengan tenang dan damai di luar batas negara mereka; 61 Sufri Yusuf, Hubungan Internasional dan Politik Luar Negeri Jakarta: Sinar Sinar Harapan, 1989, hlm. 110. 62 Donald E. Nuechterlein, The Concept of national Interest, a Time for New Approaches, ORBIS: A Journal of World Affaiirs, Number 1, Spring 1979, hlm. 76. Universitas Sumatera Utara 4. Kepentingan ideologi, yaitu melindungi nilai-nilai dimana warga negara dari suatu negara dapat mengambil bagian danpercaya untuk menjadi kesatuan universal. Politik luar negeri suatu negara sebagai bentuk dari kedaulatan negaranya berfungsi untuk mencapai kepentingan nasional negaranya tadi secara maksimal, dalam upaya pencapaiannya tersebut sering berbenturan dengan kepentingan nasional negara lain dengan menggunakan berbagai instrumen. Dan salah satu dari instrumen politik luar negeri dalam mencapai kepentingan nasioanal suatu negara tadi yaitu dengan penggunaan kekerasan atau kekuatan militer use of force yang berakibat terjadinya konflik internasional. Contohnya adalah Negara Amerika yang melalui Menteri Luar Negerinya pada tahun 1919, Robert Lansing yang menyatakan bahwa to declare war is one of the highest acts of sovereignty 63 . Dalam arti yang luas, perang menyangkut konsep-konsep seperti krisis, ancaman, penggunaan kekerasan, aksi gerilya, penaklukan, pendudukan, bahkan teror. Dengan demikian konsepsi perang meliputi semua konflik dengan kekerasan atau yang mengandung potensi kekerasan, yang terentang antara situasi konflik domestic yang mengarah pada penggunaan kekuatan militer intra-state conflict hingga skala perang antar negara inter-state conflict 64 . 63 Huala adolf, Op. Cit., sebagaimana dikutip dalam Settle-Camara, Methods of Obligatory Settlement of Disputes, In Bedjaou ed, International Law: Achievements and Prospects, The Netherlands: Martinus Nijhoff Publishers, 1997, hlm. 520. 64 Ambarwati dkk, Hukum Humaniter Internasional dalam Studi Hubungan Internasional Jakarta: Rajawali Pers, 2009, hlm. 3. Universitas Sumatera Utara Permusuhan yang berlangsung di Korea tahun 1950-1953 yang berakhir dengan Perjanjian Gencatan Senjata Armistice Agreement pada tanggal 27 Juli 1953, serta konflik disekitar zona Terusan Suez yang melibatkan Israel, Mesir, Prancis dan Inggris tahun 1956 yang pada akhirnya memperkuat perkembangan perkembangan praktek negara-negara sampai ke tingkat tertentu telah mengubah secara revolusioner dasar kaidah hukum internasional. Karena konflik-konflik diatas merupakan konflik bersenjata non-internasional. Kaidah hukum internasional yang mengalami perubahan atau perbaikan adalah dilakukan dengan adanya pembedaan antara konflik bersenjata internasional dengan non- internasional. Untuk itu, dalam mendefinisikan suatu konflik internasional dapat mengacu pada instrumen hukum internasional mengenai konflik bersenjata. Konflik bersenjata atau pelanggaran perdamaian yang bukan berkarakter perang, yang tidak perlu terbatas pada permusuhan-permusuhan yang hanya melibatkan negara-negara saja, melainkan juga dapat mencakup suatu perjuangan yang mengikut sertakan badan-badan non-negara. Konflik mempunyai sejarah yang sama dengan sejarah manusia yang terdokumentasi, akan tetapi perang telah berevolusi dari konfrontasi militer klasik di masa lampau antara dua negara atau lebih, hingga konflik dalam negeri berintensitas rendah di masa kini, yang ditandai dengan akasi kekerasan dan sporadis serta terorisme. Istilah sengketa bersenjata internasional, sengketa bersenjata antar Negara, atau konflik antar negara merupakan suatu sengketa bersenjata yang terjadi antar dua atau lebih Negara yang lebih populer disebut dengan “perang” war. Perang adalah penyelesaian sengketa internasional dengan menggunakan kekerasan Universitas Sumatera Utara senjata dengan tujuan untuk mengalahkan pihak lawan sehingga pihak lawan tidak ada alternatif lain kecuali memenuhi syarat-syarat penyelesaian yang diajukan oleh pihak pemenang. Dengan berakhirnya perang, berarti sengketa antara pihak- pihak yang bersangkutan telah selesai.

2. Pengertian Sengketa Internasional