BAB III KONSEP KONFLIK INTERNASIONAL
A. Pengertian dan Perbedaan Konflik dengan Sengketa Internasional
1. Pengertian Konflik Internasional
Konflik adalah gejala-gejala sosial yang selalu ada didalam setiap masyarakat. Konflik merupakan suatu gejala universal yang mempunyai dampak
yang amat besar bagi masyarakat. Konflik sebagai salah satu produk hubungan sosial social relations dapat diartikan sebagai perbedaan pendapat paling tidak
antar dua pihak atau lebih, contohnya seperti percekcokan, debat, polemic dan sebagainya. Ini disebut dengan konflik lisan atau non fisik. Bila konflik tersebut
tidak dapat diselesaikan oleh pihak yang bersangkutan maka konflik lisan ini dapat meningkat menjadi konflik fisik, yang pada klimaksnya para pihak
menggunakan senjata dalam mempertahankan pendapatnya atau mengalahkan pihak lain yang sudah berubah menjadi musuh. Akan tetapi banyak juga ahli yang
beranggapan bahwa konflik hanya mencakup konflik fisik sehingga konflik lisan seperti yang dijelaskan diatas tidak dapat disebut konflik.
49
Konflik berasal dari kata kerja Latin configure, yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara
dua orang atau lebih bisa juga kelompok dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak
49
Maswadi Rauf, Konsensus dan Konflik Politik, Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional, 2001, hlm 2.
Universitas Sumatera Utara
berdaya. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, konflik adalah percekcokan, perselisihan dan juga pertentangan. Konflik terdiri dari tiga jenis yaitu konflik
batin konflik yang disebabkan adanya dua gagasan atau lebih atau keinginan yang saling bertentangan untuk menguasai diri sehingga mempengaruhi tingkah
laku, konflik kebudayaan yaitu persaingan antara dua masyarakat sosial yang mempunyai kebudayaan yang hampir sama dan konflik sosial yang merupakan
pertetnatngan antar anggota masyarakat yang bersifat menyeluruh di kehidupan
50
.
Ada juga beberapa definisi konflik, yaitu
51
:
1. Suatu kondisi dimana kepentingan, tujuan, kebutuhan dan nilai-nilai kelompok
manusia yang bersaing, bertabrakan dan akibatnya terjadilah agresi, walaupun belum tentu berbentuk kekerasan schelling;
2. Situasi yang terjadi ketika ada perbedaan pendapat atau perbedaan cara
pandang diantara beberapa orang, kelompok atau organisasi, dapat juga dikatakan sebagai konflik lisan atau non-fisik;
3. Sikap saling mempertahankan diri sekurang-kurangnya diantara dua kelompok
yaitu memiliki tujuan dan pandangan berbeda dalam upaya mencapai tujuan sehingga mereka berada dalam posisi oposisi, bukan kerjasama.
Konflik dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, yaitu perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi yang diantaranya adalah menyangkut
50
Depdiknas, KBBI Edisi ke-3, Jakarta: Balai Pustaka, 2007, hlm. 587.
51
http:www.wikipedia.com, mengenai Makna konflik-Pengarang:Esta0905, tanggal 15 September 2009.
Universitas Sumatera Utara
ciri fisik, pendirian dan perasaan, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat,
keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam
interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar
anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Faktor selanjutnya adalah
perbedaan latar belakang kebudayaan sehingga membentuk pribadi-pribadi yang
berbeda, perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok serta perubahan-
perubahan nilai yang cepat dan mendadak dalam masyarakat.
Faktor selanjutnya yang menjadi penyebab timbulnya konflik adalah keinginan manusia untuk menguasai sumber-sumber dan posisi yang langka
resource and position scarcity. Kebutuhan manusia yang amat banyak dan tidak akan pernah terpenuhi semuanya sebagai akibat dari karakteristik dasar manusia
yang tidak pernah merasa puas. Hal ini menyebabkan adanya kelangkaan, akibatnya anggota-anggota masyarakat satu sama lain melakukan kegiatan dalam
rangka memperebutkan barang-barang pemenuh kebutuhan terbatas tersebut dan terjadilah konflik. Kecenderungan manusia atau kelompok masyarakat untuk
menguasai orang lain dapat juga merupakan penyebab terjadinya konflik. Mansuia selalu menginginkan orag lain untuk menganut apa yang dianutnya karena ia
berpendapat bahwa apa yang dianutnya adalah yang terbaik bagi semua orang, disampping alasan untuk mendominasi. Ini merupakan salah satu sumber konflik
yang terpenting.
Universitas Sumatera Utara
Sebagai suatu bentuk hubungan sosial, konflik mempunyai beberapa persyaratan yang harus dipenuhi untuk dapat dikatakan sebagai konflik. Ted
Robert Gurr menyebut ada paling tidak empat ciri konflik, yaitu
52
:
1. Adanya dua atau lebih kelompok manusia yang terlibat. Ini merupakan syarat
dasar bagi terjadinya suatu konflik sebagai salah satu hasil hubungan sosial antar masyarakat, yakni melibatkan orang atau pihak lain, yang berjumlah
minimal satu sehingga ada pihak lain yang menjadi saingan atau musuh. 2.
Adanya keterlibatan dalam tindakan yang bermusuhan. Ini berarti bahwa pihak-pihak yang terlibat konflik secara terang-terangan menunjukkan sikap
yang berlawanan dengan yang lain sehingga menimbulkan reaksi penentangan dan permusuhan dari pihak lain. Sikap yang dimaksud disini berarti bahwa
keharusan adanya interaksi antara pihak-pihak yang terlibat konflik, yang mana konflik merupakan produk dari hubungan sosial. Dua pihak yang
berbeda pendapat tidak bisa terlibat dalam konflik bila tidak ada interaksi sehingga tidak ada kesadaran bahwa ada pertentangan dan permusuhan antara
keduanya. Tindakan bermusuhan muncul karena adanya pendapat yang dipertentangkan dan tindakan-tindakan yang diambil sebagai akibat dari
permusuhan tersbeut dianggap oleh semua pihak sebagai penolakan atau penyingkiran terhadap pendapatnya, yang dapat berbentuk usaha-usaha
penyingkiran seperti pembunuhan satu pihak oleh pihak lain yang menjadi lawan atau musuhnya.
52
Ted Robert Gurr, Introduction Handbook of Political Conflict. Theory and Research New York: NY The Free Press, 1980, hlm 1-6.
Universitas Sumatera Utara
3. Penggunaan tindakan-tindakan kekerasan yang bertujuan untuk
menghancurkan, melukai dan menghalang-halangi lawannya. Syarat ini lebih mengacu bahwa konflik haruslah bersifat konflik fisik. Dalam konflik lisan
tidak mungkin terjadinya tindakan koersif karena konflik seperti itu hanya terbatas pada kata-kata saja.
4. Adanya interaksi yang bertentangan yang bersifat terbuka sehingga bisa
dideteksi dengan mudah oleh para pengamat yang independen. Syarat keempat ini menunjukkan bahwa konflik adalah sebuah tingkah laku yang nyata dan
dapat diamati. Konflik haruslah berwujud tindakan behavior yang berbentuk tindakan-tindakan konkret. Oleh karena itu pertentangan yang ada dalam
pikiran tidak dapat disebut sebagai konflik. Suatu konflik dapat dipelajari kapan terbentuknya dengan juga mempelajari alasan-alasan terjadinya konflik
tersebut, perkembangannya, dan akhir dari konflik tersebut apakah ada penyelesaian konflik dan bagaimana penyelesaian konflik itu berlangsung atau
apakah konflik tersebut menghasilkan dampak yang terburuk bagi masyarakat.
Dilihat dari pihak-pihak yang terlibat dalam konflik, konflik dapat dibagi menjadi dua. Pertama adalah konflik individual, yakni konflik yang terjadi antara
dua orang yang tidak melibatkan kelompok masing-masing. Yang menjadi penyebabnya adalah masalah pribadi sehingga yang teribat adalah orang-orang
yang bersangkutan saja. Contohnya adalah perkelahian antara dua orang oleh karena ketersinggungan salah satu pihak. Kedua adalah konflik kelompok yakni
konflik yang terjadi antar dua kelompok atau lebih. Konflik ini dapat terjadi dari
Universitas Sumatera Utara
konflik individual, karena adanya kecenderungan yang besar dari individu- individu yang berkonflik untuk melibatkan kelompoknya masing-masing.
Disamping itu, anggota-anggota kelompok mempunyai solidaritas yang tinggi sehingga anggota kelompok tadi membantu seorang anggtotanya yang terlibat
konflik tanpa perlu tahu sebab-sebab yang menimbulkan konflik tadi
53
.
Konflik dibagi lagi menjadi beberapa jenis, yaitu konflik domestik yang isu utamanya adalah suatu kondisi dimana terdapat masalah-masalah antara
pemegang kekuasaan dengan penantangnya oposisi atau dengan pemberontak belligerence di negaranya, yang dapat diselesaikan dengan cara damai.
Selanjutnya konflik regional, yang isu utamanya menekankan pada proses negosiasi dan hubungan antara negara tetangga yang berada dalam satu kawasan,
misalnya konflik antara Israel dan Palestina yang berada di kawasan Timur Tengah.. Serta konflik internasional yang permasalahannya sama dengan konflik
regional akan tetapi cakupannya lebih luas lagi yakni melibatkan negara-negara yang ada di dunia, contohnya adalah Perang Dunia I dan II.
Berdasarkan definisi diatas, konflik meliputi lima tahapan yaitu
54
:
1. Situasi stabil damai yang didefinisikan sebagai stailitas politik tingkat
tinggi dan legitimasi rezim yang terarah;
53
Maswadi Rauf, Op.cit., hlm. 6.
54
Hugh Miall, Oliver Rambsbotham, Tom Woodhouse, Contemporary Conflict Resolution Cambridge: Polity Press, 1999, hlm. 23.
Universitas Sumatera Utara
2. Situasi ketegangan politik yang didefinisikan sebagai meningkatnya
tahapan ketegangan sistenik dan semakinn terbelahnya faksi-faksi social dan politik;
3. Tahap konflik politik dengan kekerasan yang mengarah pada krisis politik
seiring merosotnya legitimasi politik dan semakin diterimanya politik faksional dengan kekerasan;
4. Konflik intensitas rendah, yaitu perseteruan terbuka dan konflik
bersenjata, antara faksi, tekanan-tekanan rezim serta pemberontakan- pemberontakan yang terjadi internal;
5. High-intensity conflict, yaitu perang terbuka antar kelompok danatau
pengahancuran massal, serta pengungsian penduduk sipil yang berjumlah lebiih dari 1000 orang terbunuh.
Dalam pergaulan internasional antar negara, konflik dengan kekerasan merupakan isu atau topik menarik yang terus berkembang sebagai bentuk-bentuk
interaksi antar “aktor” internasional. Perang merupakan tingkat tertinggi dari konflik antar dua pihak atau lebih. Tipe interaksi ini telah berlangsung sejak
lama,, yaitu sejak munculnya peradaban manusia hingga sekarang. Interaksi dalam sistem internasional menunjukkan bahwa beberapa negara memiliki
kecenderungan yang lebih besar dibandingkan dengan negara lain. Dan perang sebagai bentuk dari konflik yang merupakan salah satu wujud dari tindakan
negara yang berdaulat telah pula digunakan negara-negara untuk memaksakan hak-hak dan pemahaman mereka mengenai aturan hukum internasional.
Universitas Sumatera Utara
Konflik dapat menjadi alat yang efektif dalam percaturan internasional, dapat menjadi alat untuk mencapai suatu tujuan tertentu dari suatu negara,
mendapatkan atau mempertahankan kekuatan power, memelihara kohesifitas internal dan memperluas hubungan suatu negara ke luar. Di antara konflik
internasional yang dapat diukur, persoalan wilayah menjadi sangat penting, karena hal tersebut merupakan sifat alamiah teritorial sebuah negara. Konflik atas kontrol
wilayah dapat dibedakan dalam dua variasi, yaitu perselisihan teritorial mengenai garis perbatasan negara baik darat maupun laut dan konflik atas kontrol
keseluruhan wilayah termasuk perbatasan. Mempertimbangkan perbedaan utama mengenai penarikan garis batas wilayah antara kedua negara tersebut, maka
negara harus mengontrol wilayah yang diperselisihkan. Karena nilai wilayah negara hampir sama dengan kesetiaan dan kefanatikan, perselisihan batas negara
cenderung menjadi persoalan yang keras dalam hubungan internasional.
Negara tidak akan menukar wilayahnya untuk mendapatkan uang atau imbalan apapun yang positif. Negara pun tidak akan cepat melupakan wilayah
yang hilang secara paksa, seperti tatkala mengalahkan Perancis pada tahun 1871, Jerman mengambil provinsi Perancis, yaitu Alsace dan Lorreine. Perancis merasa
tidak senang atas kehilangan tersebut dan rasa nasionalisme rakyat Perancis membuat sulit pendudukan Jerman atas wilayah tersebut. Pada akhirnya
dikembalikan setelah Jerman kalah dalam Perang Dunia ke I. Hasil dari pengembalian wilayah yang hilang dinamakan “irredentism”. Hal ini adalah
bentuk dari nasionalisme yang mengarah secara langsung kepada konflik yang serius antar negara bagian. Karena hubungannya dengan integritas negara,
Universitas Sumatera Utara
wilayah menjadi jauh lebih berharga daripada nilai ekonomi atau strategi yang mereka ambil secara bersamaan, misalnya setelah Israel dan Mesir berdamai pada
tahun 1978, mereka menyelesaikan perselisihan yang telah berlangsung selama beberapa dekade mengenai Taba, alur pantai di mana developer Israel telah
membangun hotel melebihi garis perbatasan lama.
Kedua negara akhirnya menyerahkan isu tersebut kepada hukum arbitrasi, dan akhirnya daerah tersebut ditetapkan menjadi milik Mesir. Begitu juga konflik
yang terjadi antara Israel dengan Palestina yang sudah berlangsung sejak lama dalam memperebutkan wilayah Tepi Barat atau Jalur Gaza. Bagi Israel, Tepi Barat
adalah wilayah Judea dan Samari “yang dijanjikan” oleh kitab suci sebagai daerah orang Israel. Padahal tanah tersebut telah lama ditempati oleh bangsa Arab
Palestina
55
.
Dalam studi hukum internasional dikenal dengan istilah konflik bersenjata armed conflict. Suatu konflik bersenjata internasional berarti pertempuran antara
angkatan bersenjata dari paling tidak dua negara harus diakui bahwa perang kemerdekaan nasional telah diklasifikasikan sebagai konflik bersenjata
internasional. sedangkan suatu konflik bersenjata non-internasional adalah pertempuran di wilayah sebuah negara antara angkatan bersenjata reguler dengan
kelompok bersenjata yang teridentifikasi, atau antara kelompok-kelompok bersenjata itu sendiri yang saling bertikai. Untuk bisa dianggap sebagai suatu
55
M. Riza Sihbudi dkk, Konflik dan Diplomasi di Timur Tengah, Bandung: PT Eresco, 1993, hlm. 50.
Universitas Sumatera Utara
konflik bersenjata non-internaisonal, pertempuran harus mencapai tingkat intensitas tertentu dan melampaui suatu periode waktu tertentu
56
.
Dewasa ini, berbagai belahan dunia mengalami situasi kompleks berupa gangguan keamanan dan ketegangan dalam negeri, serangan bom, kerusuhan,
ketidakamanan dan instabilitas, yang kemudian berlanjut pada kekerasan dan konflik bersenjata. Dalam pergaulan antar bangsa dewasa ini, sering terjadi kasus
akibat dari munculnya persengketaan yang terjadi antara satu negara dengan negara lain. Persengketaan ini berubah menjadi konflik yang kemudian
berpotensial untuk terjadinya agresi atau perang. Awalnya adalah persengketaan antara negara dan persengketaan itu tidak dapat diselesaikan oleh kedua negara
yang bersengketa tadi. Akibat dari tidak selesainya sengketa tersebut dapat memicu terjadinya konflik yang pada akhirnya juga menyebabkan terjadinya
agresi atau perang. Agresi sebagai akibat dari adanya persengketaan, merupakan tindak lanjut dari sebuah persengketaan yang dilaksanakan dalam bentuk konflik
bersenjata atau perang. Yang menjadi perhatian adalah konflik tersebut direalisasikan dengan jalan perang, dimana akibat dari suatu perang akan tertuju
pada hak-hak penduduk sipil yang sangat dilindungi oleh hukum internasional. Geneva Conventions 1949 menyebutkan “In addition to the provisions
which shall be implemented in peace time, the present convention shall aplly to all cases of declared war or of any armed conflict”
57
. PBB juga menyebutkan
56
Hukum Humaniter Internasional dalam Jurnal ICRC Versi Bahasa Indonesia, Jakarta, 2004, hlm 4.
57
Artikel 2 Konvensi Jenewa 1949.
Universitas Sumatera Utara
“Affirms the following basic principles for the protection of civilian populations in armed conflict without prejudice to their future elaboration with in the framework
of progressive development of the international law of armed conflict”
58
. Dengan adanya ketentuan-ketentuan seperti ini, maka suatu negara yang melakukan
tindakan kekerasan terhadap negara lain tetap terlibat dalam suatu konflik bersenjata sekalipun negara tersebut mengatakan bahwa ia melakukan suatu aksi
polisional kebijakan negaranya ataupun sedang melakukan pembelaan diri self defense, tetap harus tunduk pada ketentuan hukum internasional mengenai
konflik bersenjata baik yang bersifat internasional maupun non-internasional. Terjadinya konflik antar negara kadang-kadang diselesaikan dengan
kekerasan use of force, misalnya negara yang lebih kuat secara militer, ekonomi dan politik menyerang atau mengagresi negara lawannya yang lebih lemah. Jika
negara yang diserang atau diagresi tersebut mengadakan pembalasan dengan menggunakan kekerasan bersenjata, maka terjadilah konflik bersenjata
internasional international armed conflict. Edward Kossoy mengatakan “The terms of armed conflict tends to replace at least in all relevant legal formulation,
the older notion of war. On purely lagal consideration the replacement for way by ‘armed conflict’ seems more justified and logical”
59
. Maksudnya adalah dalam semua rumusan hukum yang relevan, istilah konflik bersenjata cenderung
menggantikan pengertian klasik daripada perang. Pertimbangan hukum dalam penggunaan istilah konflik bersenjata ini adalah semata-mata terkesan lebih adil
58
Resolusi Majelis Umum PBB Nomor 2675 Tahun 1970.
59
Edward Kossoy, 1976, hlm. 34, sebagaimana dikutip dari KGPH. Haryomataram, S.H, Pengantar Hukum Internasional Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005, hlm. 14.
Universitas Sumatera Utara
dan berkeprimanusiaan, jika dibandingkan dengan perang. Istilah armed conflict mengalami perkembangan dalam konsepsi-konsepsi hukum internasional
menggantikan penggunaan istilah war. Ini berarti ada sejarah konflik bersenjata yang awalnya adalah perang.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa pengertian perang adalah permusuhan antara dua negara bangsa, agama, suku dan
sebagainya atau pertempuran besar bersenjata antara dua pasukan atau lebih, dimana perang merupakan cara mengungkapkan permusuhan
60
. Istilah perang tidak disukai lagi dalam dunia internasional, disebabkan oleh trauma terhadap
Perang Dunia II yang menelan banyak korban jiwa. Perang telah lama diterima sebagai cara yang sah untuk mengatasi berbagai persoalan, ketika cara-cara lain
tidak menemui jalan keluar. Konflik memiliki dokumentasi sejarah panjang yang berusia sama dengan manusia, tetapi perang telah mengalami evolusi dari
konfrontasi militer “klasik’ di masa lampau antara dua negara atau lebih, hingga konflik dalam negeri berintensitas rendah di masa kini, yang ditandai dengan aksi
kekerasan sporadic dan terorisme. Catatan sejarah juga menunjukkan bahwa sebagian besar korban perang adalah kombatan angkatan perang, sedangkan
pada era sekarang ini lebih dari 90 korban konflik bersenjata adalah masyarakat sipil. Perang telah mengubah bentuk dan dimensi serta menimbulkan penderitaan
yang sangat besar pada para korban. Perang merupakan suatu tingkatan tertinggi dari konflik yang terjadi antarmanusia.
60
Depdiknas, Op. cit., hlm. 854.
Universitas Sumatera Utara
Dalam studi hubungan internasional, perang secara tradisional adalah penggunaan kekerasan yang terorganisir oleh unit-unit politik dalam sistem
internasional. Berkaitan dengan penggunaan unit-unit politik dalam melakukan perang, maka perang dianggap sebagaii politik luar negeri suatu negara, yakni
politik untuk mencapai tujuan nasional dengan menggunakan segala kekusaan dan kemampuan yang ada
61
. Setiap bangsa yang berdaulat mempunyai aspirasi sendiri dalam menncapai tujuan negaranya. Dalam hal ini, yang hendak diperjuangkan
oleh negara di lingkungan eksternalnya adalah kepentingan nasional sehingga sehingga menjadi prinsip yang fundamental dalam kerangka politik luar negeri
antara negara sebagai pelaku hukum internasional. Menurut Donal E. Nuechterlein, ada empat kepentingan dasar yang hendak
dicapai oleh suatu negara yang berdaulat, yaitu
62
: 1.
Kepentingan pertahanan, yaitu kepentingan untuk melindungi semua warga negaranya dari ancaman kekerasan fisik yang dilakukan oleh negara lain, dan
melindungi system politik nasional dari ancaman luar; 2.
Kepentingan ekonomi, yaitu meningkatkan kemakmuran perekonomian negara melalui hubungan-hubungan dengan negara lain;
3. Kepentingan tata dunia internasional, yaitu memelihara sistem politik dan
ekonomi internasional, sehingga negara dapat merasa aman dan perdagangan dapat berjalan dengan tenang dan damai di luar batas negara mereka;
61
Sufri Yusuf, Hubungan Internasional dan Politik Luar Negeri Jakarta: Sinar Sinar Harapan, 1989, hlm. 110.
62
Donald E. Nuechterlein, The Concept of national Interest, a Time for New Approaches, ORBIS: A Journal of World Affaiirs, Number 1, Spring 1979, hlm. 76.
Universitas Sumatera Utara
4. Kepentingan ideologi, yaitu melindungi nilai-nilai dimana warga negara dari
suatu negara dapat mengambil bagian danpercaya untuk menjadi kesatuan universal.
Politik luar negeri suatu negara sebagai bentuk dari kedaulatan negaranya berfungsi untuk mencapai kepentingan nasional negaranya tadi secara maksimal,
dalam upaya pencapaiannya tersebut sering berbenturan dengan kepentingan nasional negara lain dengan menggunakan berbagai instrumen. Dan salah satu dari
instrumen politik luar negeri dalam mencapai kepentingan nasioanal suatu negara tadi yaitu dengan penggunaan kekerasan atau kekuatan militer use of force yang
berakibat terjadinya konflik internasional. Contohnya adalah Negara Amerika yang melalui Menteri Luar Negerinya pada tahun 1919, Robert Lansing yang
menyatakan bahwa to declare war is one of the highest acts of sovereignty
63
. Dalam arti yang luas, perang menyangkut konsep-konsep seperti krisis,
ancaman, penggunaan kekerasan, aksi gerilya, penaklukan, pendudukan, bahkan teror. Dengan demikian konsepsi perang meliputi semua konflik dengan
kekerasan atau yang mengandung potensi kekerasan, yang terentang antara situasi konflik domestic yang mengarah pada penggunaan kekuatan militer intra-state
conflict hingga skala perang antar negara inter-state conflict
64
.
63
Huala adolf, Op. Cit., sebagaimana dikutip dalam Settle-Camara, Methods of Obligatory Settlement of Disputes, In Bedjaou ed, International Law: Achievements and
Prospects, The Netherlands: Martinus Nijhoff Publishers, 1997, hlm. 520.
64
Ambarwati dkk, Hukum Humaniter Internasional dalam Studi Hubungan Internasional Jakarta: Rajawali Pers, 2009, hlm. 3.
Universitas Sumatera Utara
Permusuhan yang berlangsung di Korea tahun 1950-1953 yang berakhir dengan Perjanjian Gencatan Senjata Armistice Agreement pada tanggal 27 Juli
1953, serta konflik disekitar zona Terusan Suez yang melibatkan Israel, Mesir, Prancis dan Inggris tahun 1956 yang pada akhirnya memperkuat perkembangan
perkembangan praktek negara-negara sampai ke tingkat tertentu telah mengubah secara revolusioner dasar kaidah hukum internasional. Karena konflik-konflik
diatas merupakan konflik bersenjata non-internasional. Kaidah hukum internasional yang mengalami perubahan atau perbaikan adalah dilakukan dengan
adanya pembedaan antara konflik bersenjata internasional dengan non- internasional. Untuk itu, dalam mendefinisikan suatu konflik internasional dapat
mengacu pada instrumen hukum internasional mengenai konflik bersenjata. Konflik bersenjata atau pelanggaran perdamaian yang bukan berkarakter perang,
yang tidak perlu terbatas pada permusuhan-permusuhan yang hanya melibatkan negara-negara saja, melainkan juga dapat mencakup suatu perjuangan yang
mengikut sertakan badan-badan non-negara. Konflik mempunyai sejarah yang sama dengan sejarah manusia yang terdokumentasi, akan tetapi perang telah
berevolusi dari konfrontasi militer klasik di masa lampau antara dua negara atau lebih, hingga konflik dalam negeri berintensitas rendah di masa kini, yang
ditandai dengan akasi kekerasan dan sporadis serta terorisme.
Istilah sengketa bersenjata internasional, sengketa bersenjata antar Negara, atau konflik antar negara merupakan suatu sengketa bersenjata yang terjadi antar
dua atau lebih Negara yang lebih populer disebut dengan “perang” war. Perang adalah penyelesaian sengketa internasional dengan menggunakan kekerasan
Universitas Sumatera Utara
senjata dengan tujuan untuk mengalahkan pihak lawan sehingga pihak lawan tidak ada alternatif lain kecuali memenuhi syarat-syarat penyelesaian yang diajukan
oleh pihak pemenang. Dengan berakhirnya perang, berarti sengketa antara pihak- pihak yang bersangkutan telah selesai.
2. Pengertian Sengketa Internasional