Fungsi Mengatur regulerend Fungsi Stabilitas Fungsi Redistribusi Pendapatan Pajak Hotel

2.3.2 Fungsi Pajak

Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran pembangunan. Berdasarkan hal diatas maka pajak mempunyai beberapa fungsi, yaitu: a. Fungsi Anggaran Budgetair Sebagai sumber pendapatan negara, pajak berfungsi untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran negara. Untuk menjalankan tugas-tugas rutin negara dan melaksanakan pembangunan, negara membutuhkan biaya. Biaya ini dapat diperoleh dari penerimaan pajak. Dewasa ini pajak digunakan untuk pembiayaan rutin seperti belanja pegawai, belanja barang, pemeliharaan, dan lain sebagainya. Untuk pembiayaan pembangunan, uang dikeluarkan dari tabungan pemerintah, yakni penerimaan dalam negeri dikurangi pengeluaran rutin. Tabungan pemerintah ini dari tahun ke tahun harus ditingkatkan sesuai kebutuhan pembiayaan pembangunan yang semakin meningkat dan ini terutama diharapkan dari sektor pajak.

b. Fungsi Mengatur regulerend

Pemerintah bisa mengatur pertumbuhan ekonomi melalui kebijaksanaan pajak. Dengan fungsi mengatur, pajak bisa digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan. Contohnya dalam rangka menggiring penanaman modal, baik dalam negeri maupun luar negeri, diberikan berbagai macam fasilitas keringanan pajak. Universitas Sumatera Utara Dalam rangka melindungi produksi dalam negeri, pemerintah menetapkan bea masuk yang tinggi untuk produk luar negeri.

c. Fungsi Stabilitas

Dengan adanya pajak, pemerintah memiliki dana untuk menjalankan kebijakan yang berhubungan dengan stabilitas harga sehingga inflasi dapat dikendalikan, Hal ini bisa dilakukan antara lain dengan jalan mengatur peredaran uang di masyarakat, pemungutan pajak, penggunaan pajak yang efektif dan efisien.

d. Fungsi Redistribusi Pendapatan

Pajak yang sudah dipungut oleh negara akan digunakan untuk membiayai semua kepentingan umum, termasuk juga untuk membiayai pembangunan sehingga dapat membuka kesempatan kerja, yang pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat.

2.4 Pengertian Pajak

Daerah 2.4.1 Definisi Pajak Daerah Menurut UU Nomor 34 tahun 2000 tentang Perubahan Atas UU Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. “Pajak Daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi dan badan kepada daerah tanpa imbalan langsung dan yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku, yang digunakan untuk membiayai penyelengggaran pemerintahan daerah dan pembangunan daerah”.

2.4.2 Kriteria Pajak Daerah

Universitas Sumatera Utara Kriteria pajak daerah tidak jauh berbeda dengan kriteria pajak secara umum, yang membedakan keduanya adalah pihak pemungutnya. Pajak umum baca pusat yang memungut adalah pemerintah Pusat, sedangkan pajak daerah yang memungutnya adalah Pemerintah Daerah. Kriteria pajak daerah secara spesifik diuraikan oleh K.J Davey 1988 dalam bukunya Financing Regional Government, yang terdiri dari 4 empat hal yaitu : 1. Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah berdasarkan pengaturan dari daerah sendiri. 1. Pajak yang dipungut berdasarkan peraturan pemerintah pusat tetapi penetapan tarifnya dilakukan oleh pemerintah daerah. 2. Pajak yang ditetapkan dan atau yang dipungut oleh pemerintah daerah. 3. Pajak yang dipungut dan diadministrasikan oleh pemerintah pusat tetapi hasil pungutannnya diberikan kepada pemerintah daerah.

2.4.3 Jenis-jenis pajak

daerah Jenis-jenis pajak propinsi terdiri dari : 1. Pajak kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air, yaitu pajak atas kepemilikan danatau penguasaan kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air. 2. Bea balik nama kendaraan bermotor dan kendaraan di ats air, yaitu pajak atas penyerahan hak milik kendaraan bermotor dan kendaraan di atas air sebagai akibat dari perjanjian dua pihak atau perbuatan sepihak atau keadaan yang terjadi karena jual beli, tukar menukar, hibah, warisan, atau pemasukan ke dalam badan usaha. Universitas Sumatera Utara 3. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor, yaitu pajak atas bahan bakar yang disediakan atau dianggap diguanakan untuk kendraan bermotor, termasuk bahan bakar yang digunakan untuk kendaraan di atas air. 4. Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah danatau digunakan bagi orang pribadi atau badan, kecuali untuk keperluan dasar rumah tangga dan pertanian rakyat. Jenis-jenis pajak kabupatenkota terdiri dari : A. Pajak Hotel, yaitu pajak atas pelayanan hotel. B. Pajak Restoran, yaitu pajak atas pelayanan restoran. C. Pajak Hiburan, yaitu pajak atas penyelenggaraan hiburan. D. Pajak Reklame, yaitu pajak atas penyelenggaraan reklame. E. Pajak Penerangan Jalan, yaitu pajak atas penggunaan tenaga listrik, dengan ketentuan bahwa di wilayah daerah tersebut tersedia penerangan jalan, yang rekeningnya dibayar oleh Pemerintah daerah. F. Pajak Parkir, yaitu pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan oleh pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garasi kendaraan bemotor yang memungut bayaran.

2.4.4 Pajak Daerah dan Pertumbuhan Ekonomi

Analisis terhadap efek-efek struktur fiscal oleh Miller dan Rusek 1997 dengan latar belakang pendapat Helms tahun 1995, yang mengatakan bahwa peningkatan pajak secara signifikan menghambat pertumbuhan ekonomi jika pendapatan mendanai distribusi pendapatan, namun tidak demikian jika Universitas Sumatera Utara pendapatan mendanai jasa-jasa public. Kesimpulan analisis tersebut bahwa pajak akan berdampak negative terhadap pertumbuhan ekonomi jika pendapatan mandanai transfer pemerintah, dan tidak akan berpengaruh secara negative apabila pendapatan untuk mendanai jasa-jasa sektor public. Terakhir seperti penemuan Helms 1985, hasilnya adalah bahwa pajak pusat dan daerah secara signifikan menghambat pertumbuhan ekonomi ketika pendapatan untuk mendanai pembayaran transfer, dan ketika pendapatan untuk mendanai layanan public memliki pengaruh yang mendukung perekonomian daerah.

2.4.5 Pengukuran Kinerja Pajak Daerah

Devas,dkk 1989 : 61 menyebutkan bahwa untuk menilai berbagai pajak daerah yang ada sekarang, digunakan serangkaian ukuran yaitu: 1. Hasil yield, memadai tidaknya suatu hasil pajak daerah dalam kaitan dengan berbagai layanan yang dibiayainya, stabilitas dan mudah tidaknaya memperkirakan besar hasil itu, dan hasil elastisitas hasil pajak terhadap inflasi, pertumbuhan penduduk dan sebgainya. 2. Keadilan equity, dasar pajak dan kewajiban membayar harus jelas dan tidak sewenang-wenang, pajak bersangkutan harus adil secara horizontal. 3. Daya guna ekonomi economic efficiency, pajak hendaknya mendorong penggunaan sumber daya secara berdaya guna dalam kehidupan ekonomi. 4. Kemampuan meleksanakan ability to implement, suatu pajak haruslah dapat dilaksanakan, dari sudut keamanan politik dan kemauan tata usaha. Universitas Sumatera Utara 5. Kecocokan sebagai sumber penerimaan daerah suitability as a local revenue source, ini berarti haruslah jelas kepada daerah mana suatu pajak harus dibayar, dan tempat memungut pajak sedapat mungkin sama dengan tempat akhir beban pajak. Wiratmo 2001 : 1 memperkenalkan beberapa pendekatan sederhana untuk mendeteksi potensi penerimaan, khususnya berkenaan dengan ketersediaan data didaerah sebelum melakukan survey besar-besaran mengenai berbagai potensi yang mungkin digali. Pendeteksian potensi dapat dimulai dari pungutan- pungutan yang selama sudah dilakukan pemetaan pemungutan mana yang potensial untuk dikembangkan. Pendekatan sederhana yang dimaksud adalah dengan menghitung elastisitas. Elastisitas mempunyai dua dimensi, pertama untuk menilai berpotensi tidaknya penerimaan pajakretribusi dan kedua, aspek kemudahan untuk memungut pajakretribusi. Potensi penerimaan daerah dapat diukur melalui dua pendekatan yakni: 1. Berdasarkan fungsi penerimaan; 2. Berdasarkan atas indikator sosial ekonomi. Sebagai contoh digunakan pajak daerah sebagai sasaran pengukuran potensi menurut fungsi perpajakan, dilakukan melalui pengamatan atas pelaksananan pemungutan pajak yang bersangkutan dengan cara mengalihkan pengenaan pajak tax base. Pengukuran potensi pajak sangat dipengaruhi oleh semua tahap kegiatan fungsi administrasi pendapatan pajakretribusi seperti tahap-tahap pendapatan, penetapan, penyetoran dan pembukuan. Slamet Sularso Diktat Adpenda menunjukan administratif efficiency ratio AER akan menggambarkan Universitas Sumatera Utara kemampuan untuk mencapai tujuan dalam bentuk menggali dan merealisir pemungutan sumber pendapatan daerah berdasarkan potensi yang ada melalui tiga pendekatan yaitu: 1. Dari segi penerimaan 2. Dari segi subjek 3. Dari segi objek pungutan AER dari segi penerimaan akan dapat diukur melalui perbandingan jumlah realisasi penerimaan dengan potensi yang ada, akan menggambarkan persentase kemampuan memungut taxing capacity terhadap potensi taxable capacity. Dalam pengukuran AER ini, semakin besar AER berarti semakin besar kemampuan memungut, yang berarti pula aktivitas pemungutan dapat dicapai. AER dari segi subjek akan memberikan gambaran tentang prosentase dari sejumlah subjek yang dapat dijaring oleh unitinstansi yang menangani pemungutan, baik untuk subjek yang sudah terdaftar dalam arti intensifikasi deepening maupun subjek yang belum terdaftar dalam arti ekstensifikasi widening. Bila digambarkan dalam rumus adalah sebagai berikut: AER = AER dari segi pungutan pada dasarnaya sama dengan AER menurut subjek, hanya bedanya disini akan dapat digambarkan ratio dari objek pungutan yang telah terdaftar dan objek pungutan yang belum terdaftar.

2.4.6 Pengukuran Potensi Penerimaan Pajak a. Sejarah Perhotelan

Pada dasarnya keberadaan fungsi hotel adalah sarana penunjang kegiatan berpergian yang berjarak jauh dari tempat tinggal sehingga dibutuhkan sarana Universitas Sumatera Utara akomodasi untuk tempat beristirahat berupa kamar tidur . Menurut Drs. Oka A.A.Yoeti, sejarah perhotelan sebenarnya sudah dimulai semenjak Mariam dan Yusuf membutuhkan tempat menginap sewaktu Mariam akan melahirkan Nabi Isa, hal ini sejalan dengan perdaban manusia yang selalu memerlukan tempat untuk berlindung sementara terhadap cuaca panas dan dingin dalam melakukan kegiatan perjalanan. Pada masa kerajaan Romawi telah dibangun rumah penginapan yang disebut “MANSIONES” yang berlokasi sepanjang jalan raya utama dengan jarak masing-masing sekitar 40 KM. Kemudian selama abad pertengahan, peraturan keagaamaan di Eropa memerintahkan agar dibangun tempat-tempat menginap disepanjang jalan yang dilalui orang road side inn. Menurut Jusupadi Salmun SH, dalam film – film Western cowboy sekitar tahun 1800 s.d 1900, sudah terdapat hotel yang bersebelahan dengan saloon dan bar restaurant, yang berarti sejak kehidupan tahun tersebut penyediaan hotel, motel, penginapan atau losmen telah dikenal orang sebagai sarana atau penunjang bagi para pelancong. Hotel dengan standar yang lebih baik pertama- tama dibuat di inggris, kemudian perancis, swiss dan beberapa negara terkenal lainnya. Sebuah penginapan di New York City menurut William S.Gary dan Salvatore C.Linguori telah memegang peranan penting dalam kancah Revolusi Hotel di Amerika. Sebelumnya, sebuah Flat Mansion yang bernama De Lancey pada tahun 1762 telah berubah menjadi sebuah hotel dengan nama baru yaitu Queens Head Tavern. Dalam sejarahnya gedung ini tetap dipelihara dengan baik sebagai lambang yang mencerminkan masa lalu Amerika Serikat dan kini telah menjadi sebuah restaurant yang besar dengan nama Francess Tavern. Kemudian Universitas Sumatera Utara menyusul hotel di Covent Garden tahun 1774 yang berdampingan dengan bioskop dekat Westminsfer di kota London. Beberapa kalangan Amerika menganggap hotel yang benar-benar hotel dengan klamar 170 kamar didirikan di New York tahun 1794 dengan nama City Hotel. Kemudian menyusul Boston’s Tremont House dengan 270 kamar di tahun 1829 yang tidak hanya memberikan pelayanan untuk tinggal sementara, tetapi juga menyediakan ruangan untuk converence bagi masyarakat setempat. Sejak itu maka menyusul hotel-hotel seperti ini : a Tahun 1830-1850 – berdirinya Hotel Aster, The Palmer House dan The Sherman House di Chicago, Hotel Planters di St.Louis. b Tahun 1856 – berdiri The St. Pancras Station and Hotel di London. c Tahun 1875 – berdiri The Palace di San Fransisco dengan biaya 5 Juta, merupakan hotel terbesar dan termegah pada saat itu dengan jumlah 800 kamar. d Tahun 1880 – berdiri Ellsworth Milton Statler di New York, yaitu hotel pertama yang dibangun untuk kepentingan “Business travellers” dan merupakan “Chain Hotel” pertama di dunia. e Tahun 1894 – berdiri The Netherlands Hotel di New York sebagai hotel pertama yang menggunakan ssambungan telephone yang connecting ke dalam setiap kamarnya. f Tahun 1896 – berdiri hotel The Waldorf Astoria di New York. Satu hal yang perlu dicatat mengenai lokasi hotel sebelum dan sesudah tahun 1900 di Amerika dan Eropa, umumnya berlokasi tidak jauh dari stasiun kereta api. Akan tetapi, ketika dunia telah mengenal mobil dan pesawat terbang, Universitas Sumatera Utara lokasi hotel tidak lagi tergantung pada stasiun kereta api, karena pemenuhan aspek aksibilitas melalui alat transportasi sudah bersifat diversifikasi sekali. Sejarah perkembangan perhotelan di Indonesia belum banyak terungkap, juga belum banyak buku yang mengungkap masalah ini. Indonesia telah dikenal di dunia pariwisata sejak sebelum Perang Dunia ke 1, tetapi jumlah wisatawan yang berkunjung masih terbilang ribuan. Seiring dengan perkembangan kedatangan wisatawan asing ke Indonesia yang lebih memerlukan sarana akomodasi pariwisata bersifat memadai, maka semasa penjajahan kolonial Belanda, mulai berkembanglah hotel-hotel di Indonesia.

b.Pajak Hotel

Sebagaimana telah diuraikan diatas, bahwa pengukuran potensi pajak didasarkan pada: 1 Fungsi sumber pendapatan; 2 indikator sosial, dengan uraian penjelasan tersebut diatas. Sebagai gambaran untuk menghitung potensi pajak, berikut ini disajikan perhitungan potensi untuk pajak yaitu untuk Pajak Hotel. Komponen yang menentukan potensi hotel dan sejenisnya adalah: jenisklas hotel, jumlah kamar, jumlah hari, waktu pergantian, tarif kamar, penjualan makanan dan minuman, dan penyediaan fasilitas lainnya. Demikian pula komponen yang menentukan potensi rumah makan dan sejenisnya adalah: jenis rumah makan, jumlah sarana tempat duduk, jam buka, waktu pergantian, harga rata-rata dan fasilitas lain yang menambah pembayaran. Potensi: dengan potensi disini dimaksudkan sebagai kekuatan keampuan untuk menghasilkan pajak atau kemampuan yang pantas dikenakan pajak taxable Universitas Sumatera Utara capacity dalam keadaan 100. Oleh karena itu agar dibedakan antarapotensi dengan peredara, yang biasanya menjadi dasar pengenaan pajak tax base. Bertolak dari pengertian tersebut di atas maka dapat dihitung potensi dimaksud dengan rincian a. Potensi hotel dan sejenisnya dapat diformulasikan dalam rumus sebagai berikut: potensi Hotel = Jumlah kamar x hari x turn over x harga kamar + penjualan kamar, atau : PPbh = R x D x T x Pr x Fb + Sc Fb = x R x D x T x Pr Sc = 10 x R x D x T x Pr +……R x D x T x Pr Penjelasan: PPbh = Potensi Hotel R = Jumlah Kamar D = Jumlah Hari T = Masa pergantian turn over Pr = Harga kamar Fb = Penjualan makanan dan minuman Sc = Service charge - Penjualan makanan dan minuman termasuk other income sekian dari persen dari penjualan kamar 5 - 10. Sedang service charge adalah 10 dari penjualan kamar ditambah penjualan makanan dan minuman. Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

Metodologi penelitian adalah langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data dan informasi empiris untuk memecahkan[ permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.

3.1. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini menitikberatkan kajian pada pajak daerah dengan fokus utama pada potensi pajak dan perangkat perpajakan di Kabupaten Deli Serdang. Adapun potensi pajak yang akan dibahas adalah Pajak Hotel.