Pajak Daerah dan Pertumbuhan Ekonomi Pengukuran Kinerja Pajak Daerah

3. Pajak bahan bakar kendaraan bermotor, yaitu pajak atas bahan bakar yang disediakan atau dianggap diguanakan untuk kendraan bermotor, termasuk bahan bakar yang digunakan untuk kendaraan di atas air. 4. Pajak pengambilan dan pemanfaatan air bawah tanah danatau digunakan bagi orang pribadi atau badan, kecuali untuk keperluan dasar rumah tangga dan pertanian rakyat. Jenis-jenis pajak kabupatenkota terdiri dari : A. Pajak Hotel, yaitu pajak atas pelayanan hotel. B. Pajak Restoran, yaitu pajak atas pelayanan restoran. C. Pajak Hiburan, yaitu pajak atas penyelenggaraan hiburan. D. Pajak Reklame, yaitu pajak atas penyelenggaraan reklame. E. Pajak Penerangan Jalan, yaitu pajak atas penggunaan tenaga listrik, dengan ketentuan bahwa di wilayah daerah tersebut tersedia penerangan jalan, yang rekeningnya dibayar oleh Pemerintah daerah. F. Pajak Parkir, yaitu pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan oleh pribadi atau badan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor dan garasi kendaraan bemotor yang memungut bayaran.

2.4.4 Pajak Daerah dan Pertumbuhan Ekonomi

Analisis terhadap efek-efek struktur fiscal oleh Miller dan Rusek 1997 dengan latar belakang pendapat Helms tahun 1995, yang mengatakan bahwa peningkatan pajak secara signifikan menghambat pertumbuhan ekonomi jika pendapatan mendanai distribusi pendapatan, namun tidak demikian jika Universitas Sumatera Utara pendapatan mendanai jasa-jasa public. Kesimpulan analisis tersebut bahwa pajak akan berdampak negative terhadap pertumbuhan ekonomi jika pendapatan mandanai transfer pemerintah, dan tidak akan berpengaruh secara negative apabila pendapatan untuk mendanai jasa-jasa sektor public. Terakhir seperti penemuan Helms 1985, hasilnya adalah bahwa pajak pusat dan daerah secara signifikan menghambat pertumbuhan ekonomi ketika pendapatan untuk mendanai pembayaran transfer, dan ketika pendapatan untuk mendanai layanan public memliki pengaruh yang mendukung perekonomian daerah.

2.4.5 Pengukuran Kinerja Pajak Daerah

Devas,dkk 1989 : 61 menyebutkan bahwa untuk menilai berbagai pajak daerah yang ada sekarang, digunakan serangkaian ukuran yaitu: 1. Hasil yield, memadai tidaknya suatu hasil pajak daerah dalam kaitan dengan berbagai layanan yang dibiayainya, stabilitas dan mudah tidaknaya memperkirakan besar hasil itu, dan hasil elastisitas hasil pajak terhadap inflasi, pertumbuhan penduduk dan sebgainya. 2. Keadilan equity, dasar pajak dan kewajiban membayar harus jelas dan tidak sewenang-wenang, pajak bersangkutan harus adil secara horizontal. 3. Daya guna ekonomi economic efficiency, pajak hendaknya mendorong penggunaan sumber daya secara berdaya guna dalam kehidupan ekonomi. 4. Kemampuan meleksanakan ability to implement, suatu pajak haruslah dapat dilaksanakan, dari sudut keamanan politik dan kemauan tata usaha. Universitas Sumatera Utara 5. Kecocokan sebagai sumber penerimaan daerah suitability as a local revenue source, ini berarti haruslah jelas kepada daerah mana suatu pajak harus dibayar, dan tempat memungut pajak sedapat mungkin sama dengan tempat akhir beban pajak. Wiratmo 2001 : 1 memperkenalkan beberapa pendekatan sederhana untuk mendeteksi potensi penerimaan, khususnya berkenaan dengan ketersediaan data didaerah sebelum melakukan survey besar-besaran mengenai berbagai potensi yang mungkin digali. Pendeteksian potensi dapat dimulai dari pungutan- pungutan yang selama sudah dilakukan pemetaan pemungutan mana yang potensial untuk dikembangkan. Pendekatan sederhana yang dimaksud adalah dengan menghitung elastisitas. Elastisitas mempunyai dua dimensi, pertama untuk menilai berpotensi tidaknya penerimaan pajakretribusi dan kedua, aspek kemudahan untuk memungut pajakretribusi. Potensi penerimaan daerah dapat diukur melalui dua pendekatan yakni: 1. Berdasarkan fungsi penerimaan; 2. Berdasarkan atas indikator sosial ekonomi. Sebagai contoh digunakan pajak daerah sebagai sasaran pengukuran potensi menurut fungsi perpajakan, dilakukan melalui pengamatan atas pelaksananan pemungutan pajak yang bersangkutan dengan cara mengalihkan pengenaan pajak tax base. Pengukuran potensi pajak sangat dipengaruhi oleh semua tahap kegiatan fungsi administrasi pendapatan pajakretribusi seperti tahap-tahap pendapatan, penetapan, penyetoran dan pembukuan. Slamet Sularso Diktat Adpenda menunjukan administratif efficiency ratio AER akan menggambarkan Universitas Sumatera Utara kemampuan untuk mencapai tujuan dalam bentuk menggali dan merealisir pemungutan sumber pendapatan daerah berdasarkan potensi yang ada melalui tiga pendekatan yaitu: 1. Dari segi penerimaan 2. Dari segi subjek 3. Dari segi objek pungutan AER dari segi penerimaan akan dapat diukur melalui perbandingan jumlah realisasi penerimaan dengan potensi yang ada, akan menggambarkan persentase kemampuan memungut taxing capacity terhadap potensi taxable capacity. Dalam pengukuran AER ini, semakin besar AER berarti semakin besar kemampuan memungut, yang berarti pula aktivitas pemungutan dapat dicapai. AER dari segi subjek akan memberikan gambaran tentang prosentase dari sejumlah subjek yang dapat dijaring oleh unitinstansi yang menangani pemungutan, baik untuk subjek yang sudah terdaftar dalam arti intensifikasi deepening maupun subjek yang belum terdaftar dalam arti ekstensifikasi widening. Bila digambarkan dalam rumus adalah sebagai berikut: AER = AER dari segi pungutan pada dasarnaya sama dengan AER menurut subjek, hanya bedanya disini akan dapat digambarkan ratio dari objek pungutan yang telah terdaftar dan objek pungutan yang belum terdaftar.

2.4.6 Pengukuran Potensi Penerimaan Pajak a. Sejarah Perhotelan