Prinsip Bagi Hasil Prinsip Sewa Menyewa

3. Bai’ Al-Istishna’

Bai’ Al-Istishna pada dasarnya merupakan kontrak penjualan antara pembeli dan pembuat barang dengan pembayaran dimuka, baik secara tunai, cicilan, atau ditangguhkan. Untuk melaksanakan skim bai’al’istishna kontrak dilakukan di tempat pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Pembuat barang dapat saja membuat barang yang dipesan atau dibeli sesuai dengan spesifikasi pesanan yang dilakukan dalam kontrak kemudian menjualnya kepada pembeli. Prinsip bai’Al-Istishna’ ini merupakan bai’ as-salam, namun dalam istishna’ pembayarannya dapat dilakukan di muka, dicicil, atau ditangguhkan. Sementara dalam skim bai’ as-salam dilakukan secara tunai.

b. Prinsip Bagi Hasil

Prinsip kedua dalam penyaluran dana adalah prinsip bagi hasil. Bagi hasil atau profit sharing dalam perbankan berdasarkan prinsip syariah terdiri dari empat jenis akad, yaitu: al-Mudarabah, al-Musyarakah, al-Muzara’ah, al- Musaqah. Namun yang paling banyak diimplementasikan dalam perbankan syariah adalah dua prinsip hasil bagi pertama, yaitu al-Mudharabah dan al- Musyarakah semantara yang dua terakhir umumnya digunakan dalam rangka plantation financing. 1. Al-Musyarakah Bank Indonesia mendefenisikan Al-Musyarakah sebagai suatu perjanjian diantara para pemilik danamodal untuk mencampurkan danamodal Universitas Sumatera Utara mereka pada suatu usaha tertentu, dengan pembagian keuntungan di antara pemilik danamodal berdasarkan nisbah yang telah disepakati sebelumnya. Musyarakah dalam perbankan biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek dimana nasabah dan bank sama-sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut. Modal yang disetor bisa berupa uang, barang perdagangan trading asset, property, equipment, atau intangible asset seperti hak paten dan goodwill , dan barang-barang lainnya yang dapat dinilai dengan uang. Semua modal digabung untuk dijadikan modal proyek musyarakah dan dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek. 2. Al-Mudharabah Al-Mudharabah pada dasarnya adalah perjanjian kerja sama antara dua pihak atau lebih dimana salah satu pihak lainnya menyediakan tenaga atau keahlian. Beberapa ahli fiqih berpendapat bahwa Al-Mudharabah tidak dikelompokkan kedalam prinsip Al-Musyarakah.

c. Prinsip Sewa Menyewa

Prinsip ketiga dalam penyaluran dana Bank Syariah adalah sewa menyewa. Sewa menyewa pada dasarnya merupakan transaksi sewa guna usaha atau leasing. Oleh karena itu sebagaimana dalam praktek, sewa guna usaha bisa dalam bentuk sewa guna usaha dengan hak opsi atau financial lease dan sewa Universitas Sumatera Utara guna usaha tanpa hak opsi atau operating lease. Dalam syariah islam prinsip sewa menyewa ini dibedakan berdasarkan akad, yaitu: al-ijarah dan al-ijarah al- muntahiya bit-tamlik. 1. Al-Ijarah Al-ijarah adalah perjanjian pemindahan hak guna atau manfaat atas suatu barang atau jasa dengan membayar sewa untuk jangka waktu tanpa diikuti pemindahan hak kepemilikan atas barang tersebut. Bank Indonesia mendefenisikan ijarah sebagai perjanjian sewa menyewa suatu barang dalam waktu tertentu melalui pembayaran sewa. Sementara Syafi’I Antonio mendefenisikan Al-Ijarah sebagai akad pemindahan hak guna atas barang atua jasa melalui pembayaran sewa tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan ats barang itu sendiri. 2. Al-Ijarah Al-Muntahiya Bit-tamlik Ijarah Muntahiya Bittamlik adalah akad atau perjanjian yang merupakan kombinasi antara jual beli dan sewa menyewa suatu barang antara bank dengan nasabah di mana nasabah penyewa diberi hak untuk memiliki atau menbeli objek sewa pada akhir akad. Dalam transaksi sewa guna usaha leasing, perjanjian ini disebut sale and leaseback. Harga sewa dan harga beli diteapkan bersama di awal perjanjian. Objek sewa harus bermanfaat, dibenarkan oleh syariah dan nilai dari manfaat dapat diperhitungkan atau diukur. Pada umumnya bank-bank syariah lebih memilih perjanjian sewa-beli Universitas Sumatera Utara seperti ini ijarah muntahiya bit-tamlik karena lebih mudah pembukuannya dan tidak memerlukan perawatan terhadap aset yang sewa beli.

d. Prinsip Pinjam Meminjam Berdasarkan Akad Al-Qardh

Dokumen yang terkait

Analisis Komparatif Risiko Keuangan BPR Milik Pemerintah Daerah dan BPR Milik Swasta

0 6 56

ANALISIS EFISIENSI BANK PEMBIAYAAN RAKYAT (BPR) SYARIAH DAN BANK PEMBIAYAAN RAKYAT (BPR) KONVENSIONAL DI Analisis Efisiensi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) Dan Bank Pembiayaan Rakyat (BPR) Konvensional Di Sukoharjo Dengan Menggunakan Metode Data

1 5 18

Analisis Perbandingan Efisiensi antara BPR Konvensional dan BPR Syariah di Surakarta dengan Analisis Perbandingan Efisiensi Antara BPR Konvensional Dan BPR Syariah Di Surakarta Dengan Menggunakan Metode Data Envelopment Analysis (DEA) ( Periode Tahun 201

0 1 14

Analisis Perbandingan Efisiensi antara BPR Konvensional dan BPR Syariah di Surakarta dengan menggunakan Metode Data Envelopment Analysis Analisis Perbandingan Efisiensi Antara BPR Konvensional Dan BPR Syariah Di Surakarta Dengan Menggunakan Metode Data E

0 1 13

ANALISIS KOMPARATIF RESIKO KEUANGAN ANTARA PERBANKAN KONVENSIONAL DAN PERBANKAN SYARIAH Analisis Komparatif Resiko Keuangan Antara Perbankan Konvensional Dan Perbankan Syariah.

0 2 12

PENDAHULUAN Analisis Komparatif Resiko Keuangan Antara Perbankan Konvensional Dan Perbankan Syariah.

0 2 6

ANALISIS KOMPARATIF RESIKO KEUANGAN ANTARA PERBANKAN KONVENSIONAL DAN PERBANKAN SYARIAH Analisis Komparatif Resiko Keuangan Antara Perbankan Konvensional Dan Perbankan Syariah.

0 2 19

Resiko Kredit Pada Bank BPR di Indonesia (1)

0 0 6

Resiko Kredit Pada Bank BPR di Indonesia

0 0 6

RESIKO VALUTA ASING PADA BPR BANK PENGKR

0 3 6