2.1.6 Analisis Diskriminan Z-Score
Analisis Z-Score dikembangkan oleh Prof. Edward Altman dengan tujuan untuk mendeteksi apakah suatu perusahaan diambang kebangkrutan
Financial distress. Metode ini disebut juga dengan Multiple Discriminant Analysis MDA. Bentuk fungsi dari analisis ini adalah sebagai berikut:
Z = 1.2X1 + 1.4 X2 + 3.3X3 + 0.6X4 + 1.0X5 Dimana:
X1 = modal kerja Total aktiva X2 = Laba ditahan Total Aktiva
X3= Laba sebelum bunga dan pajak Total Aktiva X4= Nilai pasar equitas nilai buku dari total kewajiban
X5= Penjualan Total Aktiva Z= Indeks secara keseluruhan
Untuk menganalisis hasil perhitungan model Z-Score, digunakan angka interpretasi yang dikembangkan oleh Prof. Edward Altman, yang akan
mendskriminasi posisi suatu perusahaan apakah akan bangkrut atau tidak yang dapat dilihat sebagai berikut:
Tabel 2.3 Kriteria Analisis Z-Score
Score Prediction
Z 2.99 Firm will not fail within one year
1.81 ≤ Z ≤ 2.99
Gray area within which it is difficult to discriminate effectively
Z 1.81 Firm will fail in 1 year
Sumber: Ross et al, 2002:868
2.2 Penelitian Terdahulu
Universitas Sumatera Utara
Hamdan 2006 melakukan penelitian dengan judul “Analisis Komparatif Resiko Keuangan Bank Perkreditan Rakyat BPR Konvensional dan
BPR Syariah” , penelitian ini dilakukan pada BPR di Sumatera Selatan. Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui dan menganalisis tingkat resiko
BPR Konvensional dan BPR Syariah. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis diskriminan dan analisis rasio keuangan yang terdiri
dari: a.
Rasio likuiditas dengan indikator: Asset to Loan Ratio, Cash Ratio, dan Loan to Deposit Ratio.
b. Rasio Solvabilitas dengan Indikator: Capital Ratio, Capital Risk dan
Capital Aquadecy Ratio. c.
Rasio Rentabilitas dengan indikator: Gross Profit margin, Net Profit Margin, Return on Equity dan Return on Asset.
Hasil dari penelitan tersebut menunjukkan bahwa : 1.
Secara umum rasio-rasio likuiditas BPR syariah “F” relatif lebih baik disbanding BPR Konvensional “S”.
2. Rasio-rasio solvabilitas kedua BPR menunjukkan kondisi sehat. Rasio
kecukupan modal Capital Aquadecy RatioCAR kedua BPR diatas ketentuan minimum BI 8. CAR pada BPR Konvensional “S” tahun
2003 sebesar 23,95 dan BPR syariah “F” sebesar 37,92 dari angka tersebut ternyata rasio solvabilitas BPR Syariah “F” relative lebih baik
dibandingkan dengan rasio solvabilitas BPR Konvensional “S”.
Universitas Sumatera Utara
3. Semua rasio rentabilitas kedua BPR adalah positif. Laba bersih terhadap
pendapatan operasi NPM cukup baik, dimana pada BPR Konvensional “S” sebesar 39,73 dan pada BPR Syariah “F” sebesar 35,37 pada
tahun 2003. Keadaan ini menunjukkan bahwa kedua BPR mampu memperoleh laba yang wajar, walaupun NPM BPR Syariah “F” relative
lebih rendah dibanding dengan BPR Konvensional “S”. 4.
Perbandingan tingkat resiko keuangan berdasarkan hasil analisis diskriminan Z-Score menunjukkan kedua BPR pada posisis “gray”.
Namun nilai Z BPR Syariah “F” relatif lebih tinggi dibanding BPR Konvensional “S”, yang berarti resiko BPR Syariah “F” relatif lebih
rendah dibandingkan BPR Konvensional “S”.
2.3 Kerangka Konseptual