BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Bank Perkreditan Rakyat BPR
2.1.1.1 Pengertian BPR
Berdasarkan Undang-Undang No.7 tahun 1992, Bank Perkreditan Rakyat BPR adalah adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara
konvensional dan berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Sementara bank menurut undang-
undang ini adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan, dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit
atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat. Kegiatan BPR hanya meliputi kegiatan penghimpunan dan penyaluran
dana saja, bahkan dalam penghimpunan dana, BPR dilarang untuk menerima simpanan giro, begitu pula dalam hal jangkauan wilayah operasi, BPR hanya
dibatasi dalam wilayah-wilayah tertentu saja. Selanjutnya pendirian BPR dengan modal awal relatif kecil jika dibandingkan dengan modal awal bank umum.
Larangan lainnya bagi BPR adalah tidak diperkenankan ikut kliring serta transaksi valuta asing. Kasmir, 2004:22
Universitas Sumatera Utara
2.1.1.2 Fungsi Bank Perkreditan Rakyat
Keberadaan Bank Perkreditan Rakya dari sisi kepentingan pemerintah adalah untuk:
a. Memberi pelayanan perbankan kepada masyarakat yang sulit atau tidak
memiliki akses ke bank umum. b.
Membantu pemerintah membidik masyarakat dalam memahami pola nasional agar akselerasi pembangunan di sektor pedesaan dapat lebih
dipercepat. c.
Menciptakan pemerataan kesempatan berusaha terutama bagi masyarakat pedesaan.
d. Membidik dan mempercepat pemahaman masyarakat terhadap
pemanfaat lembaga keuangan formal sehingga terhindar dari jeratan rentenir.
2.1.1.3 Bentuk Hukum dan Klasifikasi BPR
Pendirian BPR dapat dilakukan dengan memilih bentuk hukum sebagai berikut:
a. Perusahaan Daerah
b. Koperasi
c. Perseroan Terbatas
d. Bentuk lain yang ditetapkan dengan peraturan daerah.
Universitas Sumatera Utara
“Bentuk Lain” sebagaimana disebutkan pada butir di atas berdasarkan penjelasan pasal 21 ayat 2 UU No. 7 Tahun 1992, dimaksudkan untuk memberikan wadah
bagi penyelengaraan lembaga keuangan yang lebih kecil dari BPR. Bentuk lain tersebut kemudian berkembang menjadi Lembaga Dana dan Kredit Pedesaan
LDKP. Berdasarkan pasar 58 UU No. 7 Tahun 1992, keberadaan LDKP yang terdiri dari:
a. Bank Desa Lumbung Desa
b. Bank Pasar
c. Bank Pegawai
d. Lumbung Pitih Nagari LPN
e. Lembaga Perkreditan Desa LPD
f. Badan Kredit Desa BKD
g. Badan Kredit Kecamatan BKK
h. Kredit Usaha Rakyat Kecil KURK
i. Lembaga Perkreditan Kecamatan LPK
j. Bank Karya Produksi Desa BKPD
Danatau lembaga-lembaga lainnya yang dipersamakan dengan itu diberikan status sebagai Bank Perkreditan Rakyat dengan memenuhi persayaratan yang
ditetapkan oleh peratutan pemerintah.
2.1.1.4 Pendirian dan Modal Disetor BPR