Pengertian Judul Proyek ini adalah pusat pagelaran musik klasik di surabaya. Mengandung Studi Kasus

8

BAB II TINJAUAN PROYEK

2.1 Tinjauan Umum

Tinjauan umum berisi tentang penjelasan pengartian judul, studi proyek sejenis, persyaratan pokok proyek, dan kepemilikan proyek.

2.1.1 Pengertian Judul Proyek ini adalah pusat pagelaran musik klasik di surabaya. Mengandung

kata – kata : Gedung, Pagelaran, Musik Klasik, di Surabaya,. Yang artinya adalah: Gedung Pagelaran :  Suatu tempat untuk melakukan interaksi antara sesama masyarakat melalui sebuah pertunjukan untuk menyalurkan ekspresi yang berawal dari kegemaran. Musik Klasik :  Komposisi musik yang lahir dari budaya eropa 1750-1825.  Musik yang komposisinya lahir dari budaya Eropa dan di golongkan melalui periodisasi tertentu.  Musik yang mempunyai banyak bunyi string dari pada bunyi bass, atau dalam arti banyak menggunakan alat gesek dari pada bass drum atau bass gitar.  Musik dengan keindahan intelektual yang tinggi dan mengacu pada pada musik Orchestra. Dari pengertian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa ”Gedung Pagelaran Musik Klasik” adalah suatu tempat untuk melakukan interaksi antara sesama masyarakat melalui sebuah pertunjukan musik klasik serta memperlihatkan karyanya dalam ekspresi yang dikeluarkan, dan banyak menggunakan alat musik berupa gesek, biasanya memainkannya dengan banyak orang sejenis dengan Orchestra. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 9

2.1.2 Studi Literatur

Studi literatur digunakan sebagai pengenalan masalah untuk memperjelas pemahaman yang lebih mendalam dalam pelaksanaan yang berhubungan dengan proyek perancangan.studi literatur juga digunakan untuk melengkapi data yang berhubungan dengan Gedung Pagelaran Musik Klasik. Berikut adalah pegangan sebagai pedoman perancangan.

A. Istilah Musik Klasik

Menurut Friendrich Blume musik klasik adalah suatu karya seni musik yang sempat mengintikan daya ekspresi dan bentuk bersejarah sedemikian sehingga terciptalah suatu ekspresi yang meyakinkan dan dapat bertahan terus. Prier sj, 1993, hal76. Untuk musik klasik merupakan lanjutan dari jaman barok dan merupakan persiapan untuk masa klasismeromantik. Awal era baru yang disebut klasik ini berawal dari tahun 1750. namun sejak tahun1730 di Prancis berkembanglah gaya galan yang bergabung dengan musik Ilatia Opera buffa, Sonata, Simfonia.jadi disini terdapat masa peralihan yang disebut Rakoko atau Pra-Klasik 1730-1760. Sedangkan akhir dari era klasik ini tidak diketahui secara pasti. Ada macam- macam pendapat dari batas akhir periode musik klasik ini. Hal ini memang masuk akal karena klasik dan romantik merupakan dua pola yang saling bertentangan, namun di pihak lain saling melengkapi. Karya-karya musik Beethoven digolongkan sebagai karya musik Romantik, sedangkan karya Scubert masih digolongkan sebagai musik klasik. Dengan demikian dapat dilihat bahwa jaman klasik masih berlangsung meskipun jaman Romantik sudah dimulai. Jaman musik klasik merupakan suatu reaksi terhadap jaman barok. Hal ini nampak dalam timbulnya dua gaya baru : a. Gaya galan, mulai di Perancis sejak tahun 1730 yang merupakan suatu teknik komposisi yang sengaja ingin menjauh dari teknik kontrapung polifon dan bersifat lebih bebas, lebih mudah untuk dimengerti bentuk yang jelas, dengan melodi yang enak, dengan ornamentik yang lebih halus, dengan iringan tanpa keterikatan akan jumlah suara, dsb. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 10 b. Gaya sensitif, berasal dari Inggris. Pada dasarnya gaya ini ingin menentang gaya barok yang terlalu patetis dan kaku, terlalu emosional. Maka keinginan untuk mengungkapkan perasaan pribadi, secara konkrit hal ini diwujudkan dalam dinamika cresendo yang setelah mengalami perkembangan akhirnya dapat mengungkapkan rasa suka dan duka dalam suatu karya musik yang sama. Musik klasik ini bukan lagi musik yang patetis dibuat-buat dan berat banyak mayor, namun musik klasik ini berusaha untuk menciptakan suatu ‘bahasa universal’ yang dapat dimengerti tidak hanya secara lokal tetapi secara internasional maka terdapat banyak musik instrumental. Tema-tema sonata dan simfoni mirip dengan lagu rakyat, yang seimbang dalam melodi, ritmik dan harmonik. Baru dalam variasi-variasi dan development komponis memperlihatkan kekayaan yang tersembunyi dalam tema yang sederhana. Jadi musik klasik bukan hanya ditujukan untuk kelompok elite saja tetapi ditujukan juga untuk masyarakat umum pada jaman sebelumnya, musik hanya ditujukan untuk kaum elite terutama di istana, gedung opera dan di gereja katedral. Musik klasik ini membatasi diri dalam bentuk, harmoni, instrumentasi, dsb. Maka teori estetika dari Plato yang menyatakan bahwa irama adalah “suatu ketertiban terhadap gerakan melodi dan harmoni atau suatu ketertiban terhadap tinggi rendahnya nada-nada” berlaku penuh sebagai dasar musik klasik. Ada beberapa faktor yang penting dalam komposisi Klasik, yaitu : a. Bentuk sonata, musik linear dari titik awal ke titik akhir. b. Bentuk kalimat dan periode, dalam musik klasik satu periode terdiri dari kalimat depanpertanyaan dan kalimat belakangjawaban yang menjadi satu keutuhan. Secara normal satu periode disusun secara simetris. Kedua fakta ini, ‘tanya-jawab’ dalam harmoni dan ‘simetri’ dalam jumlah birama merupakan ciri khas dari musik klasik, karena dengan demikian dapat terjadi keseimbangan dan keutuhan. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 11

B. Tata Ruang

Tata ruang yang ideal untuk pagelaran musik klasik mencakup beberapa aspek, antara lain :  Estetis Keindahan .  Kenyamanan, supaya penonton dan pemain merasa nyaman, dalam ruangan perlu ada ventilasi udara yang cukup atau AC, sehingga udara menjadi segar.  Artistik, ruang yang baik, disamping indah, nyaman, sebaiknya juga artistik atau punya nilai seni, hal ini dapat dibuat dengan pengaturan dekorasi ruang interior yang baik.

C. Bentuk ruang dalam Auditorium

Bentuk yang mendasari desain auditorium memiliki beberapa aspek, yaitu bentuk lantai dan bentuk langit – langit, serta tata panggung yang kesemuanya merupakan faktor terpenting dalam perencanaan gedung pertunjukan, namun tidak ada ruang musik yang dibangun untuk satu jenis atau gaya musik tertentu, maka waktu dengung reverberation time merupakan kompromi yang ditetapkan dengan teliti. Hal ini diuraikan sebagai berikut Sumber : Akustik Lingkungan, Leslie L. Doelle : a. Lantai Bentuk Persegi Empat Rectangular Plan Auditorium berbentuk persegi panjang cenderung digunakan untuk pertunjukan musik. Auditorium berbentuk persegi panjang ini mempunyai kelebihan dalam menghasilkan pantulan silang antara dinding-dinding sejajar yang menyebabkan bertambahnya kepenuhan nada, suatu segi akustik ruang yang diperlukan oleh musik. Gambar 2. 1. Auditorium musik dengan denah lantai segi empat Sumber : Akustik Lingkungan, 1990 Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 12 b. Lantai Bentuk Kipas Fan Shape Plan Lantai bentuk kipas ini membawa penonton lebih dekat ke sumber bunyi, sehingga memungkinkan konstruksi balkon. Dinding belakang yang melengkung cenderung dapat menciptakan gema atau pemusatan bunyi, kecuali bila pada segi akustiknya didesain secara khusus.Bentuk kipas ini cenderung dipakai untuk pertunjukan teater atau drama. Gambar 2. 2. Auditorium musik dengan denah bentuk kipas Sumber : Akustik Lingkungan, 1990 c. Lantai Bentuk Tapal Kuda Horse shoe Plan Auditorium bentuk tapal kuda merupakan bentuk tradisi gedung opera yang merupakan kompromi antara teater dan musik, bentuk ini membutuhkan waktu dengung reverberation time yang relatif pendek bila dibandingkan dengan musik maka bentuk ini cocok untuk rumah-rumah opera dan musik orchestra. Gambar 2. 3. Auditorium musik dengan denah bentuk tapal kuda Sumber : Akustik Lingkungan, 1990 d. Bentuk Melengkung Curvilinier Shape Bentuk lantai melengkung biasanya dihubungkan oleh kubah yang sangat tinggi. Kecuali diatur secara akustik, dinding-dinding melengkung dapat menghasilkan gema, pemantulan dengan waktu tunda Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 13 yang panjang, dan pemusatan bunyi. Karena alasan ini maka lantai melengkng harus dihindari untuk gedung pertunjukan musik. e. Bentuk tidak teratur Irregular Shape Bentuk lantai tak teratur , dapat membawa penonton sangat dekat ke sumber hunyi. Bentuk ini dapat menyediakan keakraban akustik dan ketegasan, karena permukaan-permukaan yang digunakan untuk menghasilkan pemantulan-pemantulan dengan waktu tunda singkat dapat dipadukan dengan mudah ke dalam keseluruhan rancangan arsitektur. Denah tak teratur memberi kesempatan untuk distribusi elemen-elemen penyerap secara acak dan permukaan-permukaan tak teratur yang difusif. Hubungan yang bebas antara daerah penonton dan panggung memungkinkan rancangan dalam lingkup yang lebar dan menyebabkan makin terpenuhinya beberapa persyaratan akustik musik pada konser musik yang besar. Gambar 2. 4. Auditorium musik dengan denah bentuk tidak teratur Sumber : Akustik Lingkungan, 1990

D. Persyaratan akustik

Persyaratan akustik ruang agar dapat memenuhi fungsi suatu gedung pagelaran adalah sebagai berikut :  Kekerasan yang cukup Pada ruang auditorium sesekali terjadi suara keras tetapikekuatannyaterus melemah. Hal ini disebabkan energi suara pada saat perambata gelombang bunyi atau diserap oleh media ruang besar. Hilangnya energi bunyi dapat dkurangi dengan cara sebagai berikut : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 14 1. Auditorium harus dibentuk agar penonton sedekat mungkin dengan sumber bunyi, dengan demikian mengurangi jarak yang di tempuh bunyi. Penggunaan balkon sangat efektif untuk lebih mendekatkan banyak tempat duduk ke sumber bunyi. Dalam auditorium bentuk kipas dengan balkon, penonton dapat didudukkan dengan sumber bunyi daripada bentuk segi empat tanpa balkon. Gambar 2. 5. Bentuk audiotorium Sumber : Akustik Lingkungan, 1990 2. Sumber bunyi harus dinaikkan agar sebanyak mungkin terlihat, sehingga menjamin aliran gelombang bunyi langsung yang bebas gelombang yang merambat secara langsung dari sumber bunyi tanpa pantulan ke tiap pendengar. Gambar 2. 6. Sumber bunyi Sumber : Akustik Lingkungan, 1990 3. Lantai dimana tempat penonton duduk harus dibuat cukup landai atau miring ramped or raked, karena bunyi lebih mudah diserap bila merambat melewati penonton dengau sinar datang miring grazing incidence. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 15 Gambar 2. 7. Lantai penonton Sumber : Akustik Lingkungan, 1990  Difusi Yaitu suatu kondisi dimana gelombang bunyi dapat merambat ke segala arah sehingga tekanan bunyi pada tiap bagian sama besar. Hal ini dilakukan dengan menonjolkan elemen-elemen bangunan, misalnya langit-langit ditutup, dinding dibuat bergerigi.  Karakterstik dengung Dengung optimum harus disediakan dalam auditorium untuk memungkinkan yang paling disukai penonto dan penampilan yang efisien oleh pemain.  Perhitungan akustik Perhitungan yang dilakukan untuk ruang orkestra ini pada prinsipnya sama dengan perhitungan pada ruang concert hall. Bentuk lantai yang dipilih tidaklah murni simetris segi empat tetapi lebih memiliki sudut-sudut untuk menyesuaikan dengan prinsip akustiknya. Untuk perhitungan waktu penundaan bunyinya prinsip yang dipakai sama dengan prinsip pada concert hall yaitu jarak antara bunyi asli dengan bunyi pantul tidak lebih dari 30 milidetik. Selain penundaan waktu bunyi asli dengan bunyi pantul, yang harus diperhatikan juga adalah waktu dengung yang terjadi dalam ruang orkestra. Untuk ruang orkestra waktu dengung RT yang baik adalah : Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 16 Sumber : Akustik Ruang  Perhitungan volume ruang  Luas ruang auditorium = 900 m²  Panjang auditorium x lebar auditorium x tinggi auditorium p x l x t = volum 36 x 25 x 10 = 9000 m³  Perhitungan jarak antara penonton dan pemain  Mills 1976: 15 mengemukakan pendapat mengenai persyaratan jarak penonton dengan sumber bunyi untuk mendapatkan kepuasan dalam mendengar dan melihat pertujukan, jarak tempat duduk penonton tidak boleh lebih dari 20 m dari panggung agar penyaji pertunjukan dapat terlihat dan terdengar dengan jelas. Akan tetapi untuk mendapatkan kekerasan yang cukup saja, misalnya pada pementasan orkestra atau konser musik , toleransi jarak penonton dengan penyaji dapat lebih jauh hingga jarak maksimum dengan pendengar yang terjauh adalah 40 m, sebagaimana yang dikemukakan Mills 1976: 8.  Perhitungan jarak pandang Tinggi titik mata penontong = 112 cm. • Lebar tangga panggung tempat duduk T = 100 cm. • Jarak mata penonton C = 12,5 cm :hal ini memungkinkan rata-rata penonton melihat dari atas kepala penonton yang ada di depannya. • Tinggi panggung = 50 cm. • Jarak panggung ke kursi pertama = 250 cm. • Jumlah deret tempat duduk N = 22 deret. • Titik tujuan pandangan TTP = 50 cm dari dasar panggung; 122 cm dari tepi panggung. - Perhitungan Lantai Dasar 250 Hz 1.1 detik 500 Hz 1 detik 1000 Hz 1 detik 2000 Hz 1 detik Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 17 D1 = jarak Horisontal dari mata penonton ke TTP = 250 – 100 + 122 = 362 cm. E1 = tinggi mata penonton di deret pertama di atas bidang vocal = 122 – 50 + 50 = 12 cm. R = tinggi panggung kursi = TD1 [E1 + N-1 + C] = 100362 [12 + 13-1 + 12,5] = 10,08 cm ≈ 10 cm. - Perhitungan Balkon D1 = jarak Horisontal dari mata penonton ke TTP = 1050 – 100 + 122 = 1072 cm. E1 = tinggi panggung kursi ke-8 – tinggi TTP + H + tebal ujung konsol = 80 – 100 + 700 + 30 = 710 cm. R = tinggi panggung kursi balkon = TD1balkon [E1balkon + N-1 + C] = 1001072 [710 + 5-1 + 12,5] = 67,7 cm ≈ 68 cm. Setiap material memiliki karakter serap dan pantul yang berbeda untuk frekuensi yang berbeda. Misalnya material semen cenderung untuk memantulkan nada tinggi dan untuk nada rendah di teruskan. Sedangkan karpet cenderung untuk menyerap nada tinggi dan meneruskan nada rendah. Sering saya melihat orang membuat ruang studio atau ruang audio dengan memasang karpet di lantai dan dinding. Ruang seperti ini cenderung untuk memberikan efek suara yang “boomy” dengung dengan detail suara yang tidak baik. Rumus perhitungan RT60 adalah sebagai berikut: RT60 = 0,161 x V A x S V = volume ruangan m3 A = luas permukan material m2 S = koefisien serap material mdetik

E. Tata cahaya

Penerangan buatan, terdiri atas dua sub sistem: 1. Sistem penerangan untuk penglihatan visibility, terdiri atas: • Managerial lighting penerangan umum Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 18 • Safety lighting pada selasar atau koridor • Cleaners lighting panic lighting digunakan pada saat pembersihan atau keadaan darurat 2. Sistem penerangan untuk tata sinar digunakan pada R. Auditorium, R. Multipurpose, eksterior bangunan, terdiri atas: • Strip lamp • Flood lamp sinar memancar • Profile lamp sinar mengumpul • Mirror lamp sinar bujursangkar Dalam merancang ruang pertunjukan musik, salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah pencahayaan, baik didalam ruangan maupun diatas panggung. Cahaya yang menyilaukan akan menyulitkan pengunjung audience waktu melihat suatu obyek. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1997. Adapun jenis- jenis lampu dan aplikasinya terhadap pertunjukan musik, diantaranya adalah sebagai berikut: a. Mercury Lampu penerangan dengan intensitas yang besar. Lampu ini biasanava dinyalakan pada momen - momen tertentu dan bersifat dapat memberikan kejutan pada pertunjukan. b. Fluoresance Lampu ini digunakan untuk pencahayaan yang merata, kesan yang timbul dapat memberikan kesan akrab. c. Spotlight Lampu ini merupakan jenis lampu yang harus ada dalam setiap pertunjukan musik. Digunakan untuk mengarahkan pandangan penonton ke pementas. Spotlight juga dapat digunakan sebagai penghias panggung. d. Lampu redup Biasanya berjenis lampu halogen, mercury atau spotlight namun intensitasnya dibuat kecil. Lampu ini memberikan kesan misterius pada pertunjukan. e. Lampu Laser Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 19 Lampu ini digunakan sebagai penghias, dimana larnpu biasnya ditembakan ke dinding dan menghasilkan gambar yang diinginkan.

F. Bentuk langit – langit

Langit – langit perlu dimanfatkan dengan baik, agar diperoleh pemantulan – pemantulan bunyi yang tertunda dengan singkat dalam jumlah yang terbanyak. a. Langit – langit datar Langit – langit bentuk ini hanya menyediakan pemantulan dengan waktu tunda singkat yang terbatas. Gambar 2. 8. Potongan langit – langit datar Sumber : Akustik Lingkungan, 1990 b. Langit – langit yang dimiringkan Langit – langit yang dimiringkan dengan tepat lebih menyumbang pengadaan pemantulan bunyi yang berguna, yaitu kekerasan yang cukup, serta efektif memantulkan bunyi menuju tempat – tempat yang jauh dengan baik. Gambar 2. 9. Potongan langit – langit yang dimiringkan Sumber : Akustik Lingkungan, 1990

G. Pengunjung pertujukan musik.

Pengunjung pada pertunjukan musik klasik adalah masyarakat strata menengah ke atas hal ini disebabkan karena banyak masyarakat berfikir bahwa musik klasik adalah musiknya orang yang mempunyai daya intelektual tinggi. Maka dari itu peminat pagelaran musik klasik adalah orang yang mempunyai penghasilan menengah ke atas. Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 20

2.1.3 Studi Kasus

Studi kasus merupakan menganalisa data obyek yang ada di lapangan maupun pada literatur. Dengan syarat, fungsi obyek sebanding dengan obyek yang akan dirancang. Data yang di analisa sebuah studi obyek berkaitan dengan penganalisaan rancangan arsitektur dan persyaratan khusus sesuai dengan fungsi bangunan. Antara lain : a. Balai Sarbini Balai Sarbini merupakan gedung kesenian yang cukup ternama di Jakarta. Lokasinya terletak ditengah kota Jakarta, tepatnya di Plaza Semanggi. Gedung ini sering digunakan untuk pertunjukan konser, opera, drama dan musik kelas dunia. Balai Sarbini masih berada pada area Plaza Semanggi. Luas lahannya mencapai 70.239 m². Area lobby dengan luas 835 m², sedangkan pada hall utama 1.450 m². Balai Sarbini ini memiliki kapasitas sebanyak 1300 sheet, dengan kapasitas tempat duduk VIP sebanyak 46 sheet. Fasilitas yang terdapat di gedung Balai Sarbini ini dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu : a. Fasilitas Utama : Main hall :  Stage ± 261,54 m²  Tempat duduk penonton  Hall ± 242,70 m²  Ruang ganti ± 242,70 m²  Toilet ± 11,27 m²  Ruang kontrol ± 25 m²  Ruang proyektor ± 17,46 m²  Ruang penyimpanan sound system ± 10,73 m²  Ruang electrical ± 19 m² b. Fasilitas Penunjang :  Lobby  Cafe Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 21  Function room  Ruang pengelola c. Fasilitas Pelengkap :  Ruang AHU  Pantry  Toilet Kapasitas penonton dalam ruang ini 1330 orang, dengan pembagian kelas VIP 166 kursi, kelas A 398 kursi, kelas B 484 kursi, kelas C 285 kursi. Gedung kesenian ini sudah dilengkapi dengan system akustik yang baik, stage yang besar, hi-tech multimedia system, dan professional sound and lighting system. Gubahan Bentuk Bangunan Bentuk geometri dasar dari bangunan ini adalah lingkaran. Bentuk yang lingkaran ini diaplikasikan menjadi lingkaran yang melengkung atau cembung keatas, yang menyerupai sebuah topi yang terbuat dari baja, memberikan kesan yang menonjol diantara bangunan - bangunan yang mengapitnya. Tampilan Bangunan Dengan wujudnya yang lingkaran, gedung yang berfungsi sebagai gedung pertunjukan ini sangat bagus. Karena dengan bentuk yang melingkar, maka pemfokusan pengunjung terhadap pentas yang disajikan menjadi lebih fokus dan terarah. Gambar 2.10. Tampak atas Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 22 Penyelesaian Interior Lapisan kayu yang terpasang di dinding lobby dan bagian muka gedung memiliki fungsi berbeda dengan yang terdapat di dalam ruang pertunjukan. Di dalam ruang pertunjukan fungsinya sebagai pendukung kualitas akustik, sedangkan yang di luar lebih sebagai penyelesaian dekoratif ruang. Permukaan atap bagian dalam digambar biru langit, awan - awan putih, dan bintang besar, kontras dengan warna interior ruangan di bawahnya. Detail Dengan bentuk ruang yang bundar, berpotensi untuk adanya gema. Untuk meredam gema yang timbul tersebut dipasang piringan lebar di bawah kubah sebagai peredam gema, selain fungsinya lainnya sebagai lampu. Bentuk panggung Balai Sarbini bersusun tiga. Ukuran panggung mulai dari jarak ketinggian antar panggung yaitu 104 cm dengan total 532 cm Gambar 2.11. Entrace lobby Gambar 2.12. Ruang pertunjukan Gambar 2.13. Langit-Langit Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 23 sehingga dapat membuat jangkauan pandangan mata penonton tenuju di area panggung. Lebar panggung Balai Sarbini ini bervariasi yaitu 7 m panggung terbawah, 2,75 m panggung tengah, 2,90 m panggung paling atas. Material panggung berlapis kayu. Pada area duduk juga terdapat antidom yang dibuat tepat di pusat ruangan dengan diameter 16 in untuk meredam gema vertikal. Adapula bahan khusus yang disemprotkan merata pada langit - langit tebalnya 7 cm. Bahan ini dapat menimbulkan tekstur yang berguna untuk mengoptimalkan peredaman gema. Dinding menggunakan material kayu sebagai pelapis, fungsinya sebagai pendukung kualitas akustik. Pada dinding dibuat bidang maju mundur untuk memecah gema horisontal melingkar. Lantai yang terdapat pada area duduk menggunakan material karpet sehingga dapat meredam gema. b. Royal Albert Hall Salah satu gedung konser musik klasik yang terkenal di Inggris adalah Royal Albert Hall, di London yang selesai dibangun pada tahun 1871. Gedung konser ini mampu menampung penonton sebanyak 5080 orang yang duduk di kursi dan 1000 orang penonton berdiri. Sampai saat ini gedung konser ini telah mengalami beberapa kali renovasi dan juga perbaikan di bagian interiornya agar mampu menghasilkan kondisi medan suara yang lebih baik bagi penontonnya. Fasilitas yang terdapat di Royal Albert Hall ini dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu : a. Fasilitas Utama : Gambar 2.14. Stage Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 24 Main hall :  Stage  Tempat duduk penonton  Hall  Ruang ganti  Toilet  Ruang kontrol  Ruang penyimpanan sound system  Ruang electrical b. Fasilitas Penunjang :  Lobby  Ruang pengelola  Ruang AHU  Toilet Gubahan Bentuk Bangunan Bentuk geometri dasar dari bangunan ini adalah lingkaran. Bentuk yang lingkaran ini diaplikasikan menjadi sebuah bentuk dome, karena bangunan ini terletak di daerah eropa yaitu tepatnya di london maka mempunyai ciri khas tersendiri seperti cendelanya yang berbentuk lengkung serta pilar- pilarnya yang besar. Gambar 2.15. Tampak Bangunan Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 25 Tampilan Bangunan Dengan wujudnya yang lingkaran, gedung yang berfungsi sebagai gedung pertunjukan ini sangat bagus. Karena dengan bentuk dome bangunan ini dapat terlihat fokus waktu pertunjukan di adakan. Penyelesaian Interior Bagian interior Royal Albert hall nampak jelas bahwa pada tempat duduk penonton berbentuk melingkar,ini dikarenakan semua penonton dapat melihat dengan jelas dan fokus pada pertunjukan yang digelar. Dan juga jarak antara lantai bawah dengan atap cukup tinggi, ini juga dapat mengurangi pantulan yang berlebih dan juga mengatur penghawaan yang bagus. Untuk pembagian kelas seperti VIP, Kelas A, Kelas B, dan Kelas C maka di gedung ini ditandai dengan beberapa tingkat, seperti VIP berada di circle dekat stage sedangkan Kelas B berada circle atasnya VIP dan seterusnya. Gambar 2.17. Denah Main Hall Gambar 2.16. Tempat Duduk Penonton Hak Cipta © milik UPN Veteran Jatim : Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan dan menyebutkan sumber. 26 Detail Untuk mengurangi pantulan lebih besar maka langit-langit lebih tinggi dan menggunakan bahan material yang dapat menyerap pantulan yang terjadi. Langit-langit tidak berbentuk persegi karena pantulan yang ada bisa terjadi dari samping maka untuk menyiasati itu langit-langit berbentuk lingkaran yang cembung.

2.1.4 Persyaratan Pokok Proyek