Analisis Kestabilan Yang Dipercepat Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT

21 A= Faktor Frekuensi, Faktor jumlah tumbukan R = Konstanta gas universal T = Suhu mutlak K e = Basis logaritmik naturalis 2,718 k = Konstanta kecepatan reaksi Voigt, 1995. Untuk menentukan ketergantungan kecepatan reaksi terhadap suhu maka harga k dapat ditentukan dari berbagai suhu dimana minimal tiga peringkat suhu Voigt, 1995. Kecepatan reaksi kimia tergantung pada jumlah terjadinya tumbukan dua molekul atau atom yang kemudian menghasilkan produk. Peningkatan temperatur akan menyebabkan peningkatan tumbukan sehingga terjadi peningkatan kecepatan reaksi Connors dkk, 1986.

M. Analisis Kestabilan Yang Dipercepat

Nilai k untuk penguraian obat dalam larutan pada berbagai temperatur yang dinaikkan diperoleh dengan memplot beberapa fungsi konsentrasi terhadap waktu, seperti yang terlihat pada gambar 5. Logaritma laju penguraian kemudian diplot terhadap kebalikan dari temperatur mutlak seperti yang terlihat pada gambar 6 dan hasil berupa garis lurus diekstrapolasi sampai temperatur ruang, dimana k 25ºC digunakan untuk memperoleh kestabilan obat pada kondisi penyimpanan biasa Martin dkk, 1993. Berdasarkan pada plot Arrhenius gambar 6 diperoleh slope yang sama dengan –Ea2,303 R, sehingga dari plot Arrhenius bisa menentukan energi aktivasi dan kecepatan degradasi pada suhu ruang 25 o C Connors dkk, 1986. 22 Gambar 5. Penguraian obat dalam larutan air pada temperatur yang dinaikkan Matin dkk, 1993 1T x 10 6 Gambar 6. Plot Arrhenius Martin dkk, 1993

N. Kromatografi Cair Kinerja Tinggi KCKT

Teori yang mendasari KCKT adalah teori kromatografi cair. Prinsip kerja dari kromatografi cair kinerja tinggi adalah pemisahan komponen-komponen sampel dengan cara melewatkan sampel pada suatu kolom, sehingga ada komponen yang ditahan lebih kuat dan ada yang ditahan lebih lemah oleh kolom atau fase diam. Untuk yang ditahan lebih lemah maka akan keluar dari kolom 70 C 60 C 50 C 40 C 30 C 25 C 20 C Log k Time in hours Konsentrasi 40 C 50 C 60 C 70 C 23 lebih cepat dan yang ditahan lebih kuat akan keluar lebih akhir. Setelah sampel terpisah dan keluar dari kolom maka komponen sampel akan masuk ke dalam suatu detektor. Detektor akan mengukur kadar masing- masing komponen yang responnya diolah oleh prosesor dan ditampilkan oleh detektor dalam suatu kromatogram. Pada dasarnya adalah membandingkan respon dari komponen sampel dengan respon dari larutan standar. Analisis dengan menggunakan KCKT diperlukan standar yang benar-benar murni atau disebut HPLC grade Khopkar, 1990. Detektor yang digunakan untuk sesuai dengan zat yang dianalisis. Salah satu detektor dari KCKT adalah detektor UV ultraviolet, prinsip kerja dari detektor ini adalah spektrofotometri ultraviolet dan sampel yang dianalis harus menyerap sinar UV setelah sampel melewati kolom lalu melewati flow cell. Intensitas sinar yang keluar akan lebih kecil dari sinar yang masuk karena ada yang diabsorbsi oleh sampel. Besarnya absorbsi yang dinyatakan dengan ukuran absorban sebanding dengan kadar zat yang dianalisis. Detektor ini sifatnya spesifik yang artinya hanya dapat digunakan untuk zat- zat yang menyerap sinar UV Mulja dan Suharman, 1995. Proses pemisahan dalam kolom untuk kromatografi partisi yaitu fase diam yang digunakan adalah fase terikat yang berupa lapisan tipis menyerupai film yang dilapisi silika. Fase terikat yang paling banyak digunakan adalah C 18 yang bersifat non polar. Fase geraknya adalah campuran senyawa yang bersifat polar seperti campuran air- metanol, air-asetonitril dan sebagainya. Prinsip 24 pemisahannya adalah partisi zat terlarut sampel diantara fase gerak dan fase diam Mulj a dan Suharman, 1995.

O. Keterangan Empiris