Pengertian Pembelian Impulsif Aspek-aspek Pembelian Impulsif

B. Kecenderungan Pembelian Impulsif

1. Pengertian Pembelian Impulsif

Rook 1987 menggambarkan bahwa pembelian impulsif terjadi ketika seseorang mengalami dorongan yang tiba-tiba, sering kali kuat dan menetap untuk segera membeli sesuatu. Dorongan untuk membeli melibatkan elemen hedonis yang rumit dan dapat menimbulkan konflik emosional. Pembelian impulsif juga cenderung dilakukan tanpa pertimbangan lebih lanjut mengenai konsekuensi dari pembelian tersebut. Dengan kata lain, pembelian impulsif merupakan pembelian tidak terencana yang melibatkan dirasakannya dorongan yang tiba-tiba, kuat, dan tidak dapat ditahan untuk membeli sesuatu Beatty dan Ferrell, 1998. Beatty dan Ferrell 1998 sedikit memperluas pengertian pembelian impulsif yang dikemukakan oleh Rook 1987. Pembelian impulsif didefinisikan sebagai pembelian tiba-tiba dan segera yang dilakukan tanpa maksud untuk membeli sebelumnya, terjadi setelah konsumen mengalami dorongan untuk membeli, serta cenderung dilakukan secara spontan dan tanpa banyak refleksi Beatty dan Ferrell, 1998. Pembelian suatu barang yang dilakukan karena teringat bahwa persediaan di rumah telah habis atau untuk memenuhi tujuan tertentu yang telah direncanakan misalnya membeli hadiah untuk seseorang tidak dapat dikatakan sebagai pembelian impulsif Beatty dan Ferrell, 1998; Verplanken dan Aarts dalam Verplanken dan Herabadi, 2001. Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa pembelian impulsif merupakan pembelian tidak terencana yang ditandai dengan dirasakannya keinginan yang sangat kuat, menetap, dan tidak dapat ditahan untuk membeli sesuatu, dan biasanya disertai reaksi emosional yang kuat, serta dilakukan tanpa banyak pertimbangan.

2. Aspek-aspek Pembelian Impulsif

Dalam penelitian yang dilakukan Rook 1987, ditemukan delapan fitur perilaku yang biasanya muncul pada pembelian impulsif. Tidak semua fitur muncul pada subjek penelitian. Kedelapan fitur ini disimpulkan berdasarkan prosentase subjek penelitian yang mengaku mengalaminya. Fitur-fitur tersebut adalah dorongan spontan untuk membeli 32, kekuatan dan kompulsi 31, kegairahan dan stimulasi, 19, sinkronisitas 5, animasi produk 6, elemen hedonis merasa baik atau merasa buruk, 41, konflik baik atau buruk, kontrol atau mengikuti kesukaan hati, 29, dan mengabaikan konsekuensi tidak disebutkan. Di samping fitur-fitur perilaku yang sering muncul pada pembelian impulsif tersebut, Verplanken dan Herabadi 2001 menyatakan bahwa setidaknya terdapat dua aspek penting yang menandai pembelian impulsif. Kedua aspek tersebut adalah aspek kognitif dan aspek afektif. a. Aspek Kognitif Aspek kognitif mencakup kurangnya perencanaan dan pertimbangan ketika melakukan pembelian impulsif. Kurangnya pertimbangan dapat terjadi karena beberapa alasan. Misalnya, ketika pembelian yang dilakukan merupakan pembelian barang kebutuhan rutin, atau barang yang sebenarnya sudah ingin dibeli sejak lama tetapi baru ditemukan saat itu Verplanken dan Herabadi, 2001. Pembelian impulsif pada umumnya dilakukan oleh atas dasar pertimbangan hedonis atau berfokus pada kesenangan daripada pertimbangan utilitarian yang lebih berfokus pada kebutuhan sebenarnya Herabadi, Verplanken, dan van Knippenberg, 2009. b. Aspek Afektif Aspek afektif mencakup dirasakannya emosi yang kuat ketika melakukan pembelian impulsif. Suatu pembelian baru dapat dikatakan sebagai pembelian impulsif jika melibatkan respons emosi yang kuat. Respon emosi dapat muncul sebelum, selama, atau pun setelah melakukan pembelian Verplanken dan Herabadi, 2001. Afek positif maupun negatif dapat menjadi penyebab awal dari pembelian impulsif Mick dan Demoss, 1990; Rook dan Gardner, 1993; Youn dan Faber, 2000 dalam Vohs dan Faber, 2007. Saat melakukan pembelian impulsif, emosi yang paling sering muncul adalah rasa senang dan bergairah. Selain itu, biasanya dirasakan pula keinginan yang tiba-tiba untuk segera melakukan pembelian. Hal tersebut dapat dikatakan sebagai bentuk ringan dari kompulsi Verplanken dan Herabadi, 2001. Setelah melakukan pembelian, dapat pula muncul rasa menyesal, misalnya karena telah menghabiskan uang untuk membeli barang yang sebenarnya tidak dibutuhkan Dittmar dan Drury, 2000.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelian Impulsif