C. Trait Kecerdasan Emosional
1. Model-model Kecerdasan Emosional
Kecerdasan emosional mulai banyak diteliti sejak dipopulerkan oleh Goleman pada tahun 1995 dengan klaim bahwa kecerdasan emosional
menentukan kesuksesan individu dua kali lebih besar daripada IQ Huffman, Vernoy, dan Vernoy, 1997; Mayer, Salovey, dan Caruso, 2000;
Papalia, Olds, dan Feldman, 2005. Banyak model kecerdasan emosional yang berkembang dan secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga
model, yaitu model kemampuan, campuran, dan trait. Pembedaan ini dianggap perlu karena model yang berbeda memiliki sudut pandang dan
pengukuran yang berbeda pula Mayer, Salovey, dan Caruso, 2000; Perez, Petrides, dan Furnham, 2005.
Model kecerdasan emosional yang pertama, yaitu model kemampuan, dikembangkan oleh Mayer, Salovey, dan Caruso. Kecerdasan
emosional didefinisikan sebagai kemampuan individu dalam menangkap dan mengekspresikan emosi, mengasimilasikan emosi ke dalam pikiran,
memahami dan berpikir dengan emosi, serta mengatur emosi dalam diri sendiri maupun orang lain. Model ini memandang kecerdasan emosional
sebagai sebuah kemampuan yang setara dengan bentuk kecerdasan dan paling tepat diukur dengan tes performansi maksimal Mayer, Salovey,
dan Caruso, 2000. Model yang kedua adalah model campuran, di mana pengembang
konsep kecerdasan emosional menggabungkan kemampuan, ketrampilan,
dan sifat-sifat individu ke dalam konsep kecerdasan emosional yang disusunnya. Dalam pengukurannya, model ini menggunakan respons
tipikal atau pelaporan diri self-report. Konsep yang ditawarkan oleh model-model campuran ini dinilai kurang sesuai dengan metode
pengukuran dari tiap konsep Mayer, Salovey, dan Caruso, 2000; Petrides, Furnham, dan Mavroveli, 2007.
Seiring dengan semakin banyaknya konsep kecerdasan emosional dengan model campuran yang kurang memenuhi standar-standar ilmiah
sebuah konstruk, Petrides menawarkan cara pandang lain yang saat ini disebut dengan model trait. Petrides beranggapan bahwa konsep
kecerdasan emosional dengan model kemampuan dan trait pada dasarnya mengacu pada gagasan yang sama, yaitu tentang kualitas individu yang
terkait dengan emosi. Perbedaan utamanya terletak pada pandangan bahwa model kemampuan memandang kecerdasan emosional merupakan suatu
bentuk kecerdasan inteligensi sedangkan model trait lebih memandang kualitas-kualitas individu terkait emosi sebagai bagian dari kepribadian.
Konsekuensinya, metode pengukuran yang digunakan kedua model tersebut juga berbeda. Kecerdasan emosional dengan model kemampuan
diukur dengan tes performansi maksimal sedangkan kecerdasan emosional dengan model trait diukur dengan tes respons tipikal Perez, Petrides, dan
Furnham, 2005; Petrides, Furnham, dan Mavroveli, 2007. Dalam penelitian ini, model kecerdasan emosional yang dijadikan
acuan adalah kecerdasan emosional dengan model trait yang
dikembangkan oleh Petrides dan Furnham. Kecerdasan emosional dengan model trait ini sering disebut trait kecerdasan emosional atau efikasi diri
emosional emotional self-efficacy. Peneliti menggunakan model ini berdasarkan beberapa alasan. Pertama, model ini dinilai sebagai sebuah
konstruk yang komprehensif dari segi cakupan domain-domain kepribadian yang berhubungan dengan emosi Carroll dalam Petrides et al,
2010. Kedua, model trait dipandang sesuai dengan subjektivitas emosi Petrides, 2010. Ketiga, pengukuran kecerdasan emosional dengan model
ini lebih mudah dan tidak menghadapi masalah-masalah ketidaksesuaian konstruk dengan alat ukur seperti yang terjadi pada pengukuran
kecerdasan emosional dengan model kemampuan dan campuran PĂ©rez, Petrides, dan Furnham, 2005; Petrides, Furnham, dan Frederickson, 2004.
Pengkajian secara psikometris juga menunjukkan bahwa kecerdasan emosional dengan model trait ini menjanjikan alat ukur dengan atribut
psikometris yang unggul dibandingkan dengan alat ukur lain yang berdasarkan pada model kemampuan, campuran, ataupun trait Gardner
dan Qualter, 2010; Petrides et al, 2007; Petrides et al, 2010.
2. Pengertian Trait Kecerdasan Emosional