11
c. Toleransi berarti bahwa obat dapat menghambat tetapi tidak bisa mematikan Staphylococcus, artinya terdapat perbedaan yang sangat besar antara konsentrasi
hambat minimal dan konsentrasi bunuh minimal suatu antimikroba. Toleransi kadang-kadang disebabkan oleh tidak adanya proses aktivasi enzim autolitik
dalam dinding sel Jawetz, Melnick Adelberg, 1996.
E. Identifikasi Kualitatif Kandungan Senyawa Aktif
Identifikasi kualitatif bertujuan untuk mengetahui kandungan senyawa aktif yang berguna untuk pengobatan. Analisis kualitatif dapat dilakukan dengan uji
tabung dan atau uji kualitatif secara KLT. Uji tabung merupakan analisis kualitatif dengan cara mereaksikan bahan tanaman dengan larutan atau pereaksi tertentu,
sehingga diperoleh hasil yang mengarah ke kandungan senyawa aktif dari bahan tanaman tersebut. Uji tabung meliputi uji alkaloid, uji antrakinon, uji polifenol, uji
tanin zat samak, uji kerdenolida, uji saponin dan uji minyak atsiri. Hasil dari uji tabung dapat dipertegas dengan analisis kualitatif secara KLT.
Kromatografi lapis tipis adalah metode pemisahan berdasarkan sifat-sifat fisikokimia Stahl, 1985. Kelebihan KLT adalah keserbagunaan, kecepatan dan
kepekaannya. Keserbagunaan KLT dikarenakan sejumlah penyerap yang berbeda- beda dapat disaputkan pada pelat kaca penyangga lain. Kecepatan eluasi KLT yang
besar karena sifat kepekaan yang tinggi sehingga hanya memerlukan sampel dalam jumlah kecil Harborne, 1987.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemisahan senyawa dalam KLT adalah struktur kimia dari senyawa yang dipisahkan, sifat dari penjerap, tebal dan kerataan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
dari lapisan penjerap, derajat kemurnian dari fase gerak, derajat kejenuhan uap dalam bejana pengembangan, jumlah cuplikan yang digunakan, suhu, kesetimbangan antara
atmosfer dalam bejana jenuh dengan uap pelarut Sastrohamidjojo, 2002 Pada umumnya KLT dilakukan dengan cara pengembangan naik di dalam
suatu bejana yang dindingnya dilapisi kertas saring, sedangkan deteksi senyawa pada pelat KLT biasanya dilakukan dengan menyemprotkan pereaksi tertentu. Jarak
pengembangan senyawa pada kromatogram dinyatakan dengan angka Rf Retention factor
awal titik
dari depan
garis jarak
awal titik
dari bercak
pusat k
jarak titi Rf
= Stahl, 1985
Fase diam yang digunakan adalah silika gel GF 254 dengan fase gerak kloroform-metanol-air 64 : 50 : 10 vv. Silika gel merupakan penjerap yang paling
banyak dipakai dalam KLT. Silika gel yang ditambah bahan pengikat gypsum dikenal dengan istilah ”silika gel G”, apabila ditambahkan zat yang mudah
berfluoresensi agar mudah diidentifikasi disebut ”silika gel GF”. Fase gerak adalah media angkut yang terdiri dari satu atau beberapa pelarut. Fase gerak bergerak dalam
fase diam, yaitu suatu lapisan berpori karena adanya gaya kapiler Stahl, 1985. Terdapat berbagai kemungkinan untuk deteksi senyawa pada kromatogram.
Deteksi paling sederhana adalah jika senyawa menunjukkan penyerapan di daerah UV gelombang pendek 254 nm atau jika senyawa itu dapat dieksitasi ke fluoresensi
radiasi UV gelombang panjang 365 nm. Jika dengan kedua cara itu senyawa tidak dapat dideteksi harus dicoba dengan reaksi kimia yaitu pereaksi warna atau pereaksi
semprot Stahl, 1985.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
Penting diingat bahwa pereaksi warna harus mencapai pelat KLT dalam bentuk tetesan yang sangat halus sebagai aerosol dan bukan sebagai semprotan yang
kasar. Biasanya hal ini tidak bisa dicapai bila digunakan semprot bola. Pembentukan warna yang optimum seringkali memerlukan peningkatan suhu dan waktu tertentu
Stahl, 1985. Identifikasi kualitatif kandungan senyawa aktif dalam infus akar ginseng
merah dapat dilakukan dengan uji tabung dan dilanjutkan dengan analisis secara KLT. Analisis kualitatif secara KLT menggunakan fase diam silika gel GF 254 dan
fase gerak kloroform : metanol : air 64 : 50 : 10 vv. Dengan analisis secara KLT dapat ditentukan kandungan senyawa aktif yang terdapat dalam infus akar ginseng
merah. Kandungan kimia akar ginseng merah meliputi anthocyanin, ascorbic-acid, beta-karoten, betanin, caryophyllene, jaligonic-acid, niacin, oleanolic-acid,
riboflavin dan thiamin Duke, 1992. Kandungan aktif utama pada akar ginseng merah ini adalah saponin triterpenoid Nuskha, 2004. Senyawa saponin diketahui
mempunyai aktivitas sebagai antimikroba Evans Trease, 1989.
F. Landasan Teori