Konduksi Termal Koefisien perpindahan kalor konveksi

A : Luas permukaan benda yang tegak lurus arah perpindahan kalor m 2 k : Konduktivitas termal bahan Thermal conductivity : Perbedaan suhu ℃ dx : Tebal benda m Tanda minus digunakan untuk memenuhi hukum kedua termodinamika, yaitu kalor akan mengalir ketempat yang lebih rendah dalam skala suhu. Persamaan 2.1 disebut hukum Fourier tentang konduksi kalor.

2.3 Konduksi Termal

Konduktivitas termal k merupakan perhitungan kapasitas hantar panas suatu bahan, atau bisa juga dikatakan konduktivitas adalah sifat bahan yang menunjukkan seberapa cepat bahan itu menghantarkan panas konduksi. Persamaan konduktivitas kalor k adalah . Nilai konduktivitas termal suatu bahan dapat diukur berdasarkan hukum Fourier. Nilai konduktivitas termal bahan dapat dilihat dalam Tabel 2.1, untuk memperlihatkan urutan besaran yang mungkin didapatkan dalam praktek. Pada umumnya konduktivitas termal bahan sangat tergantung pada suhu dan struktur atomik bahan. Tabel 2.1 Nilai konduktivitas termal beberapa bahan J.P.Holman, Sixth Edition hal 8 Bahan ℃ Logam : Perak murni 410 237 Tembaga murni 385 223 Alumunium murni 202 117 Nikel murni 93 54 Besi murni 73 42 Baja karbon 1 43 25 Timbal murni 34 20,3 Baja krom-nikel 18 Cr, 8 Ni 16,3 9,4 Bukan logam : Kuarsa sejajar sumbu 41,6 24 Magnesit 4,15 2,4 Marmer 2,08-2,94 1,2-1,7 Batu pasir 1,83 1,06 Kaca jendela 0,78 0,45 Wol kaca 0,038 0,02 Zat cair Air raksa 8,21 4,74 Air 0,556 0,327 Amoniak 0,54 0,312 Minyak pelumas SAE 50 0,147 0,085 Freon 12 0,073 0,042 Gas Hidrogen 0,175 0,101 Helium 0,141 0,081 Udara 0,024 0.0139 Uap air jenuh 0,0206 0,119 Nilai k semakin besar artinya kalor dapat mengalir dengan mudah dan cepat. Bahan logam, umumnya memiliki nilai konduktivitas termal yang lebih baik dibandingkan dengan bahan yang bukan logam.

2.4 Perpindahan kalor konveksi

Perpindahan kalor konveksi adalah proses transfer panas cairan atau gas fluida yang suhunya lebih tinggi mengalir ke permukaan benda yang suhunya lebih rendah. Fluida mengalir melalui permukaan benda yang suhunya berbeda, energi panas akan mengalir diantara permukaan benda yang suhunya lebih tinggi ke benda yang suhunya lebih rendah. Laju aliranya tergantung pada sifat fisik fluida dan macam aliran fluida J.P.Holman, 1995. Dengan kata lain, perpindahan kalor konveksi adalah perpindahan aliran panas melalui molekul– molekul. Contoh, pada waktu kita merebus air, air panas yang dibawah naik ke atas. Contoh aplikasi pada motor, pada radiator. Gambar 2.2 Skema perpindahan kalor konveksi Persamaan Perpindahan kalor konveksi adalah: q = h.A. - .................................................................................................2.2 dengan : q : Laju perpindahan kalor konveksi Watt A : Luas permukaan benda yang bersentuhan dengan fluida m 2 h : Koefisien Perpindahan kalor konveksi dengan satuan : Suhu permukaan benda ℃ : Suhu fluida ℃ Perpindahan kalor konveksi terjadi jika ada medium yang bergerak, misalnya fluida udara, air, gas. Perpindahan kalor konveksi dibedakan menjadi 2 yaitu: konveksi alami dan konveksi paksa. Persamaan 2.2 disebut hukum Newton tentang konveksi kalor.

2.4.1 Konveksi alamiah

Perpindahan kalor konveksi alamiah adalah perpindahan panas karena beda suhu dan beda kerapatan fluida, tidak ada energi luar yang mendorongnya. Perbedaan suhu antara permukaan benda padat dengan fluida mengakibatkan panas mengalir. Permukaan benda yang bersentuhan dengan fluida mengalami perubahan kerapatan, perubahan kerapatan mengakibatkan fluida yang lebih berat mengalir ke bawah, dan fluida yang lebih ringan akan mengalir ke atas. Arus konveksi bebas dan arus konveksi paksa berfungsi mentransferkan energi panas yang tersimpan dalam fluida. Perbedaannya adalah intensitas gerakan pencampurannya, konveksi bebas umumnya memiliki nilai koefisien perpindahan kalor konveksi lebih kecil dibandingkan konveksi paksa.

2.4.2 Konveksi paksa

Perpindahan kalor konveksi paksa adalah perpindahan panas yang terjadi karena adanya beda suhu, aliran fluida disebabkan karena energi luar yang mendorongnya; yang berasal dari pompa, kipas fan.

2.5 Koefisien perpindahan kalor konveksi

Koefisien perpindahan kalor konveksi h bervariasi terhadap: jenis aliran laminer dan turbulen, bentuk ukuran benda dan area yang dialiri fluida, sifat- sifat dari fluida, suhu rata-rata dan posisi sepanjang permukaan benda. Selain pengaruh diatas, nilai koefisien perpindahan kalor konveksi h juga dipengaruhi mekanisme perpindahan panas dengan konveksi paksa gerakan fluida karena bantuan pompa atau kipas, atau dengan konveksi bebas. Pada Tabel 2.2 disajikan nilai Koefisien perpindahan kalor konveksi h dengan kondisi yang berbeda.

2.6 Efisiensi dan Efektivitas sirip