Tujuan Penulisan Tujuan Dan Manfaat Penulisan

sampai ke wilayah Nusantara untuk berdagang, walaupun belum diikuti oleh proses Islamisasi. Wilayah Majapahit yang sangat luas terdiri dari laut dan daratan menjadikan Majapahit sebagai kerajaan yang kaya dan subur. Meskipun wilayah laut Majapahit sangatlah luas namun Majapahit bukan kerajaan Maritim. Kemajuan ekonomi Majapahit didukung oleh sektor pertanian dan perdagangan, wilayah laut dalam hal ini hanya digunakan sebagai jalan untuk berdagang dengan para pedagang dari bangsa lain. Berdasarkan berita Cina dari Dinasti Ming, Jawa memiliki tiga buah pelabuhan Tuban, Gresik, dan Surabaya. Pelabuhan-pelabuhan tersebut disinggahi pedagang-pedagang dari Campa, Khmer, Thailand, Burma, Srilangka, dan India. Pedagang-pedagang dari bangsa asing tersebut membawa barang dagang khas dari daerah mereka masing-masing 2 . Barang yang mereka bawa kemudian mereka tukarkan dengan barang dagang dari kerajaan Majapahit itu sendiri seperti rempah-rempah. Kondisi wilayah Majapahit terutama Jawa yang sangat ramai dengan jalur perdagangan membuat masyarakat Majapahit semakin maju dan mulai mengenal bangsa serta kebudayaan asing. Perdagangan di Majapahit tidak hanya terjadi di daerah pesisir saja, melainkan sampai menyentuh pedalaman Majapahit. Kemajuan perdagangan Majapahit juga didukung oleh dua sungai besar yaitu sungai Brantas, dan Bengawan Solo 3 . Kedua sungai itu merupakan jalur transportasi yang cukup penting bagi Majapahit karena membuat perdagangan semakin meluas dan menguntungkan para pedagang untuk melebarkan bisnisnya. Pelabuhan sungai Bubat, Pelabuhan sungai Trung, dan 2 Esa Damar Pinuluh, Pesona Majapahit Yogyakarta: Bukubiru, 2010, hlm. 86 3 Ibid,hlm. 62 pelabuhan sungai Canggu. Perdagangan yang meluas dan tidak hanya terjadi di wilayah pesisir saja, semakin membuat masyarakat Majapahit semakin maju. Penemuan makam Islam di Troloyo sendiri telah menjelaskan bahwa Islam waktu itu telah menyebar masuk dalam lingkungan Ibukota Majapahit. Dengan adanya jalur transportasi sungai memudahkan para pedagang termasuk pedagang asing untuk masuk ke dalam wilayah Majapahit. Makin ramainya perdagangan dan pelayaran di Asia Tenggara sangat mempengaruhi pelabuhan-pelabuhan di pesisir Jawa. Beberapa diantaranya tumbuh menjadi kota-kota pelabuhan besar dan ramai yang sering dikunjungi oleh pedagang-pedagang dari Arab, Persia, Gujarat, Benggala, dan Malaka 4 . Ketika para pedagang-pedagang asing tersebut tiba di Majapahit, dan memulai perdagangan, mereka tidak hanya berdagang lalu pulang ke negara asal mereka, faktor alam membuat mereka ingin tinggal sementara waktu di kota-kota pelabuhan yang mereka singgahi. Kedatangan para pedagang asing pada waktu itu menggunakan alat transportasi kapal layar yang masih menggunakan angin sebagai tenaga penggeraknya. Oleh karena itu para pedagang asing tidak bisa pulang pergi setiap saat, mereka menunggu arah angin yang tepat untuk kembali lagi ke daerah asal mereka. Jeda waktu menunggu angin musim tentunya sangatlah lama bisa berbulan-bulan lamanya. Alasan inilah yang membuat para pedagang asing tersebut tinggal sementara waktu di kota-kota pelabuhan. Para pedagang asing tersebut rata-rata merupakan orang Arab, dan Gujarat yang telah memeluk agama Islam. Tinggalnya mereka di kota-kota pelabuhan Majapahit 4 Ibid,hlm. 89