Po kong di Semarang. Berita kelenteng Sam Po Kong menjelaskan bahwa Bong Swi Hoo Sunan Ngampel, pada tahun 1419 di kirim ke Swan Liong
Palembang. Dalam waktu singkat kemudian ia diutus untuk pergi ke Jawa tepatnya ke Tuban untuk menemui kapten Cina ya bernawa Gan Eng Cu yang
memiliki kekuasaan secara De Facto sebagai kepala pelabuhan di Tuban. Bong
Swi Hoo kemudian diangkat menantu oleh Gang Eng Cu, kemudian ia diangkat oleh Gang Eng Cu sebagai kapten Cina di Bangil yang terletak di muara sungai
Porong. Sebagai seorang Cina Muslim Bong Swi Hoo terus menyebarkan agama Islam di wilayah kekuasaannya
18
. Sebagai seorang Walisongo peranan penting Sunan Ngampel adalah
mengislamkan orang-orang Cina maupun pribumi pada masa kerajaan Majapahit. Hasil yang dicapai oleh Sunan Ngampel dalam penyebaran agama Islam adalah
membentuk masyarakat Ngampel Denta sebagai masyarakat Muslim yang pernah hidup dalam masa Majapahit terutama masa pemerintahan Raja Suhita dan Raja
Kertabumi. Awal mula terbentuknya masyarakat Islam di Ngampel, bermula ketika Sunan Ngampel Bong Swi Hoo meminta ijin kepada pemerintah
Majapahit untuk membentuk masyarakat Islam Tionghoa
19
. Pada waktu itu masyarakat Tionghoa Islam memang telah banyak yang menetap di Ngampel,
namun karena Islam diterima oleh penduduk pribumi gerakan pembentukan masyarakat Tionhoa Islam beralih menjadi pembentukkan masyarakat Jawa Islam.
Sunan Ngampel Bong Swi Hoo dalam menyebarkan agama Islam kepada masyarakat Majapahit, ternyata tidak sendiri. Ia di bantu oleh beberapa murid-
18
Ibid, hlm. 97
19
Ibid,hlm. 187
muridnya, yaitu Sunan Bonang, dan Sunan Giri. Menurut Babat Tanah Jawi Sunan Bonang adalah anak kandung dari Sunan Ngampel, sedangkan Sunan Giri
adalah putra dari Wali Lanang
20
. Terlepas dari asal-usul kedua Sunan tersebut, yang jelas Sunan Bonang, dan Sunan Giri diasuh oleh Sunan Ngampel dengan
latar belakang Jawa Islam bukan lagi Tionghoa Islam. Karena Sunan Bonang dan Sunan Giri terdidik dalam masyarakat Jawa Islam, maka cara penyebaran atau
penyampaian agama Islam juga menggunakan tradisi-tradisi Jawa atau tradisi yang sudah ada dan mengubah menjadi bernafaskan Islam
21
. Beberapa karya Sunan Bonang adalah pencipta
gending Darma, dan mengubah dan mengubah hari-hari nahas dalam agama Hindu kedalam Islam. Sunan Giri menciptakan
Gending Asmarandana, Pucung, dan lagu anak dolanan. Dalam penyebaran agama Islam Sunan Bonang memfokuskan diri di daerah Tuban, sedangkan Sunan
Giri memfokuskan diri di Giri Gajah.
20
Ibid, hlm. 103
21
Nur Syam, op.cit., hlm. 70
42
BAB IV DAMPAK PERKEMBANGAN AGAMA ISLAM
BAGI KERAJAAN MAJAPAHIT
A. Munculnya Kadipaten Islam Demak
Banyak berita ataupun buku menulis tentang kerajaan Majapahit runtuh pada tahun saka 1400 karena serangan dari kerajaan Islam Demak. Namun apakah
Majapahit runtuh hanya karena serangan dari kerajaan Islam Demak, yang pada waktu itu baru seumur jagung, atau ada beberapa faktor lain yang lebih
berpengaruh terhadap runtuhnya kerajaan Majapahit. Untuk mengetahui bagaimana kronologi runtuhnya kerajaan Majapahit maka perlu juga diketahui
kondisi Majapahit pada waktu itu. Sistem pemerintahan Majapahit yang sangat terbuka, membuat Majapahit
menerima banyak hal baru dari waktu kewaktu. Salah satu perubahan yang muncul adalah adanya komunitas Islam dalam kerajaan Majapahit. Dalam hal ini
ada beberapa pejabat kerajaan yang telah memeluk Islam. Islam tidak hanya berkembang dari dalam kerajaan saja, melainkan dari daerah pesisir. Daerah
pesisir pada waktu itu sangatlah ramai dengan adanya perdagangan Internasional. Bersamaan dengan perdangan internasional lalu muncul pendakwah-pendakwah
Islam dari Arab, dan juga dari negeri tetangga yang telah memeluk Islam. Melalui Jalur perdagangan yang kemudian mereka menetap karena faktor
angin, membuat para pendekwah Islam melakukan pernikahan dengan penduduk pribumi. Pernikahan campur ini semakin membuat persebaran Islam semakin
pesat. Islam yang tidak mengenal sistem kasta tentunya memiliki daya tarik
tersendiri bagi penduduk pribumi yang pada waktu itu masih memeluk agama Hindu-Buddha. Daerah pesisir kemudian berkembang pesat tidak hanya agama
saja yang berkembang, namun perekonomian daerah pesisir ikut berkembang dengan pesat. Pertumbuhan ekonomi dan agama Islam membuat daerah pesisir
menjadi daerah yang kaya, dan mulai memiliki kekuatan politik. Meskipun demikian pada awal perkembangannya daerah pesisir masih mengakui dan tunduk
dengan kerajaan Majapahit. Sebagai buktinya daerah pesisir yang telah memeluk Islam masih mengirimkan upeti wajib bagi kerajaan Majapahit, meskipun
perbedaan Ideologi antara kerajaan Majapahit dan daerah pesisir yang sudah memeluk Islam telah mulai muncul.
Disisi lain konflik suksesi kerajaan Majapahit juga menjadi salah satu pendorong munculnya kekuatan-kekuatan politik baru. Setelah meneninggalnya
Raja Hayam Wuruk pada tahun 1389, Majapahit telah dilanda krisis suksesi yang berkepanjangan. Perebutan tahkta kerajaan telah menimbulkan peperangan yang
teramat panjang di dalam tubuh kerajaan Majapahit. Perang Paregreg bukanlah satu-satunya perang saudara. Bahkan boleh dikatakan bahwa perang Paregreg
merupakan awal rentetan perang saudara demi perebutan tahta kerajaan antara keturunan raja Kertarajasa Jayawardhana. Peperangan yang terjadi ternyata telah
menyita perhatian Majapahit sehingga melupakan daerah-daerah taklukan Majapahit.
Dalam krisis inilah kemudian Islam mulai berkembang di daerah pesisir yang kemudian tumbuh menjadi kekuatan politik sendiri.Berdasarkan berita
Portugis dapat digambarkan bahwa masyarakat pesisir utara Jawa abad ke 16 M,
telah dapat direkontruksi yaitu : pertama penduduk bandar-bandar di utara Jawa kebanyakan orang Islam, baik keturunan asing asli maupun campuran
1
. Kedua, kekuasaan politik dalam komunitas bandar ini sudah ada ditangan adipati yang
beragama Islam.
2
Karena telah beragama Islam lama-lama para adipati yang telah beragama Islam membangkang kepada pemerintahan Majapahit, maka
dihukumlah para adipati tersebut yang kemudian dikenal dengan peristiwa Cirebon 1470.
Lepasnya daerah pesisir yang memegang peranan penting dalam bisnis perdagangan. Memasuki babak akhir dari masa kejayaan kerajaan Majapahit
ditandai dengan menguatnya pengaruh Islam di daerah pesisir. Penguasa daerah pesisir tampil sebagai kelompok baru dalam masyarakat yang memiliki kekayaan
lebih baik dan telah menganut agama Islam. Dulu mereka adalah pejabat-pejabat Majapahit. Mereka tidak lagi merasa terikat dengan dasar keagamaan dengan
pemerintah pusat kerajaan Majapahit sehingga kesetiaan mereka sangat lemah. Hilangnya dukungan dari wilayah pesisir berpengaruh sangat besar bagi
perkembangan Majapahit secara perlahan , karena tidak memiliki aspek perdagangan dalam dalam kehidupan perekonomian
3
. Munculnya kerajaan Islam Demak merupakan salah satu akibat dari
menguatnya Islam di daerah pesisir. Penyebab lain munculnya kerajaan Islam Demak adalah konflik internal diantara keturunan Prabu Hayam Wuruk itu
sendiri. Perang suksesi yang berkepanjangan membuat Majapahit semakin lemah serta banyak daerah taklukannya melepaskan diri. Konflik ini mencapai
1
Nur Syam, Islam Pesisir Yogyakarta: LkiS, 2005, hlm. 71
2
Ibidem.
3
Esa Damar Pinuluh, Pesona Majapahit Yogyakarta: Bukubiru, 2010, hlm. 142
puncaknya ketika tampilnya Raden Patah yang menginginkan tahkta Majapahit. Mengapa Raden Patah menginginkan tahkta Majapahit siapa sebenarnya Raden
Patah? Dalam Babad Tanah Jawi,diceritakan bahwa Prabu Brawijaya, kecuali
menikah dengan Ni Endang Sasmitapura, juga kawin dengan putri Cina
4
. Putri Campa, Istri Prabu Brawijaya nomor tiga, tidak senang dimadu dengan putri Cina.
Ia mendesak sang prabu agar putri Cina itu diusir, namun putri Cina itu sudah hamil. Prabu Brawijaya kemudian menuruti kemauan putri Campa, putri Cina itu
kemudian dihadiahkan kepada Arya Damar. Hadiah dari Prabu Brawijaya diterima baik oleh Arya Damar dan dibawa ke Palembang Bayi dalam kandungan
putri Cina itu lahir di Palembang, yang kemudian diberi nama raden Patah. Uraian dalam
Babad Tanah Jawi di atas seolah-olah memberikan kesan kalau Raden Patah adalah saudara sebapak dengan Arya Damar. Hal ini sangat
berbeda dengan berita menurut kronik Tionghoa, dari kelenteng Semarang, Ayah Arya Damar adalah Hyang Wisesa dan Ayah Raden Patah adalah Kung Ta Bu Mi
Kertabumi
5
. Menurut Babad Tanah Jawi, Arya Damar memperoleh seorang
putra dengan putri Cina hadiah dari Prabu Brawijaya, bernama Raden Kusen. Demikianlah maka Raden Patah dan Raden Kusen adalah saudara sekandung,
berlaianan bapak
6
. Berdasarkan berita dari kronik Tionghoa dari klenteng Semarang ialah bahwa Jin Bun dan Kin San diasuh bersama-sama oleh Swan
Liong. Nama Kin San boleh diartikan sama sebagai Kusen. Dalam masyarakat
4
Babad Tanah Jawi, I, hlm. 27. Babad Tanah Jawi Tembang, II, hlm. 9
5
Slamet Mulyana, Runtuhnya Kerajaan Hindu Jawa Dan Timbulnya Negara- Negara Islam di
Nusantara Yogyakarta : LkiS, 2007, hlm. 88
6
Ibid, hlm. 89
Jawa Kin San lebih dikenal sebagai Kusen, nama Kusen hampir mirip bunyinya dengan Kin San, Husein Kusen adalah nama Islamnya
7
. Dalam Babad Demak juga diceritakan tentang pengakuan Arya Damar
kepada Raden Patah, bahwa Arya Damar bukan ayah kandung Raden Patah. Pada saatnya Arya Damar menjelaskan kepada kedua orang putranya bahwa sebenarnya
Raden Patah adalah putra Prabu Brawijaya di Majapahit. Diterangkan juga bahwa ibu Raden Patah diperistri Arya Damar sudah dalam keadaan Hamil
8
Ketika itu Prabu Brawijaya khawatir jika putra dan istrinya nanti akan berkuasa di
Majapahit, dengan menggeser kedudukan bondaserati, yaitu putra Prabu Brawijaya dengan permasyurinya.
Mendengar semua keterangan Adipati Arya Damar itu, Raden Patah merasa telah dibuang oleh Prabu Brawijaya. Ia merasa telah banyak
berhutang budi kepada Arya Damar yang telah mengasuhnya sejak bayi sampai dewasa. Atas anjuran Adipati Arya Damar pula, raden Patah akan
pergi ke Majapahit mengabdi kepada Prabu Brawijaya bersama-sama dengan Raden Timbal
9
. Menurut versi
Babad Demak, setelah mendengar cerita dari Arya Damar, Raden Patah bersama Raden Timbal Kusen meminta pamit kepada kedua orang
tuanya. Raden Patah dan Raden Timbal Kusen pergi berlayar ke Majapahit. Kira-kira tiga hari perjalanan sebelum sampai ke Majapahit, Raden Patah
menghentikan perjalanannyadengan maksud akan beristirahat. Pada kesempatan itu, Raden Patah menyarankan Raden Timbal untuk terus meneruskan perjalanan
ke Majapahit, dan mengabdi kepada Prabu Brawijaya. Raden Patah mempunyai
7
Ibid, hlm. 90
8
Suwaji, Babad Demak I, Jakarta : Proyek Penerbitan Buku Sastra Indonesia dan Daerah, 1981,
hlm. 38
9
Ibid, hlm. 39