Manfaat Penulisan Tujuan Dan Manfaat Penulisan

pelabuhan sungai Canggu. Perdagangan yang meluas dan tidak hanya terjadi di wilayah pesisir saja, semakin membuat masyarakat Majapahit semakin maju. Penemuan makam Islam di Troloyo sendiri telah menjelaskan bahwa Islam waktu itu telah menyebar masuk dalam lingkungan Ibukota Majapahit. Dengan adanya jalur transportasi sungai memudahkan para pedagang termasuk pedagang asing untuk masuk ke dalam wilayah Majapahit. Makin ramainya perdagangan dan pelayaran di Asia Tenggara sangat mempengaruhi pelabuhan-pelabuhan di pesisir Jawa. Beberapa diantaranya tumbuh menjadi kota-kota pelabuhan besar dan ramai yang sering dikunjungi oleh pedagang-pedagang dari Arab, Persia, Gujarat, Benggala, dan Malaka 4 . Ketika para pedagang-pedagang asing tersebut tiba di Majapahit, dan memulai perdagangan, mereka tidak hanya berdagang lalu pulang ke negara asal mereka, faktor alam membuat mereka ingin tinggal sementara waktu di kota-kota pelabuhan yang mereka singgahi. Kedatangan para pedagang asing pada waktu itu menggunakan alat transportasi kapal layar yang masih menggunakan angin sebagai tenaga penggeraknya. Oleh karena itu para pedagang asing tidak bisa pulang pergi setiap saat, mereka menunggu arah angin yang tepat untuk kembali lagi ke daerah asal mereka. Jeda waktu menunggu angin musim tentunya sangatlah lama bisa berbulan-bulan lamanya. Alasan inilah yang membuat para pedagang asing tersebut tinggal sementara waktu di kota-kota pelabuhan. Para pedagang asing tersebut rata-rata merupakan orang Arab, dan Gujarat yang telah memeluk agama Islam. Tinggalnya mereka di kota-kota pelabuhan Majapahit 4 Ibid,hlm. 89 membuat mereka bersinggungan dengan penduduk pribumi. Kondisi sosial masyarakat Jawa yang sangat rentan akan perubahan telah mengenalkan mereka pada agama baru yang dipeluk oleh para pedagang asing tersebut yaitu Islam. Waktu yang cukup lama bagi para pedagang asing untuk tinggal di kota-kota pelabuhan menyebabkan mereka berinteraksi dengan masyarakat pribumi. Interaksi yang dilakukan para pedagang asing tersebut ada yang melalui perkawinan dengan penduduk pribumi. Perkawinan dalam hukum Islam tidak mengenal kawin campur antar umat beragama, oleh karena itu dimungkinkan bahwa salah satu dari mereka yang melakukan perkawinan akan pindah agama. Islam yang tidak mengenal kasta, tentunya memiliki daya tarik tersendiri bagi para penduduk pribumi yang pada waktu itu mayoritas memeluk agama Hindu-Buddha. Jadi secara logis tentunya masyarakat pribumi yang beragama Hindu-Buddha akan tertarik dengan Islam dan beralih memeluk Islam melalui proses perkawinan. Dengan demikian, perdagangan dipesisir menimbulkan perubahan struktur sosial kelompok masyarakat 5 . Semakin ramainya perdagangan dikota-kota pelabuhan telah melahirkan golongan baru yang ekonominya lebih kuat, dan mereka tertarik pada agama Islam. Penganut Islam di daerah pesisir mengalami peningkatan yang sangat pesat pada masa itu. Dalam perkembangannya mereka yang telah beragama Islam terutama di daerah pesisir, merasa tidak lagi terikat dengan dasar keagamaan pemerintah pusat Majapahit yang beragama Hindu-Buddha. Penguasa kota-kota pelabuhan disepanjang jalur perdagangan pada akhirnya telah memeluk 5 Ibid,hlm. 79