1. Transparansi Transparency
Objektivitas dalam menjalankan bisnis harus dijaga oleh perusahaan, perusahaan harus menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara
yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang
disyaratkan oleh peraturan perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kreditur, dan stakeholder.
2. Akuntabilitas Accountability
Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerja perusahaan secara transparan dan wajar, untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar,
terukur dan
sesuai dengan
kepentingan perusahaan
dengan tetap
memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja
yang berkesinambungan. 3.
Responsibilitas Responsibility Perusahaan
harus mematuhi
peraturan perundang-undangan
serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga
dapat terpelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good corporate citizen.
4. Independensi Independency
Perusahaan dalam melancarkan pelaksanaan asas GCG harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling
mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5. Kewajaran dan Kesetaraan Fairness
Perusahaan dalam
melaksanakan kegiatannya
harus senantiasa
memperhatikan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan yang lain berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan.
E. Mekanisme Corporate Governance
Jensen dan Meckling 1976 menyatakan bahwa mekanisme corporate governance dapat meningkatkan kualitas pelaporan keuangan yang akan tercermin
dalam kualitas laba perusahaan. Menurut Lins dan Warnock 2004 secara umum mekanisme yang dapat mengendalikan perilaku manajemen atau sering disebut
mekanisme corporate governance dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok, yaitu mekanisme internal dan eksternal. Mekanisme internal adalah cara untuk
mengendalikan perusahaan dengan menggunakan struktur dan proses internal seperti Rapat Umum Pemegang Saham RUPS, komposisi dewan direksi,
komposisi dewan komisaris dan pertemuan dengan board of director. Indonesia menganut system two tier dimana memisahkan keanggotaan dewan, yakni anggota
dewan komisaris sebagai pengawas dan dewan direksi sebagai eksekutif korporasi. Two board system merupakan mekanisme yang relatif sederhana dalam menjawab
kebutuhan publik akan pengendalian dengan tetap mempertahankan independensi manajemen.Mekanisme eksternal adalah cara mempengaruhi perusahaan selain
dengan menggunakan mekanisme internal, seperti pengendalian oleh perusahaan dan pengendalian pasar.
1. Dewan Komisaris Independen
Menurut UU Perseroan Terbatas Pasal 97 menyatakan bahwa komisaris bertugas
untuk mengawasi
kebijaksanaan direksi
dalam menjalankan
perusahaan serta memberi nasihat terhadap direksi. Komisaris wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan
perseroan. Pedoman Good Corporate Governance Indonesia FGCI menyatakan dewan komisaris merupakan inti dari corporate governance yang
ditugaskan menjamin pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan keterlaksanaan akuntabilitas.
Dewan komisaris bertanggung jawab untuk meningkatkan daya saing atau efisiensi sebagai pusat ketahanan dan kesuksesan perusahaan.
Perusahaan yang memiliki corporate governance yang baik, seperti yang diatur dalam peraturan OJK No. 33 tahun 2014 wajib memiliki komisaris
independen yang berjumlah secara proporsional minimal 30 tiga puluh persen dari jumlah seluruh komisaris. Dewan komisaris independen dinyatakan
dengan perbandingan jumlah anggota dewan komisaris independen dengan total dewan komisaris Lins dan Warnock, 2004.
� =
ℎ �� ℎ
ℎ �� �
2. Kepemilikan Institusional
Kepemilikan institusional adalah kepemilikan saham perusahaan yang
dimiliki oleh institusi atau lembaga seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan lain
–lain. Nabela 2012 mengatakan bahwa kepemilikan institusional merupakan proporsi saham yang dimiliki institusi pada