Tabel 2.1 Kriteria Peringkat PROPER
Peringkat Keterangan
Emas Diberikan kepada penanggung jawab usaha danatau
kegiatan yang
telah secara
konsisten menunjukkan
keunggulan lingkungan environmental excellency dalam proses produksi danatau jasa, melaksanakan bisnis yang
beretika dan bertanggung jawab terhadap masyarakat
Hijau Diberikan kepada penanggung jawab usaha danatau
kegiatan yang telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang dipersyaratkan dalam peraturan beyond
compliance
melalui pelaksanaan
sistem pengelolaan
lingkungan, pemanfaatan sumberdaya secara efisien melalui upaya 4R reduce, reuse, recycle dan recovery dan
melakukan upaya tanggung jawab sosial comdev dengan baik
Biru Diberikan kepada penanggung jawab usaha danatau
kegiatan yang
telah melakukan
upaya pengelolaan
lingkungan yang dipersyaratkan sesuai dengan ketentuan danatau peraturan perundang-undangan
Merah Diberikan kepada penanggung jawab usaha danatau
kegiatan yang
upaya pengelolaan
lingkungan hidup
dilakukannya tidak sesuai dengan persyaratan sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan
Hitam Diberikan kepada penanggung jawab usaha danatau
kegiatan yang sengaja melakukan perbuatan atau melakukan kelalaian
yang mengakibatkan
pencemaran danatau
kerusakan lingkungan serta pelanggaran terhadap peraturan perundang-undangan
atau tidak
melaksanakan sanksi
administrasi Sumber: Kementerian Lingkungan Hidup, 2013
G. Hubungan Antara Mekanisme Corporate Governance dengan Kinerja
Keuangan Perusahaan
Mekanisme corporate governance dalam penelitian ini diproksikan dengan
dewan komisaris
independen, kepemilikan
institusional, dan
kepemilikan manajerial. Komisaris independen menjaga agar tidak ada pihak yang merasa dirugikan dan tujuan perusahaan dapat tercapai dengan mendorong
penerapan praktek tata kelola yang baik. Hal ini berkaitan dengan prinsip akuntabilitas dan keadilan karena dalam good corporate governance
memperhitungkan semua pemegang kepentingan. Akuntabilitas dan keadilan merupakan prasyarat dalam mencapai kinerja yang berkesinambungan Ulya dan
Prastiwi, 2014. Susanti 2013 menyatakan bahwa pengawasan dewan komisaris terhadap
manajemen pada umumnya tidak efektif. Ketidakefektifan ini terjadi karena proses pemilihan dewan komisaris yang kurang demokratis dimana kandidat
dewan komisaris sering dipilih oleh manajemen sehingga setelah terpilih tidak berani memberi kritik terhadap manajemen. Keadaan akan menjadi lain jika
dewan komisaris didominasi oleh anggota dari luar independent board, maka kegiatan monitoring yang dilakukan dewan komisaris terhadap manajer menjadi
efektif. Johl dkk. 2015 menyatakan bahwa non-executive director komisaris
independen dapat bertindak sebagai penengah dalam perselisihan yang terjadi diantara para manajer internal dan mengawasi kebijakan manajemen
serta memberikan nasihat kepada manajemen. Komisaris independen PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
memainkan peranan yang aktif dalam peninjauan kebijakan dan praktik pelaporan keuangan. Komisaris independen diperlukan pada dewan untuk
memantau dan mengawasi tindakan dewan direksi karena perilaku opportunistik mereka Jensen dan Meckling, 1976. Yesika 2013
mengungkapkan bahwa perusahaan perusahaan yang memiliki dewan komisaris
independen yang lebih besar, memiliki kinerja yang lebih unggul.
Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja perusahaan adalah kepemilikan institusional. Kepemilikan institusional pada perusahaan akan
mendorong peningkatan pengawasan agar lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang
dapat digunakan untuk mendukung atau justru tidak mendukung terhadap kinerja manajemen. Pengawasan yang dilakukan oleh investor institusional
sangat bergantung pada jumlah investasi yang dilakukan Sihombing, 2014. Semakin besar kepemilikan institusi, maka akan semakin besar kekuatan
suara dan dorongan dari institusi keuangan tersebut untuk mengawasi manajemen dan berakibat akan memberikan dorongan yang lebih besar untuk
mengoptimalkan nilai perusahaan sehingga kinerja perusahaan akan meningkat. Pengaruh kepemilikan institusional terhadap manajemen perusahaan dapat
menjadi sangat penting serta dapat digunakan untuk menyelaraskan kepentingan manajemen dengan pemegang saham Sabrina, 2010.
Menurut Shleifer dan Vishny 1996 menyatakan bahwa institutional shareholders, dengan kepemilikan saham yang besar, memiliki insentif untuk
memantau pengambilan keputusan perusahaan. Wening 2009 mengatakan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
bahwa semakin besar kepemilikan oleh institusi maka semakin besar pula kekuatan suara dan dorongan untuk mengoptimalkan nilai perusahaan.
Kepemilikan institusional,
dapat bertindak
sebagai pihak
yang memonitor perusahaan. Semakin besar kepemilikan institusional maka semakin
efisien pemanfaatan aktiva perusahaan dan diharapkan juga dapat bertindak sebagai pencegahan terhadap pemborosan yang dilakukan oleh manajemen
Faizal, 2004. Wening 2009 mengatakan bahwa semakin besar kepemilikan oleh institusi keuangan maka semakin besar pula kekuatan suara dan dorongan
untuk mengoptimalkan nilai perusahaan. Kepemilikan saham institusional berpengaruh positif menunjukkan bahwa
fungsi kontrol dari pemilik sangat menentukan dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Secara teoritis bahwa semakin tinggi kepemilikan institusional
maka semakin kuat kontrol terhadap perusahaan, kinerjanilai perusahaan akan naik apabila pemilik perusahaan bisa mengendalikan perilaku manajemen agar
bertindak sesuai dengan tujuan perusahaan Darwis, 2009 Suranta dan Midiastuty 2005 menunjukkan bahwa aktivitas monitoring
institusi mampu mengubah struktur pengelolaan perusahaan dan mampu meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Hal ini didukung oleh Susanti
2013 yang menemukan bahwa monitoring yang dilakukan institusi mampu mensubstitusi biaya keagenan lain sehingga biaya keagenan menurun dan nilai
perusahaan meningkat. Nuraina
2012 mengatakan
bahwa kepemilikan
institusional mempengaruhi perilaku perusahaan karena mereka sering menyediakan sumber
manajemen atau membebankan
biaya tambahan.
Keberadaan investor
institusional dianggap mampu memonitor secara efekif setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan karena investor
institusional terlibat dalam pengambilan keputusan perusahaan yang strategis. Kepemilikan manajemen adalah proporsi pemegang saham dari pihak
manajemen yang secara aktif ikut dalam pengambilan keputusan perusahaan direktur dan komisaris Permanasari, 2010. Permanasari 2010 mengatakan
bahwa dengan kepemilikan manajemen dalam sebuah perusahaan akan menimbulkan dugaan yang menarik bahwa nilai perusahaan meningkat sebagai
akibat kepemilikan manajemen yang meningkat. Kepemilikan oleh manajemen yang besar akan efektif memonitoring aktivitas perusahaan. Jensen dan
Meckling 1976 mengatakan ketika kepemilikan saham oleh manajemen rendah, maka kecenderungan akan terjadinya perilaku opportunistic manajer
akan meningkat. Kepemilikan
manajemen terhadap
saham perusahaan
dipandang dapat menyelaraskan potensi perbedaan kepentingan antara
manajemen dan pemegang saham sehingga permasalahan antara agen dan
prinsipal diasumsikan akan hilang apabila seorang manajer juga sekaligus sebagai pemegang saham.
Ardianingsih dan Ardiyani 2010 mengatakan bahwa kepemilikan manajerial dapat meningkatkan pengawasan. Pengawasan tersebut akan dapat
memonitor kinerja manajemen perusahaan. Mekanisme pengawasan terhadap manajemen tersebut menimbulkan suatu biaya yaitu biaya keagenan, oleh karena
itu salah satu cara untuk mengurangi agency cost adalah dengan adanya PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI