80 perusahaan hanya melakukan income maximization pada kategori
rendah, yaitu sebanyak 6 perusahaan. Ketika tingkat profitabilitas pada kategori tinggi jumlah perusahaan yang melakukan income
maximization pada tingkat kategori rendah hingga tinggi, yaitu sebanyak 1, 1, dan 0 perusahaan. Pada kategori profitabilitas tinggi
perusahaan banyak melakukan income maximization pada kategori rendah dan sedang. Ketika tingkat profitabilitas pada kategori sangat
tinggi perusahaan hanya melakukan income maximization pada kategori rendah, yaitu sebanyak 2 perusahaan. Kekuatan dan arah
hubungan dapat dijelaskan dengan tabel 5.38 symmentric measures berikut ini.
Tabel 5. 38 Tabel
symmentric measures profitabilitas dan manajemen laba
income maximization
Value Ordinal by Ordinal
Spearman Correlation -0,130
N of Valid Cases 45
Sumber: data sekunder yang diolah, 2016
Tabel 5.38 menunjukkan nilai Spearman’s rho sebesar -0,130. Hal
ini berarti kekuatan hubungan profitabilitas dan manajemen laba income maximization
sangat lemah. Nilai Spearman’s rho negatif, hal ini berarti hubungan kedua variabel negatif.
B. Pembahasan
1. Hubungan antara Ukuran Perusahaan dengan Manajemen laba Analisis data ukuran perusahaan terbagi menjadi tiga bagian untuk
mendapatkan hasil mengenai hubungan antara ukuran perusahaan dengan manajemen laba. Berdasarkan analisis data yang pertama, diketahui bahwa
81 hubungan antara ukuran perusahaan dengan manajemen laba income
maximization dan income minimization diketahui bahwa hubungan kedua variabel sangat lemah dengan arah hubungan positif. Hal ini disebabkan
karena investor atau kreditur dalam mengalirkan dananya tidak menjadikan satu-satunya ukuran perusahaan sebagai pertimbangannya,
karna selain dari ukuran perusahaan yang dapat dinilai dari aktiva, terdapat pengukuran lainnya yang lebih penting yang dapat menggambarkan
kinerja perusahaan seperti aliran cash flow serta rasio-rasio yang lebih dapat menggambarkan kinerja perusahaan. Berdasarkan analisis data
kedua, diketahui bahwa hubungan antara ukuran perusahaan dengan income minimization diketahui bahwa hubungan kedua variabel sangat
lemah dengan arah hubungan positif. Menurut political cost hypothesis menunjukkan bahwa dalam suatu perusahaan besar yang memiliki biaya
politik yang tinggi, akan mendorong manajer untuk memilih metode akuntansi yang menangguhkan laba yang dilaporkan dari periode sekarang
ke periode masa mendatang sehingga dapat memperkecil laba yang dilaporkan. Berdasarkan analisis data ketiga, diketahui bahwa hubungan
antara ukuran perusahaan dengan income maximization diketahui bahwa hubungan kedua variabel sangat lemah dengan arah hubungan positif. Hal
ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan total aset paling tinggi berkesempatan lebih sedikit dalam melakukan praktik manajemen laba
dengan cara maximization income karena dipandang lebih kritis oleh pihak luar, baik oleh investor, kreditor, pemerintah maupun masyarakat.
82 Hubungan yang sangat lemah menjelaskan bahwa ukuran perusahaan
mempunyai kecenderungan yang sangat lemah dalam mempengaruhi manajemen laba. Arah hubungan yang positif menjelaskan bahwa ukuran
perusahaan yang searah dengan manajemen laba. Hal ini berarti tinggi rendah ukuran perusahaan, memiliki kecenderungan yang sangat lemah
dalam mempengaruhi manajemen laba. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Muliati 2011, yang menemukan
bahwa ukuran perusahaan terbukti berpengaruh negatif pada praktik manajemen laba. Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh
Yamaditya 2014, yang menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap praktik manajemen laba. Hasil penelitian ini
tidak sejalan dengan yang dilakukan oleh Sosiawan 2012 dan Yatulhusna 2015. Sosiawan 2012 menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba dan Yatulhusna 2015 menyimpulkan bahwa ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba pada suatu perusahaan. 2. Hubungan antara Leverage dengan Manajemen Laba
Berdasarkan analisis data, data leverage dibagi menjadi tiga bagian untuk mendapatkan hasil mengenai hubungan antara leverage dengan
manajemen laba. Berdasarkan analisis data yang pertama, diketahui bahwa hubungan antara leverage dan manajemen laba income maximization dan
income minimization diketahui bahwa hubungan kedua variabel lemah dengan arah hubungan positif. Hal ini menunjukkan perusahaan dengan
83 tingkat leverage yang tinggi akibat besarnya total hutang terhadap total
modal akan menghadapi resiko default yang tinggi yaitu perusahaan terancam tidak mampu memenuhi kewajibannya. Tindakan manajemen
laba tidak dapat dijadikan sebagai mekanisme untuk menghindarkan default tersebut. Pemenuhan kewajiban harus tetap dilakukan dan tidak
dapat dihindarkan dengan manajemen laba. Berdasarkan analisis data kedua, diketahui bahwa hubungan antara leverage dengan minization
income diketahui bahwa hubungan kedua variabel sangat lemah dengan arah hubungan negatif. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan dengan
rasio rendah akan disukai oleh kreditur. Jika rasio ini semakin rendah maka semakin besar perlindungan terhadap kerugian kreditur dalam
peristiwa likuidasi oleh sebab itu kecil kemungkinan perusahaan akan melakukan manajemen laba atau sama sekali tidak akan melakukan
manajemen laba. Berdasarkan analisis data ketiga, diketahui bahwa hubungan antara leverage dengan income maximization diketahui bahwa
hubungan kedua variabel sangat lemah dengan arah hubungan positif. Hal ini menunjukkan berpengaruhnya perubahan leverage yang tinggi terhadap
penurunan manajemen laba dapat diindikasikan karena perusahaan berusahaa
mendapatkan kesan
positif pada
saat masyarakat
memperhatikan perusahaan, sebab kenaikan hutang yang besar mengakibatkan perusahaan mendapatkan perhatian besar dari masyarakat
akan lebih teliti dalam melihat perusahaan tersebut. Jika pada kondisi tersebut perusahaan melakukan kegiatan yang negatif seperti melakukan
84 manajemen laba yang tinggi, maka akan segera diketahui oleh masyarakat
dan menimbulkan kesan negatif terhadap perusahaan. Hubungan yang sangat lemah menjelaskan bahwa leverage mempunyai kecenderungan
yang sangat lemah dalam mempengaruhi manajemen laba. Arah hubungan yang positif menjelaskan bahwa leverage yang searah dengan manajemen
laba. Sedangkan arah hubungan yang negatif menjelaskan bahwa leverage mempunyai hubungan yang tidak searah dengan manajemen laba income
minimization. Hal ini berarti lancar dan tidak lancarnya leverage, tidak memiliki kecenderungan mempengaruhi manajemen laba. Hasil penelitian
ini tidak sejalan dengan yang dilakukan oleh Triatmojo 2013, Sosiawan 2012, dan Yatulhusna 2015. Triatmojo 2013 menyimpulkan bahwa
leverage berpengaruh terhadap manajemen laba. Sosiawan 2012, menyimpulkan bahwa leverage berpengaruh positif terhadap manajemen
laba. Yatulhusna 2015, menyimpulkan bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba pada suatu perusahaan. Hasil
penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Yamadita 2014, yang menemukan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap praktik
manajemen laba. 3. Hubungan antara Profitabilitas dengan Manajemen Laba
Berdasarkan analisis data, data profitabilitas dibagi menjadi tiga bagian untuk mendapatkan hasil mengenai hubungan antara profitabilitas
dengan manajemen laba. Berdasarkan analisis data yang pertama, diketahui bahwa hubungan antara profitabilitas dengan manajemen laba
85 income maximization dan income minimization diketahui bahwa
hubungan kedua variabel sangat lemah dengan arah hubungan negatif. Hal ini menunjukkan bahwa pelaporan laba yang terlalu rendah akan
berdampak pada tampilan kinerja manajemen yang tidak maksimal. Oleh karena itu, tinggi rendahnya profitabilitas yang dihasilkan berkaitan
dengan tindakan manajemen laba dengan tujuan pelaporan tingkat profitabilitas yang berada pada tahap aman. Berdasarkan analisis data
kedua, diketahui bahwa hubungan antara profitabilitas dengan income minimization diketahui bahwa hubungan kedua variabel sangat lemah
dengan arah hubungan positif. Hal ini menunjukkan bahwa pada saat perusahaan mengalami tingkat profitabiltas yang tinggi maka perusahaan
akan melakukan manajemen laba dengan maksud agar tidak mendapat perhatian secara politis dengan cara menyimpan laba sehingga jika laba
periode mendatang mengalami penurunan drastis dapat diatasi dengan mengambil simpanan periode berjalan. Berdasarkan analisis data ketiga,
diketahui bahwa hubungan antara profitabilitas dengan income maximization diketahui bahwa hubungan kedua variabel sangat lemah
dengan arah hubungan negatif. Hal ini menunjukkan bahwa jika perusahaan yang mengalami tingkat profitabiltas yang rendah maka
manajer perusahaan tersebut akan melakukan manajemen laba dengan cara menaikan laba perusahaan agar dapat menarik investor dengan tampilan
kinerja manajemen yang maksimal dan mendapatkan bonus dengan mencapai target yang ditentukan. Hubungan yang sangat lemah
86 menjelaskan bahwa profitabilitas mempunyai kecenderungan yang sangat
lemah dalam mempengaruhi manajemen laba. Arah hubungan yang positif menjelaskan bahwa profitabilitas yang searah dengan manajemen laba
income minimization. Sedangkan arah hubungan yang negatif menjelaskan bahwa profitabilitas mempunyai hubungan yang tidak searah
dengan manajemen laba. Berdasarkan hasil dari ketiga analisis profitabilitas dengan
manajemen laba, dapat ditarik kesimpulan bahwa profitasbilitas memiliki kecenderungan untuk mempengaruhi manajemen laba walaupun sangat
lemah. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan yang dilakukan oleh Triatmojo 2013, yang menemukan profitabilitas yang diproksikan
dengan return on asset tidak berpengaruh terhadap manajemen laba. Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Triatmojo 2013,
Kartika 2012, dan Yatulhusna 2015. Triatmojo 2013, menyimpulkan bahwa profitabiltas yang diproksikan dengan net profit margin
berpengaruh terhadap manajemen laba. Kartika 2012, menyimpulkan bahwa profitabilitas yang diproksikan dengan ROA Return On Assets
berpengaruh negatif signifikan terhadap manajemen laba. Yatulhusna 2015, menyimpulkan bahwa profitabilitas yang diproksikan dengan
menggunakan ROA Return On Assets berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
87
BAB VI PENUTUP