6
BAB II LANDASAN TEORI
A. Teori Keagenan
Dalam teori keagenan, hubungan sisi positif dan negatif konsep manajerial ini salah satunya terjadi dalam hubungan antara agensi teori
agency theory dan manajemen laba. Manajemen laba memang merupakan sisi lain dari teori agensi yang menekankan pentingnya penyerahan
operasionalitas perusahaan dari pemilik principals kepada pihak lain yang mempunyai kemampuan untuk mengelola perusahaan dengan lebih baik
agents. Konsep manajerial yang mengatur hubungan antara pemilik dan pengelola ini menyatakan bahwa setiap pihak mempunyai hak dan tanggung
jawab dalam pengelolaan sebuah perusahaan Sulistyanto, 2008: 28. Jika agen tidak berbuat sesuai kepentingan principal, maka akan terjadi konflik
keagenan agency conflict, sehingga memicu biaya keagenan agency cost. Manajer sebagai pengelola perusahaan merupakan orang yang lebih
banyak mengetahui mengenai informasi internal dan prospek dari suatu perusahaan dimasa yang akan datang dibandingkan si pemilik. Oleh karena
itu, manajemen berkewajiban untuk memberikan sinyal kepada pemilik perusahaan mengenai kondisi perusahaan. Sinyal itu dapat berupa
pengungkapan informasi akuntansi seperti laporan keuangan. Salah satu kendala yang akan muncul antara agen dan principal adalah adanya asimetri
informasi. Dengan asimetri informasi antara manajemen dengan pemilik akan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7 memberi kesempatan kepada manajer untuk melakukan manajemen laba
sehingga akan menyesatkan pemegang saham mengenai kinerja ekonomi perusahaan.
B. Manajemen Laba
Sejalan dengan berkembangnya penelitian akuntansi keuangan dan keprilakuan saat ini ada beberapa definisi manajemen laba yang berbeda
antara satu dengan lainnya sesuai dengan pemahaman dan penilaian orang yang mendefinisikan terhadap aktivitas pengelolaan dan pengaturan laba itu.
Secara umum ada beberapa definisi yang berbeda satu dengan lain, yaitu:
1. Manajemen laba adalah kesalahan atau kelalaian yang disengaja dalam membuat laporan mengenai fakta material atau data akuntansi sehingga
menyesatkan ketika semua informasi itu dipakai untuk membuat pertimbangan yang akhirnya akan menyebabkan orang yang membacanya
akan mengganti atau mengubah pendapat atau keputusannya Sulistyanto, 2008.
2. Manajemen laba adalah tindakan – tindakan manajer untuk menaikkan
menurunkan laba periode berjalan dari sebuah perusahaan yang dikelolanya tanpa menyebabkan kenaikan penurunan keuntungan
ekonomi perusahaan jangka panjang Sulistyanto, 2008. 3. Manajemen laba muncul ketika manajer menggunakan keputusan tertentu
dalam pelaporan keuangan dan mengubah transaksi untuk mengubah laporan keuangan untuk menyesatkan stake holder yang ingin mengetahui
8 kinerja ekonomi yang diperoleh perusahaan atau untuk mempengaruhi
hasil kontrak yang menggunakan angka – angka akuntansi yang dilaporkan
Sulistyanto, 2008. Walaupun menggunakan terminologi yang berbeda, definisi
– definisi itu mempunyai benang merah yang menghubungkan satu definisi dengan
definisi lainnya, yaitu menyepakati bahwa manajemen laba merupakan aktivitas manajerial untuk mempengaruhi dan mengintervensi laporan
keuangan. Untuk memahami lebih lanjut apakah manajemen dikategorikan
sebagai kecurangan atau bukan maka diperlukan telaah lebih mendalam terhadap definisi
– definisi itu. 1. Manajemen laba dapat dilakukan dengan berbagai macam cara.
Secara umum definisi – definisi diatas menyebutkan bahwa upaya
mempengaruhi laporan keuangan dapat dilakukan dengan berbagai macam cara sesuai dengan kepentingan manajer namun beberapa definisi secara
tegas ada yang menekankan bahwa selama apa yang dilakukan manajer masih dalam ruang lingkup prinsip akuntansi berterima umum maka akan
tetap diakui dan diperbolehkan. Artinya, manajemn laba sebenarnya merupakan upaya untuk merekayasa angka
– angka dalam laporan keuangan dengan mempermainkan metode dan prosedur akuntansi yang
digunakan perusahaan 2. Tujuan manajemen laba adalah mengelabui pemakai laporan keuangan.
Selain sebagai penyusun dan penyedia laporan keuangan dari perusahaan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9 yang dikelolanya, manajemen juga merupakan salah satu pemakai
informasi itu. Artinya laporan keuangan tidak hanya dipersiapkan atau disajikan untuk stake holder namun juga untuk pengelola perusahaan itu
sendiri, baik untuk membuat keputusan operasi, deviden, maupun investasi.
3. Ada biaya dan manfaat manajemen laba. Ilmu ekonomi merupakan ilmu yang selalu menekankan adanya biaya
cost dan manfaat benefit dari setiap aktivitas yang dilakukan oleh seseorang yang diperhitungkan sebelum orang itu melaksanakan apa yang
telah direncanakan. Tujuannya, agar orang dapat meminimalkan biaya yang harus ditanggungnya dan mengoptimalkan manfaat yang diperoleh
dari aktivitas – aktivitas yang dilakukannya. Oleh sebab itu, sebelum
melakukan manajemen laba seorang manajer harus mempertimbangkan biaya dan manfaat yang ditanggung dan dirasakannya.
Menurut Scott 2000 dalam Verawati 2012 membagi manajemen laba yang mungkin dilakukan oleh para manajer perusahaan ke dalam empat jenis
pola manajemen laba yaitu: a. Cuci Bersih Taking a Bath
Pola ini terjadi pada periode sulit, kondisi buruk yang tidak menguntungkan ataupun pada saat terjadi reorganisasi, termasuk
pengangkatan CEO baru. Manajer melaporkan kerugian, mungkin dalam jumlah yang besar. Manajer berharap laba pada periode mendatang dapat
meningkat karena berkurangnya beban periode mendatang. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10 b. Menurunkan Laba Income Minimization
Pola ini dilakukan sebagai alasan politis pada periode laba yang tinggi dengan cara seperti pada pola taking a bath. Hal ini dilakukan pada saat
profitabilitas tinggi dengan maksud agar tidak mendapat perhatian secara politis sekaligus sebagai upaya menyimpan laba sehingga jika laba periode
mendatang mengalami penurunan drastis dapat diatasi dengan mengambil simpanan laba periode berjalan.
c. Menaikkan Laba Income Maximization Pola ini dilakukan pada saat laba mengalami penurunan. Kebalikan dari
income minimization, income maximization dilakukan dengan cara mengambil simpanan laba periode sebelumnya ataupun menarik laba
periode yang akan datang, misal dengan menunda pembebanan biaya. Pola ini dilakukan atas dasar motivasi bonus, motivasi penghindaran
pelanggaran perjanjian utang, pada saat penawaran saham perdana dan musiman, ataupun untuk menghindari turunnya harga saham secara drastis.
d. Perataan Laba Income Smoothing Perataan laba dilakukan perusahaan dengan cara meratakan laba yang
dilaporkan sehingga dapat mengurangi fluktuasi laba yang terlalu besar karena pada umumnya investor lebih menyukai laba yang relatif stabil.
Terdapat tiga hipotesis utama dalam teori akuntansi positive positive accounting theory, yang menjadi dasar pengembangan pengujian hipotesis
untuk mendeteksi manajemen laba menurut Watts dan Zimmerman, 1986, yaitu:
11 1. Bonus plan hypothesis
Ada bukti empiris yang menyatakan bahwa perjanjian kontrak bisnis manajer dengan pihak lain merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi tingkat manajemen laba yang dilakukan perusahaan. Ada variabel yang selama diuji berkaitan dengan perjanjian bisnis itu, yaitu
bonus atau kompensasi manajerial. 2.
Debt equity hypothesis Dalam konteks perjanjian hutang, manajer akan mengelola dan mengatur
labanya agar kewajiban hutangnya yang seharusnya diselesaikan pada tahun tertentu dapat ditunda untuk tahun berikutnya. Hal ini merupakan
upaya manajer untuk mengelola dan mengatur jumlah laba yang merupakan indikator kemampuan perusahaan dalam menyelesaikan
kewajiban hutangnya. 3. Politic cost hypothesis
Alasan terakhir adalah masalah pelanggaran regulasi pemerintah. Sejauh ini ada beberapa regulasi yang dikeluarkan pemerintah berkaitan dengan
dunia usaha, misalkan undang –undang perpajakan, anti trust dan
monopoli. Undang –undang mengatur jumlah pajak yang akan ditarik dari
perusahaan berdasarkan laba yang diperoleh perusahaan selama periode tertentu.
Kondisi inilah yang merangsang manajer untuk mengelola dan mengatur labanya dalam jumlah tertentu agar pajak yang harus dibayarkannya
12 menjadi tidak terlalu tinggi, karena manajer sebagai pengelola, tentu tidak
ingin kewajiban yang harus diselesaikannya terlalu membebaninya. Manajemen laba dapat dihitung dengan menggunakan model yang
telah dikembangkan oleh Dechow dan kawan – kawan 1995 yaitu Modified
Jones Model MJM. Model ini terdiri dari dua jenis yaitu discretionary accruals dan non discretionary accruals.
Discretionary accruals yaitu komponen total accrual yang berasal dari rekayasa manajerial dengan memanfaatkan kebebasan dalam menentukan
nilai estimasi pada metode akuntansi. Sedangkan non discretionary accruals yaitu komponen total accrual yang diperoleh secara alami dengan mengikuti
standar akuntansi yang diterima secara umum Sulistyanto, 2008. Secara umum terdapat beberapa hal yang memotivasi individu atau
badan usaha melakukan tindakan manajemen laba, diantaranya adalah: 1. Motivasi Bonus
Dalam sebuah perjanjian bisnis, pemegang saham akan memberikan sejumlah insentif dan bonus sebagai feedback atau evaluasi atas kinerja
manajer dalam menjalankan operasional perusahaan. Insentif ini diberikan dalam jumlah relatif tetap dan rutin. Sementara bonus yang relatif besar
nilainya hanya akan diberikan ketika kinerja manajer berada diarea pencapaian bonus yang telah ditetapkan oleh pemegang saham. Kinerja
manajemen salah satunya diukur dari pencapaian laba usaha. Pengukuran kinerja berdasarkan laba dan skema bonus tersebut memotivasi para
manajer untuk memberikan performa terbaiknya sehingga tidak menutup PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13 kemungkinan mereka melakukan tindakan creative accounting agar dapat
menampilkan kinerja yang baik demi mendapatkan bonus yang maksimal. 2. Motivasi Utang
Selain melakukan kontrak bisnis dengan pemegang saham, untuk kepentingan ekspansi perusahaan, manajer seringkali melakukan beberapa
kontrak bisnis dengan pihak ketiga, dalam hal ini adalah kreditor. Agar kreditor mau menginvestasikan dananya diperusahaannya, tentunya
manajer harus menunjukan performa yang baik dari perusahaannya. Untuk memperoleh hasil yang maksimal atau pinjaman dalam jumlah besar,
perilaku kreatif dari manajer untuk menampilkan performa yang baik dari laporan keuangannya pun seringkali muncul.
3. Motivasi pajak Tindakan creative accounting tidak hanya terjadi pada perusahaan go
public dan selalu untuk kepentingan harga saham, tetapi juga untuk kepentingan perpajakan. Kepentingan ini didominasi oleh perusahaan go
public. Perusahaan yang belum go public cenderung melaporkan dan menginginkan untuk menyajikan laporan laba fiskal yang lebih rendah dari
nilai yang sebenarnya. Kecenderungan ini memotivasi manajer untuk bertindak kreatif melakukan tindakan manajemen laba agar seolah
– olah laba fiskal yang dilaporkan memang lebih rendah tanpa melanggar aturan
dan kebijakan akuntansi perpajakan. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14 4. Motivasi Penjualan Saham
Proses penjualan saham perusahaan kepublik akan direspon positif oleh pasar ketika perusahaan penerbit saham dapat menjual kinerja yang baik.
Salah satu ukuran kinerja yang dilihat oleh calon investor adalah penyajian laba pada laporan keuangan perusahaan. Kondisi ini sering kali
memotivasi manajer untuk berperilaku kreatif dengan berusaha menampilkan yang lebih baik dari biasanya.
5. Motivasi Pergantian Direksi Praktik manajemen laba biasanya terjadi pada sekitar periode pergantian
direksi atau chief executive officer CEO. Menjelang berakhirnya jabatan, direksi cenderung bertindak kreatif dengan memaksimalkan laba agar
performa kerjanya tetap terlihat baik pada tahun terakhir ia menjabat. Motivasi utama yang mendorong perilaku kreatif tersebut adalah untuk
memperoleh bonus yang maksimal pada akhir masa jabatannya. 6. Motivasi Politis
Pada aspek politis ini, manajer cenderung melakukan kreatif akuntansi untuk menyajikan laba yang lebih rendah dari nilai yang sebenarnya,
terutama selama periode kemakmuran tertinggi. Hal ini dilakukan untuk mengurangi visibilitas perusahaan sehingga tidak menarik perhatian
pemerintah, media,
atau konsumen
yang dapat
menyebabkan meningkatkan biaya politis perusahaan. Rendahnya biaya politis akan
menguntungkan manajemen. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
C. Hubungan Ukuran Perusahaan dengan Manajemen Laba