dikembangkan sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari di sekeliling kita, termasuk sadar akan diri kita sendiri. Definisi lain menyebutkan bahwa persepsi
adalah kemampuan membeda-bedakan, mengelompokkan, memfokuskan perhatian terhadap satu obyek rangsang. Dalam proses pengelompokkan dan membedakan ini
persepsi melibatkan proses interpretasi berdasarkan pengalaman terhadap satu peristiwa atau obyek.
Terdapat tiga faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang, yaitu diri orang yang bersangkutan sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman dan harapannya,
sasaran persepsi tersebut mungkn berupa orang, benda atau peristiwa, dan faktor situasi. Sedangkan menurut Ibid dalam Miftah Thoha 1998nfaktor-faktor yang
mempengaruhi pengembangan persepsi seseorang, yaitu keadaan psikologi, famili, dan kebudayaan.
2.3.2 Aspek Afeksi
Aspek afeksi merupakan respon syaraf simpatetik dan pernyataan afeksi yang dapat menimbulkan motivasi. Najati 1997, mendefinisikan motivasi sebagai
kekuatan penggerak yang membangkitkan aktivitas pada makhluk hidup, dan menimbulkan tingkah laku serta mengarahkannya menuju tujuan tertentu. Motivasi
dapat terjadi melalui proses kognitif maupun proses afeksi Newcomb, dkk., 1981. Sedangkan menurut Berelson dan Steiner dalam Moekijat 1984, motivasi adalah
suatu istilah umum yang dipergunakan untuk keseluruhan golongan dorongan, keinginan, kebutuhan, harapan dan kekuatan-kekuatan yang serupa. Menurut Siagian
1995, motivasi adalah daya dorong bagi seseorang untuk memberikan kontribusi yang sebesar mungkin demi keberhasilan organisasi dalam mencapai tujuannya,
dalam artian bahwa tercapainya tujuan organisasi berarti tercapai pula tujuan pribadi para anggota organisasi yang bersangkutan.
Pada proses afektif, seseorang akan menilai bagaimana menyikapi stimulus. Proses afektif dapat memberikan konsekuensi berupa sikap atau perasaan. Sikap atau
perasaan antara lain meliputi perasaan senang atau tidak senang, baik atau buruk, benci atau cinta.
2.4 Aspek Psikhomotorik
Aspek psikhomotorik merupak respon berupa tindakan dan pernyataan mengenai perilaku. Perilaku merupakan salah satu aspek dari sikap seseorang yang
berkaitan dengan proses interaksi sosial antara dirinya dengan sesamanya, sehingga perilaku tersebut cenderung mengarah dan berhubungan dengan individu lainnya.
Perilaku menurut Lewin 1951 dalam Saifuddin Azwar 2002, adalah sebagai fungsi dari interaksi antara person atau individu dengan lingkungannya.
Individu membawa ke dalam tatanan organisasi dengan kemampuannya, kepercayaan pribadi pengharapan kebutuhan, dan pengalaman masa lalunya. Ini
semuanya adalah karakteristik yang dipunyai individu, dan karakteristik ini akan dibawa olehnya manakala ia akan memasuki sesuatu lingkungan baru, yakni
organisasi atau lainnya yang mempunyai karakteristik pula yang diwujudkan dalam susunan hirarki, pekerjaan-pekerjaan, tugas-tugas, wewenang dan tangggung jawab,
sistem reward, sistem pengendalian, dan lain sebagainya. Jikalau karakteristik individu berinteraksi dengan karakteristik organisasi, maka akan terbentuk perilaku
individu dalam organisasi Miftah Thoha, 1998. Berkaitan dengan perilaku berorganisasi, Siagian 1993, menyatakan bahwa
perilaku dibentuk oleh watak, temperamen, ciri-ciri, pembawaan, keinginan, dan harapan seorang anggota yang arahannya ke dalam organisasi. Perilaku tersebut pada
mulanya berorientasi pada diri sendiri, akan tetapi orientasi demikian akan tumbuh dan berkembang secara terkendalian, artinya diarahkan pada orientasi kelompok.
Perilaku adalah sesuatu yang dilakukan seseorang seperti berbicara, berfikir dan sebagainya. Menurut Gibson, dkk. 1994 perilaku itu tidak hanya terdiri dari
tindakan-tindakan yang terbuka saja, melainkan juga termasuk faktor internal, seperti berfikir, emosi, persepsi, dan kebutuhan.
Koentrajaningrat 1994, menyatakan bahwa suatu bangsa yang hendak megintensifkan usaha untuk pembangunan harus berusaha agar banyak dari warganya
lebih menilai tinggi orientasi ke masa depan, dan bersikap hemat untuk bisa lebih teliti memperhitungkan hidupnya di masa depan, lebih menilai tinggi hasrat
eksplorasi untuk mempertinggi kapasitas berinovasi, lebih menilai tinggi orientasi ke arah achievement dari karya, dan akhirnya menilai tinggi mentalitas berusaha agar
kemampuan sendiri, percaya kepada diri sendiri, berdisiplin murni dan berani bertanggung jawab sendiri. Menurut Mosher 1966 ada tiga kebiasaan yang sangat
penting bagi pembangunan pertanian, pertama kebiasaan melakukan pengukuran, kedua selalu bertanya mengapa dan ketiga kebiasaan untuk terus mencari alternatif-
alternatif lain. Beberapa perilaku produktif yang diperlukan agar dapat mencapai
keberhasilan adalah 1 perilaku menilai tinggi mutu yang selanjutnya dapat mencegah timbulnya perilaku suka menerabas; 2 perilaku inovatif; 3 percaya pada
kemampuan sendiri; 4 disiplin dan tanggung jawab disarikan dari Koentjaraningrat, 1994.
III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN
3.1. Tujuan Penelitian