Cara Pengukuran dan Model Analisis Keadaaan Umum Daerah Penelitian 1. Keadaan Fisik

Variabel perilaku produktif dapat diukur dengan : 1. Menilai tinggi mutu kulalitas dan tidak suka menerabas 2. Perilaku inovatif Langkah mendapatkan informasi, Frekuensi mendapatkan informasi, Menerapkan informasi 3. Percaya kepada kemampuan sendiri diukur pada kemampuan peternak dalam menghadapi masal. 4. Disiplin dan tangung jawab

4.4. Cara Pengukuran dan Model Analisis

Cara pengukuran untuk masing-masing indikator variabel dilakukan dengan skala ordinal. Model analisis yang digunakan untuk mengukr keeratan hubungan variabel adalah analisis korelasi peringkat Spearman, dengan rumus : Keterangan : rs = koefisien korelasi peringkat spearman di = perbandingan peringkat N = banyaknya subjek Interpretasi derajat hubungan selain diuji oleh taraf signifikansi, juga oleh interpretasi Guilford 1926 yang diikuti oleh Rahmat 1986, yaitu bila : rs = kurang dari 0,20 : hubungan rendah sekali rs = 0,20 – 0,40 : hubungan rendah tapi pasti rs = 0,40 – 0,70 : hubungan cukup kuat rs = 0,70 – 0,90 : hubungan kuat rs = lebih dari 0,90 : hubungan sangat kuat V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Keadaaan Umum Daerah Penelitian 5.1.1. Keadaan Fisik Batas-batas wilayah kerja KUD Mandiri Bayongbong meliputi dua Kecamatan, yaitu kecamatan Bayongbongg dan Cigedug. Bayongbong ini terletak ± 13 km dari kota Garut dengan luas areal 3.445,25 hektar dengan bentuk wilayah berbukit-bukit dan pegunungan. Daerah bayongbong ini terletak pada ketinggian 700 sampai dengan 1200 m dari permukaa laut dengan temperatur rata-rata per harinya 25-30 °C serta dengan curah hujan rata-rata 1.250 mmhari. Kecamatan Bayongbong mencakaup 17 desa yaitu; Desa Bayongbong, Ciela, Mulyasari, Panembong, Mekarjaya, Sukarame, Hegarmanah, Simagalih, Salakuray, Banjarsari, Cinisti, Pamalayan, Ciburuy, Cikedokan, Sukasenang, Karyajaya dan Mekarsari. Sedangkan di kecamatan Cigedug mencakup 5 desa terdiri dari : Desa Sindangsari, Cintanagara, Cigedug, Sukahurip dan Barusuda. Kecamatan Cigedug terletak ± 26 km dari kota garut dengan luas areal 3.455,25 hektar dengan bentuk wilayah berbukit-bukit dan pegunungan. Daerah Cigedug ini terletak pada ketinggian 700 sampai dengan 1200 m dari permukaan laut dengan temperatur rata-rata perharinya 25-30°C serta dengan curah hujan rata-rata 1.250 mm hari. Keadaan tanah yang subur, cuaca yang sejuk dan curah hujan yang cukup tinggi merupakan faktor utama yang menunjang keberhasilan daerah Bayongbong dan Cigedug ini disektor pertanian, dimana daerah ini cocok sekali untuk Unit Usaha Peternakan Sapi Perah. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan terhadap jumlah peternak sapi perah, jumlah populasi sapi perah serta produksi susu dari tahun ke tahun.

5.1.2. Keadaan Sosial Ekonomi

Kecamatan Bayombong merupakan daerah agraris dengan pola tanaman terdiri dari pertanian sawah hujan dan perkebunan palawija. Kondisi ini tampak pula dalam jenis mata pencaharian penduduk yang umumnya bekerja di bidang pertanian dengan komposisi : petani pemilik tanah 2254 Orang 15.5 , petani penggarap tanah 1237 orang 8.5 , buruh tani 9335 Orang 64.2 , pengusaha sedang besar 97 orang 0.67 , pengrajin indrustri kecil 895 orang 6.15 , buruh Indrustri 732 orang 5.03 sisanya adalah sebagai buruh diluar tani, PNS TNI, pensiunan dan pegawai swasta. Adapun tataguna lahan di Kecamatan Bayombong digambarkan pada tabel berikut. No Penggunaan Lahan Luas ha Luas 1 Tanah Sawah 11276 73.33 2 Tadah hujan sawah rendengan 30 0.20 3 Tanah Kering 2004 13.03 4 Pekarangan bangunan 366 2.38 5 Tegal Kebun 639 4.16 6 Balong empang 40 0.26 7 Tanah Hutan 1022 6.65 15377 100 Tabel 1. Tataguna lahan di Kecamatan Tanjungsari Kabupaten Sumedang. Sumber : Monografi Kecamatan Bayombong Kondisi basis ekologi yang terdiri dari sawah, lahan kering, hutan dan perkebunan mempunyai implikasi terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakatnya, sehingga kehidupan sosial ekonomi masyarakat lebih banyak mengandalkan pada potensi lingkungan alamiahnya. Pola kehidupan sosial masyarakat bercorak kehidupan pedesaan dengan nilai-nilai sosial yang bercorak tradisional agamis dan kehidupan ekonomi yang bercorak ekonomi produksi pertanian. Oleh karena itu salah satu ekonomi yang bercorak yang berkembang disana adalah hasil produksi peternakan sapi perah. Kegiatan ekonomi pedesaan yang berbasis pada produksi sapi perah ditunjang oleh kelembagaan ekonomi yang memperkuat kegiatan usaha masyarakat peternak dengan KUD yang mengfasilitasi dan mengembangkan usaha ternak sapi perah untuk seluruh Kecamatan wilayah Bayombong. Potensi peternakan di wilayah Bayombong cukup besar, hal tersebut tampak pada populasi dan jenis ternak yang berkembang terdiri dari sapi perah 2752 ekor, domba 7335 ekor, kambing 513 Ekor, kerbau 67 ekor, ayam 3652 ekor, dan itik 7451 ekor serta ternak lainnya. Khusus untuk peternak sapi perah, kegiatan ekonomi serta kebutuhan hidup terangkat oleh koperasi sapi perah. Dinamika ekonomi pedesaan masyarakat Tanjungsari berkembang positif, indikasi nampaknya pada tingkat pendidikan penduduk yang sudah mencapai tingkat SLTA 6.4 , SLTP 15.3 dan SD 78.3 . Namun masih banyak penduduk yang tidak dapat melanjutkan pendidikan.

5.2. Keadaan Umum KUD Mandiri Bayongbong