Akhir Periode Yayoi Abad ke 2 sampai Abad ke 3 Periode Nara Abad 8 .1 Menkachu Periode Sengoku abad ke 15 sampai abad ke 16 .1 Tousei Gusoku

Ada beragam variasi dari Yoroi. Sejak periode Yayoi hingga Periode Edo Yoroi mengalami perubahan. Pakaian tempur dari bahan kayu pada akhir periode Yayoi abad 2-3. Model Keiko dan Tankou yang berbahan baja dan kulit hewan yang muncul pada periode Kofun abad 4-7. O-Yoroi, domaru, dan Domaru-yoroi pada periode Heian abad 8-12. Pada periode Kamakura abad 12-14 muncul Haramaki dan Hara-ate. Pada awal periode Muromachi abad 14 kaum bushi tampil dengan perpaduan dari model-model yang telah ada sebelumnya ditambah dengan beragam corak dan aksesoris-aksesoris yang sangat eksentrik. Nakanishi 2008:86 mengatakan bahwa di awal periode Muromachi, para prajurit mengenakan kostum yang sangat eksentrik, sambil membawa senjata berat dan kelihatan seperti parade iblis di malam hari. Memasuki periode Sengoku Jidai abad 15-16 muncul Gusoku dan Tousei gusoku. Dan di periode Edo abad 17- 19 yang penuh kedamaian pun, pakaian tempur yang glamor tetap diproduksi dalam jumlah besar sebagai kebanggaan bagi kaum Samurai. Berikut ini perkembangan baju tempur Jepang dari akhir periode Yayoi sampai periode Edo:

2.1.1 Akhir Periode Yayoi Abad ke 2 sampai Abad ke 3

Baju tempur pada periode Yayoi termasuk kedalam kategori itamonoyoroi 板物 甲 berupa potongan kayu yang disusun dan disambung dengan paku maupun benang, bersifat kaku. Berbahan dasar kayu dan kulit sapi. Termasuk kedalam model Tanko 短甲 yang berarti baju tempur pendek. Hanya melindungi bagian badan depan dan punggung. Terdapat papan berbentuk seperti sayap yang Universitas sumatera utara dilekatkan pada bagian punggung dengan ukiran-ukiran. Melihat bentuknya diperkirakan digunakan untuk acara-acara ritual. “Tanko yang terdapat pada periode Yayoi terbuat dari kayu dan kulit kulit sapi yang diolah dilihat dari bentuknya, daripada digunakan untuk bertempur lebih terlihat seperti perlengkapan upacara ritual” Miura, 2010:26.

2.1.2 Periode Kofun Abad ke 4 sampai abad ke 7

Pada periode Kofun ada 2 karakteristik baju tempur yang muncul; Tanko dan Keiko.

2.1.2.1 Tanko

Tanko, sesuai namanya yang berarti “baju tempur pendek” hanya melindungi bagian dada, perut dan punggung. terdiri dari potongan besi berbentuk persegi panjang yang tersusun dan disambung dengan paku. Pada akhir abad ke 4 muncul potongan-potongan berbentuk segitiga dan segi empat. Bagian membuka dan menutup terdapat pada bagian depan dengan cara diikat dengan tali. Pada abad ke 5 pemakaian engsel untuk membuka dan menutup menjadi tren. Cara pemakaiannya ialah dengan sambungan tali dan mengikatnya pada bahu. Digunakan untuk bertempur dengan berjalan kaki. Model Tanko ini tidak ditemukan lagi pada Kofun abad ke 6.

2.1.2.2 Keiko

Keiko muncul sejak kira-kira abad ke 5. Ciri khas keiko ialah strukturnya terbentuk dari kozane 小札, yaitu potongan kecil berbahan besi dan kulit yang Universitas sumatera utara berbentuk persegi panjang. Yang disusun kebawah dan kesamping dan disambung dengan menggunakan benang. Bagian do 胴 dan kusazuri 草摺 pelindung bawah perut sampai paha atas terhubung menjadi satu bagian. Bagian buka-tutupnya terdapat pada bagian depan. Berbeda dengan model tanko yang termasuk itamono yoroi 板物 yang kaku, keiko termasuk kedalam bentuk kozane yoroi 小札甲 yang elastis, sehingga digunakan pada pertempuran dengan menunggang kuda, munculnya keiko juga menjadi awal pemakaian kuda pada pertempuran di Jepang. Namun bentuk kozane yang terdapat pada keiko berbeda dengan kozane pada periode Heian. Kozane pada keiko secara khusus disebut dengan keikozane. Ada 2 jenis baju tempur yang muncul pada periode Kofun, begitu juga dengan Kabuto 兜 . Pada periode kofun muncul shoukakutsukikabuto 衝 角 付 冑 dan mabisashitsukikabuto 眉庇付冑. Kogusoku yang muncul ialah; akabeyoroi pelindung mulai dari bagian lingkaran bahu, dada, dan punggung bagian atas, katayoroi pelindung bagian bahu sampai lengan atas, kote pelindung tangan, dan suneate pelindung tulang kering. Secara umum kogusoku pada tanko terbuat dari papan dan pada keiko terbuat dari kozane. Universitas sumatera utara 2.1.3 Periode Nara Abad 8 2.1.3.1 Menkachu Periode Nara ialah saat terbentuknya sistem militer Negara Jepang yang berbasis model militer China yang disebut Taihou Ritsuryou. Seluruh produksi dan pengelolaannya dilaksanakan oleh divisi militer pemerintah, jadi bentuknya seragam dan kepemilikan pribadi dilarang. Ada perubahan besar dari periode sebelumnya. Keiko sedikit lebih panjang dan muncul Menkachu 綿甲冑 baju tempur katun, seluruh baju tempur berbahan katun dengan potongan-potongan dari besi dan kulit yang dilekatkan pada permukaan luarnya. Model ini sama dengan baju tempur Dinasti Tang pada saat itu juga. 2.1.4 Periode Heian Abad ke 8 sampai abad ke 12 2.1.4.1 O-yoroi Berlawanan seperti sebelumrnya, dimana pakaian tempur hanya disuplai oleh pemerintah, pada periode Heian Pakaian tempur menjadi milik pribadi. Pada masa ini terjadi persaingan antara keluarga-keluarga Samurai yang kuat. Cara bertempur pun mengalami perubahan dari dengan berjalan kaki, berubah ke pertempuran dengan menggunakan tombak sambil berkuda. Desain pakaian tempur pun mengalami perubahan. Pada periode ini terbentuk model orisinil pakaian tempur Jepang yang disebut dengan O-Yoroi. Jenis-jenis yang muncul pada periode ini ialah: O-Yoroi dan Hoshi kabuto, Domaru yoroi, Domaru, dan Haramaki. Universitas sumatera utara Yang disebut dengan O-Yoroi ialah Yoroi yang ukurannya besar dan model ini dikatakan sebagai bentuk orisinil pakaian tempur Jepang karena memiliki bentuk yang indah. Karakter dasar dari O-Yoroi ialah penggunaannya dalam pertempuran berkuda. Dimana tubuh harus dapat bergerak bebas ke kiri dan ke kanan agar bisa menyerang dengan tombak maupun panah secara maksimal. O-yoroi memiliki kapasitas menyerang dan bertahan secara seimbang. Perlengkapan O-Yoroi ialah: Kabuto pelindung kepala, waidate pelindung badan bagian samping kanan, do pelindung dada, sode pelindung bahu, sawan nomi kote Pelindung tangan sebelah kiri, suneate pelindung tulang kering. Bahan-bahan materialnya ialah: kulit sapi, kulit rusa, vernis, benang, tali, kuningan, batang pohon, emas, perak. Kesemuanya adalah benda-benda yang sangat mahal dan oleh karena itu hanya digunakan oleh para Jenderal dan samurai kelas atas. Salah satu karakteristik lainnya ialah termasuk ke dalam jenis kozane potongan besi kecil-kecil yang sesuai digunakan dalam pertempuran menggunakan tombak sambil berkuda. Komponennya terdiri dari: Kozane, bulu-bulu hewan, kulit, benang, bahan emas dan perak. Kabuto atau pelindung kepalanya ialah tipe hoshi kabuto. Dan pengganti tameng ialah O-sode. Maksud dari mengganti tameng dengan O-sode bertujuan untuk memaksimalkan penyerangan. Pakaian tempur Jepang termasuk jenis menyerang. Meskipun banyak celah namun mendapatkan gerakan yang bebas lebih ideal. Tidak memegang tameng dengan tangan, karena kedua tangan digunakan untuk membawa senjata. Celah-celah yang terdapat pada O-yoroi ialah, meskipun bagian kepala dan dahi terlindungi oleh kabuto, tapi bagian wajah terbuka. Dan untuk maksimal dalam menarik busur panah, bagian tangan kanan tidak Universitas sumatera utara menggunakan kote pelindung tangan. Kemudian agar mendapatkan gerakan tubuh yang bebas struktur O-yoroi terbentuk dari kozane yaitu potongan-potongan kecil berbentuk persegi panjang yang tersusun. Kemudian, agar anak panah musuh tidak tersangkut maka bagian do strukturnya dibuat lebar. Pemakaian O-yoroi berbeda dengan Gusoku pada sengoku jidai. Bagian dibawah do tidak dikencangkan. Hal ini pun merupakan faktor penting untuk mendapatkan gerakan yang lebih ringan. Untuk menghubungkan bagian do depan dan punggung terdapat tameng kecil yang melindungi bagian samping dada, sebelah kanan disebut dengan sendan no ita, sedangkan sebelah kiri disebut dengan kyuubi no ita. O-yoroi, demi memudahkan pergerakan tangan dalam menggunakan panah atau tombak ada bagian dari yoroi yang dikurangi. Yaitu bagian tengah dada yang tidak mendapatkan pelindung. Sendan no ita untuk mendapatkan kelenturan terbentuk dari kozane, sedangkan kyubi no ita untuk mendapatkan kekuatan dalam menarik busur panah terbentuk dari besi berbentuk satu potongan besar kozane. Kemudian bagian yang terdapat pada samping leher berbentuk tipis panjang yang menghubungkan do bagian depan dan punggung disebut watagami, diikat dengan rapi berbentuk seperti layar disebut shouji ita. Terbuat dari besi yang dilapisi oleh kulit bertujuan melindungi bagian kiri-kanan leher dari serangan panah musuh. Pelindung badan bagian samping disebut waidate, yaitu besi keras yang dilapisi dengan kulit merupakan alat pertahanan yang kuat. Potongan-potongan besi yang terdapat pada bagian dari pinggang ke pantat disebut dengan kusazuri. Kusazuri terdapat 3 lembar yaitu pada bagian depan, kanan, dan belakang.1 lembar dilekatkan dengan waidate. Total seluruhnya ada 4 lembar. Melindungi bagian Universitas sumatera utara pinggang hingga pantat. Dibawah kusazuri, untuk melindungi lutut terdapat alat pelindung yang disebut hizayoroi, yang mirip dengan haidate pada periode- periode selanjutnya. Ketika memakai O-yoroi, pertama-tama kita harus mengikuti langkah-langkahnya, dibutuhkan waktu lama untuk memakainya. Agar tidak terlepas disaat berperang. Hal ini merupakan hal yang sangat penting. Dan juga untuk mendapatkan kenyamanan disaat memakainya. Lebih jauh lagi, saat berada di dalam air atau ketika terjatuh kelaut, penting untuk dapat melepaskannya dengan cepat. Dengan maksud ini ikatan-ikatan benang pada O-yoroi diikat dengan simpul kupu-kupu, sehingga bisa langsung terlepas. Teknik ini merupakan peraturan dasar. Peraturan dasar memakainya ialah dari bawah ke atas dan dari kiri ke kanan. Menurut susunannya, pertama-tama memakai shita obi cawat, kemudian kosode baju dalam yoroi, kemudian naka obi tali pengikat di pinggang. Setelah itu memakai hakama yang panjang. Kemudian memakai eboshi kain penutup kepala, eboshi ini disebut juga dengan hikitate eboshi karena bentuknya yang berdiri, lalu dikencangkan dengan hachimaki handuk. Kemudian memakai sarung tangan, hanya pada bagian ini dimulai dari sebelah kanan. Kemudian memakai yoroi hitatare baju seperti hakama, memakai habaki dan suneate pelindung tulang kering, memakai tsuranuki sepatu, memakai kote pelindung tangan, memakai waidate pelindung bagian samping badan, kemudian memakai do yoroi pada badan, kemudian memakai sode pelindung bahu, kemudian kabuto pelindung kepala, demikianlah susunannya. Universitas sumatera utara Pada pertempuran samurai, pertempuran dengan berkuda menjadi hal yang utama, selain itu para samurai pejalan kaki bertempur dengan berjalan kaki dengan alat tempur berupa tachi, katana, dll. Dan oleh karena itu, untuk pertempuran dengan berkuda lahirlah O-yoroi dan pertempuran dengan kaki lahirlah haraate dan haramaki yang digunakan pada pertempuran Shouhei, tengyo no ran, zenkunen no eki, gosannen no eki, henkyou no han ran. Seiring berjalannya waktu kedua model ini semakin mendapatkan improvisasi.

2.1.4.2 Haraate

Diantara yoroi ada model yang paling simpel. Hanya melindungi bagian dada dan perut. Hanya terdiri dari bagian depan do dan samping kiri-kanan badan dengan bentuk setengah lingkaran. Cara memakainya ialah dengan mengaitkan tali dari kulit pada bagian atas do hinngga punggung bagian bawah do. Biaya produksi hara ate ialah yang paling murah. Ringan dan mudah digunakan, merupakan alat perlindungan bagi para bawahan. Seiring berjalannya waktu diilhami oleh hara ate muncullah haramaki.

2.1.4.3 Doumaru

Setelah O-yoroi, berkembanglah do yoroi, melingkar dari pinggan hingga punggung, karena terdapat perlindungan pada bagian samping kanan, maka menambah beratnya. Bentuknya ialah ditarik dan diikat pada pinggang sebelah kanan. Biasanya memiliki 7 sampai 8 buah kusazuri. Pada masa-masa awal kalangan kelas bawah dan menengah memakainya tanpa sode dan menggantinya dengan gyouyou pada bahu kiri dan kanan. Kabuto pun tidak dipakai. Namun seiring berjalannya waktu doumaru dipakai juga oleh Universitas sumatera utara kalangan samurai kelas atas. Dan tidak lama kemudian mereka juga menambahkan sode, kabuto, dan kogusoku. Pada periode Nanbokucho model seperti ini menjadi populer dan mirip dengan model gusoku. Strukturnya simpel, termasuk kedalam pakaian tempur karakteristik ringan.

2.1.5 Periode Nanbokucho awal abad ke 14

Dengan dipengaruhi oleh perang-perang saudara seperti perang Bun ei, kou an, dan yang lebih besar perang Nanbokucho, dan juga persaingan diantara kaum samurai, peralatan-peralatan tempur mengalami perkembangan yang besar. Pada masa ini banyak terjadi pertempuran di area kastil, dan pertempuran dengan berkuda maupun dengan berjalan kaki pun semakin berkembang, begitu juga dengan senjata-senjata yang semakin beragam seperti: tachi, nagamaki, choutou, dll. Panah dan tombak semakin lazim dibawa oleh kalangan kelas bawah, begitu juga dengan baju tempur, perlengkapan pertahanan yang kuat menjadi sangat penting. Untuk tujuan itu, tidak adanya celah dalam melindungi tubuh menjadi hal yang sangat diperhatikan. Hal inilah yang menjadi dasar berkembangnya kogusoku. Kemunduran o-yoroi digantikan oleh doumaru. Dou merupakan karakteristik utama dari yoroi, kemudian kabuto, o sode, kogusoku. Suji kabuto menjadi populer menggantikan hoshi kabuto. Dan juga selain doumaru, haramaki yang lebih ringan pun pada periode muromachi menjadi populer. Awalnya Haramaki ialah pakaian tempur yang hanya dikenakan oleh pasukan infatri atau pasukan pejalan kaki. Namun kemudian juga dikenakan oleh kalangan samurai kelas atas. Universitas sumatera utara Pada periode muromachi haramaki lebih banyak digunakan daripada doumaru. Style pemakaian haramaki oleh kalangan samurai kelas atas ialah, melengkapinya dengan shuji kabuto, o-sode, atau tsuba sode. Dan juga Hara ate, yoroi yang paling ringan dan simpel pun lahir pada periode ini. Dibandingkan pertempuran sebelumnya, pada masa nanbokucho permintaan akan pakaian tempur meningkat. Kozane yang lebih simpel, iyozane lahir pada masa ini, digunakan pada tateage, chougawa, dan bagian atas kusazuri. Penggunaan iyozane ialah pada doumaru dan haramaki, dibuat juga untuk haraate. Kogusoku ialah, perlengkapan-perlengkapan ringan dari kachu yang dikembangkan dan berfungsi untuk menutupi seluruh tubuh agar tidak ada area yang terbuka. Untuk melengkapi hatsuburi pelindung wajah, nodowa dan menbou pun dibuat. Tsutsu gote dan shino gote pelindung tangan pun berkembang, haidate pelindung paha pun menjadi populer, sune ate pelindung tulang kering menjadi lebih besar, untuk melindungi bagian belakang suneate yang terbuka dibuat juga kou gake. Dan juga, karena beban berat tidak diperlukan bagi pasukan pejalan kaki, maka ashi naka dan waraji alas kaki berbahan jerami digunakan. Kemudian setelah perang onin, Jepang memasuki periode perang seluruh negeri, di setiap wilayah terus-menerus terjadi pertempuran. Perlengkapan tempur pun diperlukan setiap saat, sejak masa ini, bagian belakang haramaki yang terbuka pun dibuat penutupnya. Universitas sumatera utara

2.1.5.1 Haramaki

O-yoroi ialah pakaian tempur yang disesuaikan untuk pertempuran dengan berkuda, kekuatan pertahanannya kuat dan memerlukan biaya yang mahal. Untuk mencegah produksi besar-besaran maka tidak digunakan pada pertempuran dengan berjalan kaki. Dibuatlah haramaki, model yang tidak menelan banyak biaya, dan juga dapat digunakan dalam pertempuran berkuda maupun berjalan kaki, juga memiliki bobot yang ringan, dan cara memakainya pun mudah. Bahan- bahan material pembentuk haramaki hampir sama dengan o-yoroi, namun potongan-potongan besinya sedikit lebih kecil dari o-yoroi, tidak ada waidate. Bentuknya ialah pada bagian do, di tengah-tengah bagian punggung terbuka jarena merupakan tempat mengikat talinya. Pada masa-masa awal, kabuto, sode, dan kogusoku tidak dikenakan. Hanya bagian do yang digunakan. Akan tetapi kemudian, sebagai pengganti sode digunakan gyou you, dan seiring pergantian zaman, kabuto, sode, kogusoku juga ditambahkan dalam pemakaiannya. Kelebihan dari haramaki ialah tidak ada hubungannya dengan bentuk tubuh pemakainya, semua bentuk tubuh bisa memakainya. Seiring berjalannya waktu haramaki digunakan oleh kalangan samurai kelas atas. Bagian yang terbuka pada punggung ditutup dengan komponen yang dinamakan se ita, yaitu potongan berbentuk tipis panjang dengan struktur kozane dan satu set kusazuri. Dibuat untuk menambah kekuatan pertahanan pada bagian belakang tubuh. Se ita juga dikenal dengan sebutan okubyou ita. Dan juga bagian belakang suneate yang terbuka, komponen tambahannya juga disebut dengan okubyou ita. Universitas sumatera utara 2.1.6 Periode Sengoku abad ke 15 sampai abad ke 16 2.1.6.1 Tousei Gusoku Pada periode Azuchi-momoyama bersamaan dengan periode Sengoku pertempuran yang terjadi ialah pertempuran jarak dekat, dan tombak menjadi senjata utama. Kemudian mulai muncul senjata api. Untuk mengantisipasi senjata api maka pakaian tempur pun bertambah berat. O-yoroi yang merupakan bentuk dasar dari pakaian tempur Jepang sudah tidak digunakan lagi pada pertempuran. Terlihat model dengan struktur yang baru pada yoroi. Mulai akhir periode Muromachi sampai periode Sengoku banyak komponen-komponen baru yang diciptakan. Hasilnya disebut dengan Tousei gusoku. Dan Secara umum disebut dengan gusoku saja. Kata gusoku berarti persiapan penuh. Dengan kata lain menunjukkan satu set lengkap pakaian tempur Jepang. Domaru, haramaki dll lengkap dengan kabuto, sode, kogusoku, seluruhnya disebut dengan gusoku. Sedangkan kata Tousei berarti modern atau up to date. Jadi Tousei gusoku berarti Gusoku yang modern. Atau bisa disebut juga bentuk pakaian tempur Jepang paling modern pada saat itu. Karakteristik utamanya ialah dengan do dan kugosoku yang tidak lagi terdapat celah, melindungi seluruh bagian tubuh. Tingkat pertahanannya sangat tinggi. Tousei gusoku ialah model terakhir yang dikembangkan oleh keluarga samurai. Haramaki yang memiliki celah pada bagian punggung tidak digunakan pada tousei gusoku. Akan tetapi bentuknya diadopsi dari doumaru yang memiliki karakteristik menarik dan mengikat pada bagian badan sebelah kanan. Model do yoroi pada tousei gusoku diambil dari model doumaru. Dan juga dibandingkan dengan o-yoroi pada periode chuusei, doumaru, Universitas sumatera utara haramaki, dll. Yang memiliki satu bentuk dan satu fungsi, tousei gusoku memiliki beragam bentuk dan beragam fungsi. Khususnya untuk beradaptasi dari serangan panah, senjata api, dll. Dan juga pengaruh dari negeri asing, menghasilkan bentuk yang sangat kuat. Disisi lain, sode, dengan berbagai perlengkapan dari nanban gusoku lama-kelamaan menjadi tidak berfungsi lagi. Dan juga untuk mengekspresikan diri dan meningkatkan tensi para samurai menggunakan kabuto, tate mono, sashi mono dengan ide-ide sendiri. Pada bagian belakang do dipasang gattari dan mochiuke. Dengan menggunakan ukezuke pada bagian ini dipasang sashimono. Kabuto pun berubah dari model yang selama ini dipakai, lahir bentuk baru yang disebut kawari kabuto, bentuk dan komponen-komponennya bertambah. Tatemono dipasang pada bagian depan, samping, maupun belakang secara bebas, menghasilkan bentuk yang sangat eksentrik.

2.1.7 Periode Edo