Terapi Farmakologi Penatalaksanaan Diabetes Melitus .1 Terapi Non Farmakologi

19

2.2.3.2 Terapi Farmakologi

a. Insulin Insulin adalah hormon yang di hasilkan dari sel β pankreas dalam merespon glukosa. Insulin merupakan polipeptida yang terdiri dari 51 asam amino tersusun dalam 2 rantai, rantai A terdiri dari 21 asam amino dan rantai B terdiri dari 30 asam amino. Insulin mempunyai peran yang sangat penting dan luas dalam pengendalian metabolisme, efek kerja insulin adalah membantu transport glukosa dari darah ke dalam sel. Ada berbagai jenis sediaan insulin eksogen yang tersedia, yang terutama berbeda dalam hal mula kerja onset dan masa kerjanya duration. Sediaan insulin untuk terapi dapat digolongkan menjadi 4 kelompok, yaitu: i. Insulin masa kerja singkat Short-acting Insulin Yang termasuk disini adalah insulin reguler Crystal Zinc InsulinCZI. Preparat yang ada antara lain: Actrapid, Velosulin, Semilente. Insulin jenis ini diberikan 30 menit sebelum makan, mencpai puncak setelah 1-3 jam dan efeknya dapat bertahan sampai 8 jam. ii. Insulin masa kerja sedang Intermediate-acting Yang dipakai saat ini adalah Netral Protamine Hegedorn NPH, Monotard, dan Insulatard. Jenis ini awal kerjanya adalah 1,5 - 2,5 jam. Puncaknya tercapai dalam 4 - 15 jam dan efeknya dapat bertahan sampai dengan 24 jam. iii. Insulin masa kerja sedang dengan mula kerja cepat Yaitu insulin yang mengandung insulin kerja cepat dan insulin kerja sedang. Insulin ini mempunyai onset cepat dan durasi sedang 24 jam. Preparatnya: Mixtard 3040. Universitas Sumatera Utara 20 iv. Insulin masa kerja panjang Long-acting insulin Merupakan campuran dari insulin protamine, diabsorbsi dengan lambat dari tempat penyuntikan sehingga efek yang dirasakan cukup lama, yaitu sekitar 24 - 36 jam. Preparat : Protamine Zinc Insulin PZI, Ultratard Anonim, 2008. b. Obat Antidiabetik Oral i. Golongan Sulfonilurea Sulfonilurea digunakan sebagai salah satu terapi pada DM tipe 2 karena dapat menstimulasi sekresi insulin. Mekanisme sekresi insulin terjadi karena sulfonilurea dapat berikatan dengan subunit SUR1 pada kanal kalium yang sensitif ATP k-ATP di sel β pankreas sehingga dapat menginduksi terjadinya penutupan kanal k-ATP. Penutupan kanal tersebut menyebabkan depolarisasi membran sel β pankreas sehingga kanal Ca 2+ yang sensitif tegangan terbuka dan terjadi influks kalsium. Peningkatan kalsium intraseluler menstimulasi eksositosis pelepasan granul insulin dan meningkatkan sekresi insulin Triplitt, C, et.al., 2008. Obat yang termasuk dalam golongan ini, yaitu glibenklamid, gliklazid, glipizid, glikuidon, dan glimepirid. Efek samping obat golongan ini yang sering terjadi, yaituhipoglikemia dan peningkatan berat badan Triplitt, C, et.al., 2008. ii. Golongan Biguanida Golongan ini yang tersedia adalah metformin, metforminmeningkatkansensitivitas insulinbaik pada hatidanjaringan perifer. Metformin juga menekan nafsu makan hingga berat badan tidak meningkat, sehingga layak diberikan pada penderita yang overweight. Efek samping dari Universitas Sumatera Utara 21 biguanida adalah gangguan gastrointestinal meliputi diare dan rasa tidak nyaman pada perutTriplitt, C, et.al., 2008. iii. Golongan Tiazolidindion Golongan obat baru ini memiliki kegiatan farmakologis yang luas dan berupa penurunan kadar glukosa dan insulin dengan jalan meningkatkan kepekaan bagi insulin dari otot, jaringan lemak dan hati, sebagai efeknya penyerapan glukosa ke dalam jaringan lemak dan otot meningkat. Contoh : Pioglitazone, Rosiglitazone Triplitt, C, et.al., 2008. iv. Golongan Inhibitor Alfa Glukosidase Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim glukosidase alfa di dalam saluran cerna sehingga dapat menurunkan hiperglikemia postprandrial. Obat ini bekerja di lumen usus dan tidak menyebabkan hipoglikemia dan juga tidak berpengaruh pada kadar insulin. Contoh: Acarbose dan Miglitol Triplitt, C, et.al., 2008. v. Golongan DPP IV Inhibitor Penghambat Dipeptidyl Peptidase 4 DPP-4 menghambat kerja DPP-4 dalam menguraikan inkretin.Penghambat Dipeptidyl Peptidase 4 DPP-4 juga bekerja seperti GLP-1 yaitu menstimulasi insulin dan menghambat sekresi glukagon, namun penghambat Dipeptidyl Peptidase 4 DPP-4 tidak menghambat pengosongan lambung. Contoh penghambat Dipeptidyl Peptidase 4 DPP-4 adalah Sitagliptin dan Vildagliptin.Penghambat Dipeptidyl Peptidase 4 DPP-4 memiliki waktu paruh yang panjang kecuali Vildagliptin. Efek samping yang sering terjadi pada penggunaan Penghambat Dipeptidyl Peptidase 4 DPP-4 adalah diare, mual, muntah dan sakit kepala Triplitt, C, et.al., 2008. Universitas Sumatera Utara 22

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode survey deskriptif cross-sectional, yaitu jenis survey yang menggambarkan situasi atau keadaan tertentu. Pengambilan data pasien secara retrospektif adalah penelitian yang berusaha melihat kebelakang Notoatmodjo, 2010. 3.2 Populasi dan Sampel 3.2.1 Populasi Populasi dalam penelitian ini adalah lembar resep pasien DM tipe 2 rawat jalan di RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh periode April-September 2014. Subjek yang diambil harus memenuhi kriteria inklusi dan tidak memenuhi kriteria ekslusi. Kriteria inklusi merupakan persyaratan yang dapat diikutsertakan ke dalam penelitian. Adapun yang menjadi kriteria inklusi adalah: a. lembar resep pasien DM tipe 2 rawat jalan di RSUD dr. Zainoel AbidinBanda Aceh periode April-September 2014 b. mendapatkan terapi 1 obat c. pasien DM tipe 2 yang menerima resep obat antidiabetik oral Kriteria ekslusi merupakan keadaan yang menyebabkan subjek tidak dapat diikutsertakan. Adapun yang menjadi kriteria ekslusi adalah lembar resep yang tidak lengkap tidak memuat informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Universitas Sumatera Utara 23

3.2.2 Sampel