16
2.2.2 Diagnosis Diabetes Melitus
Diagnosis DM biasanya diikuti dengan adanya gejala poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan penyebabnya.
Tabel 2.1
. Kriteria penegakan diagnosis diabetes melitus
Glukosa plasma puasa Glukosa Plasma 2
jam setelah makan
Normal 100 mgdl
140 mgdl Diabetes
≥126 mgdl ≥200 mgdl
Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik akan menimbulkan komplikasi akut dan kronis. Menurut PERKENI komplikasi DM dapat dibagi menjadi dua
kategori, yaitu : a. Komplikasi akut
i. Hipoglikemia, adalah kadar glukosa darah seseorang di bawah nilai normal 50 mgdl. Gejala umum hipoglikemia adalah lapar, gemetar, mengeluarkan
keringat, berdebar-debar, pusing, pandangan menjadi gelap, gelisah serta bisa koma. Apabila tidak segera ditolong akan terjadi kerusakan otak dan akhirnya
kematian. Kadar gula darah yang terlalu rendah menyebabkan sel-sel otak tidak mendapat pasokan energi sehingga tidak berfungsi bahkan dapat mengalami
kerusakan. ii. Hiperglikemia, adalah apabila kadar gula darah meningkat secara tiba-tiba.
Gejala hiperglikemia adalah poliuria, polidipsia, polifagia, kelelahan yang parah, dan pandangan kabur. Hiperglikemia yang berlangsung lama dapat
berkembang menjadi keadaan metabolisme yang berbahaya, antara lain
Universitas Sumatera Utara
17 ketoasidosis diabetik, Koma Hiperosmoler Non Ketotik KHNK dan
kemolakto asidosis. Ketoasidosis diabetik diartikan tubuh sangat kekurangan insulin dan sifatnya mendadak. Akibatnya metabolisme tubuh pun berubah.
Kebutuhan tubuh terpenuhi setelah sel lemak pecah dan membentuk senyawa keton, keton akan terbawa dalam urin dan dapat dicium baunya saat bernafas.
Akibat akhir adalah darah menjadi asam, jaringan tubuh rusak, tak sadarkan diri dan mengalami koma. Komplikasi KHNK adalah terjadi dehidrasi berat,
hipertensi, dan syok. Komplikasi ini diartikan suatu keadaan tubuh tanpa penimbunan lemak, sehingga penderita tidak menunjukkan pernafasan yang
cepat dan dalam, sedangkan kemolakto asidosis diartikan sebagai suatu keadaan tubuh dengan asam laktat tidak berubah menjadi karbohidrat.
Akibatnya kadar asam laktat dalam darah meningkat hiperlaktatemia dan akhirnya menimbulkan koma.
b. Komplikasi kronis i. Komplikasi makrovaskuler, komplikasi makrovaskuler yang umum
berkembang pada penderita DM adalah trombosit otak pembekuan darah pada sebagian otak, mengalami penyakit jantung koroner PJK, gagal jantung
kongetif, dan stroke. Pencegahan komplikasi makrovaskuler sangat penting dilakukan, maka penderita harus dengan sadar mengatur gaya hidup termasuk
mengupayakan berat badan ideal, diet gizi seimbang, olahraga teratur, tidak merokok, dan mengurangi stress.
ii. Komplikasi mikrovaskuler, komplikasi mikrovaskuler terutama terjadi pada penderita DM tipe 1. Hiperglikemia yang persisten dan pembentukan protein
yang terglikasi termasuk HbA1c menyebabkan dinding pembuluh darah
Universitas Sumatera Utara
18 semakin lemah dan menyebabkan penyumbatan pada pembuluh darah kecil,
seperti nefropati, diabetik retinopati kebutaan, neuropati, dan amputasi Sylvia and Lorraine, 2006.
2.2.3 Penatalaksanaan Diabetes Melitus 2.2.3.1 Terapi Non Farmakologi