Tingkat Keparahan Interaksi Obat

12 iii. Perubahan aliran darah renal Aliran darah melalui ginjal dikendalikan oleh produksi vasodilator prostaglandin ginjal. Jika sintesis prostaglandin ini dihambat, ekskresi beberapa obat dari ginjal dapat berkurang Stockley, 2008.

2.1.1.2 Interaksi Farmakodinamik

Interaksi farmakodinamik adalah interaksi yang terjadi antara obat yang memiliki efek farmakologis, antagonis atau efek samping yang hampir sama. Interaksi ini dapat terjadi karena kompetisi pada reseptor atau terjadi antara obat- obat yang bekerja pada sistem fisiologis yang sama Tatro, 2009. a. Interaksi aditif atau sinergis Jika dua obat yang memiliki efek farmakologis yang sama diberikan bersamaan efeknya bisa bersifat aditif. Sebagai contoh, alkohol menekan SSP, jika diberikan dalam jumlah sedang dosis terapi normal sejumlah besar obat misalnya ansiolitik, hipnotik, dan lain-lain, dapat menyebabkan mengantuk berlebihanStockley, 2008. b. Interaksi antagonis atau berlawanan Interaksi terjadi bila obat yang berinteraksi memiliki efek farmakologi yang berlawanan sehingga mengakibatkan pengurangan hasil yang diinginkan dari satu atau lebih obat Stockley, 2008.

2.1.2 Tingkat Keparahan Interaksi Obat

Keparahan interaksi diberi tingkatan dan dapat diklasifikasikan ke dalam tiga level : minor, moderate, atau major. a. Keparahan minor Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan minor jika efek biasanya Universitas Sumatera Utara 13 ringan; konsekuensi mungkin mengganggu tapi tidak signifikan mempengaruhi hasil terapi. Pengobatan tambahan biasanya tidak diperlukan Tatro, 2009. b. Keparahan moderate Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan moderate jika efek yang tejadi dapat menyebabkan perubahan status klinis pasien, menyebabkan perawatan tambahan, perawatan di rumah sakit dan atau perpanjangan lama tinggal di rumah sakit Tatro, 2009. c. Keparahan major Sebuah interaksi termasuk ke dalam keparahan major jika terdapat probabilitas yang tinggi kejadian yang membahayakan pasien termasuk kejadian yang menyangkut nyawa pasien dan terjadinya kerusakan permanen Tatro, 2009. Strategi pelaksanaan interaksi obat meliputi Fradgley, 2003: a. Menghindari kombinasi obat yang berinteraksi Jika risiko interaksi pemakaian obat lebih besar daripada manfaatnya maka harus dipertimbangkan untuk memakai obat pengganti. Pemilihan obat pengganti tergantung pada apakah interaksi obat tersebut merupakan interaksi yang berkaitan dengan kelas obat tersebut atau merupakan efek obat yang spesifik. b. Penyesuaian dosis obat Jika interaksi obat meningkatkan atau menurunkan efek obat maka perludilakukan modifikasi dosis salah satu atau kedua obat untuk mengimbangi kenaikan atau penurunan efek obat tersebut. Penyesuaian dosis diperlukan pada saat mulai atau menghentikan penggunaan obat yang berinteraksi. c. Pemantauan pasien Universitas Sumatera Utara 14 Jika kombinasi yang saling berinteraksi diberikan, maka diperlukan pemantauan pasien. Keputusan untuk memantau atau tidak tergantung pada berbagai faktor, seperti karakteristik pasien, penyakit lain yang diderita pasien, waktu mulai menggunakan obat yang menyebabkan interaksi dan waktu timbulnya reaksi interaksi obat. d. Melanjutkan pengobatan seperti sebelumnya Jika interaksi obat tidak bermakna klinis atau jika kombinasi obat yang berinteraksi tersebut merupakan pengobatan optimal, pengobatan pasien dapat diteruskan.

2.2 Diabetes Melitus

Diabetes melitus DM adalah suatu penyakit atau gangguan metabolisme kronis dengan multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan gangguan metabolisme karbohidrat, lipid dan protein sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin Ditjen Bina Farmasi dan Alkes, 2005.

2.2.1 Klasifikasi

Menurut American Diabetes Association 2011, terdapat 4 klasifikasi diabetes melitus, yaitu: a. Diabetes melitus tipe 1 Diabetes melitus tipe 1 disebut juga dengan istilah diabetes yang tergantung insulin atau diabetes yang muncul sejak kanak - kanak atau remaja juvenile diabetes. Kasus DM tipe 1 berkisar antara 5 - 10 dari seluruh populasi penderita diabetes. Lebih dari 95 penderita DM tipe 1 berkembang menjadi penyakit diabetes sebelum umur 25 tahun American Diabetes Association, 2008. Universitas Sumatera Utara