kemungkinan pengotoran dan kontaminasi. Berdasarkan SK Menkes RI No. 907MenkesSKVII2002 tentang syarat–syarat dan pengawasan kualitas air
minum pada lampiran I persyaratan kualitas air minum adalah sebagai berikut : a.
Persyaratan Fisika Air tidak boleh bewarna, tidak boleh berasa, tidak boleh berbau, suhu air
hendaknya di bawah sela udara sejuk± 25ºC, air harus jernih Sutrisno, 1996. b.
Persyaratan Bakteriologis Parameter persyaratan bakteriologis adalah jumlah maksimum E. Coli atau
Fecal Coli dan total bakteri coliform per 100 ml sampel. Persyaratan tersebut harus dipenuhi oleh air minum, air yang masuk system distribusi, dan air pada
sistem distribusi. c.
Persyaratan Kimiawi Air minum tidak boleh mengandung racun, zat–zat mineral atau zat–zat
kimia tertentu dalam jumlah melampaui batas yang telah ditentukan Joko, 2010.
2.5 Kualitas Fisik Air Minum
Standar persyaratan fisis air minum ada lima yaitu suhu, warna, bau, rasa, dan kekeruhan. Dalam tinjauan berikut ini akan diperoleh pengertian lebih jauh
tentang unsur–unsur tersebut, khususnya dalam hubungannya dengan dicantumkannya unsur – unsur tersebut dalam standar persyaratan kualitas
a. Suhu
Temperatur air akan mempengaruhi penerimaan masyarakat akan air tersebut dan dapat mempengaruhi pula reaksi kimia dalam pengelolaan, terutama
apabila temperatur tersebut sangat tinggi. Temperatur yang diinginkan adalah
50ºF - 60ºF atau 10ºC - 15ºC, tetapi iklim setempat, kedalaman pipa–pipa saluran air, dan jenis dari sumber–sumber air akan mempengaruhi temperatur ini. Di
samping itu, temperatur air juga mempengaruhi secara langsung toksisitas banyak bahan kimia pencemar, pertumbuhan mikroorganisme dan virus.
Secara umum, kelarutan bahan–bahan padat dalam air akan meningkat, meskipun ada beberapa pengecualian. Pengaruh temperatur pada kelarutan
terutama tergantung pada efek panas secara keseluruhan pada larutan tersebut.Kalau panas larutan itu adalah endothermis, maka larutan meningkat
dengan meningkatnya temperatur. Kalau panas dari larutan exothermis, kelarutan akan menurun dengan naiknya temperatur, dan apabila perubahan panasnya kecil,
kelarutan sangat kecil dipengaruhi oleh perubahan temperature Sutrisno, 1996. Tidak semua standar persyaratan kualitas air minum mencantumkan suhu
sebagai salah satu unsur standar. Meskipun demikian, uraian tersebut di atas dapat memberikan gambaran alasan mengapa suhu dimasukkan sebagai salah satu unsur
standar persyaratan, yakni dapat disimpulkan untuk : a.
Menjaga penerimaan masyarakat terhadap air minum yang dibutuhkannya. b.
Menjaga derajat toksisitas dan kelarutan bahan–bahan polutan yang mungkin terdapat dalam air, serendah mungkin.
c. Menjaga adanya temperatur air yang sedapat mungkin tidak menguntungkan
bagi pertumbuhan mikroorganisme dan virus dalam air. Penyimpangan terhadap standar suhu ini, yakni apabila suhu air minum
lebih tinggi dari suhu udara, jelas akan mengakibatkan tidak tercapainya maksud- maksud tersebut di atas, yakni akan menurunkan penerimaan masyarakat,