asam. Sebaliknya cairan basa menunjukkan konsentrasi ion hidroxil OH lebih tinggi daripada konsentrasi ion hidrogen Widiatmoko, 1994.
pH air normal berkisar 6,5 – 9,2. Apabila pH kurang dari 6,5 atau lebih besar dari 9,2; akan mengakibatkan pipa air yang terbuat dari logam mengalami
korosif sehingga pada akhirnya air tersebut akan menjadi racun bagi tumbuh manusia. Kalau pH berkisar antara 6,0 – 8,0 merupakan keadaan yang sangat baik
bagi pertumbuhan mikroba Gabriel, 2001 Dalam sanitasi air, klor merupakan pilihan utama oleh karena murah
namun dalam pembasmian kuman, klor menghasilkan asam kuat Hcl sehingga air cenderung bersifat asam pH air kurang dari 6. Keasaman air akan bertambah
dengan adanya klor bebas bereaksi dengan zat humus. Dalam proses koagulasi dengan tawas, air cenderung bersifat asam pula Gabriel, 2001.
Perubahan derajat keasaman pH dapat berpengaruh terhadap tingkat toksisitas ammonia, dengan semakin rendah pH air maka semakin rendah daya
racun ammonia dan sebaliknya semakin tinggi pH air, semakin tinggi pula daya racunnya Nugroho, 2006.
2.8 Koagulan
Koagulan adalah zat kimia yang digunakan untuk pembentukan flok pada proses pencampuran koagulasi-flokulasi. Koagulan menyebabkan destabilisasi
muatan negatif partikel di dalam suspensi. Secara umum koagulan berfungsi untuk mengurangi kekeruhan akibat adanya partikel koloid anorganik maupun organik,
mengurangi warna yang diakibatkan oleh partikel koloid di dalam air, mengurangi rasa dan bau yang diakibatkan oleh partikel koloid di dalam air Rivai, 2007.
Ada dua jenis bahan kimia yang umum digunakan, yaitu : a. Koagulan garam logam, antara lain :
i. Alumminium sulfat Al
3
SO
4 3
.14H
2
O ii.
Feri chloride FeCl
3
iii. Fero chloride FeCl
2
iv. Feri sulphate Fe
2
SO
4 3
Pada koagulan garam logam yang sering digunakan adalah aluminium sulfat daripada garam besi, karena harganya yang lebih murah. Bila aluminimum
sulfat ditambahkan ke air maka ion alumunium akan terhidrasi sehingga anion yang ada dalam air akan menyerang ion alumunium. Selanjutnya terjadi olasi
olation di mana mikroflok yang terbentuk akan bergabung. Hasilnya muatan elektrik dari partikel tersebut berkurang, suspensi terdestabilisasi.
b. Koagulan polimer kationik, antara lain : i.
Poly Alumunium Chloride sering disingkat PAC Al
10
OH
15
Cl
15
ii. Chitosan
iii. Curie flock
Koagulan jenis polimer kationik yang sering digunakan adalah Poly Aluminium Chloride atau PAC. PAC merupakan polimer pendek berantai panjang
yang memiliki rumus umum kimiawi AlnOHmCl
3
n-m. Penggunaan koagulan jenis ini akan menghasilkan flok-flok yang lebih padat dan dengan kecepatan
mengendap yang tinggi untuk fluktuasi kualitas yang besar range pengolahan lebih besar, juga pH air olahan yang dihasilkan lebih stabil rangenya sangat
kecil bila terjadi kelebihan dosis. Perbedaan dari kedua jenis koagulan ini adalah
pada tingkat hidrolisisnya di dalam air.Koagulan bahan logam mengalami hidrolisis sedangkan koagulan polimer tidak Rivai, 2007.
2.9 Poly Aluminium Chloride PAC
Menurut Raharjo dalam Setianingsih 2000, PAC adalah polimer alumunium yang merupakan jenis koagulan baru sebagai hasil riset dan
pengembangan teknologi pengolahan air. Sebagai unsur dasarnya adalah alumunium, dan alumunium ini berhubungan dengan unsur lain membentuk suatu
unit yang berulang dalam suatu ikatan rantai molekul yang cukup panjang. Dengan demikian PAC menggabungkan netralisasi dan kemampuan
menjembatani partikel–partikel koloid sehingga koagulasi berlangsung lebih efisien Rosariawari, 2013.
PAC memiliki rantai polimer yang panjang, muatan listrik positif yang tinggi dan memiliki berat molekul yang besar, PAC memiliki koefisien yang
tinggi sehingga dapat memperkecil flok dalam air yang dijernihkan meski dalam dosis yang berlebihan. PAC lebih cepat membentuk flok daripada koagulan biasa,
sebab PAC memiliki muatan listrik positif yang tinggi sehingga PAC dapat dengan mudah menetralkan muatan listrik pada permukaan koloid dan dapat
mengatasi serta mengurangi gaya tolak menolak elektrostatis antar partikel sampai sekecil mungkin, sehingga memungkinkan partikel–partikel koloid tersebut saling
mendekat gaya tarik menarik kovalen dan membentuk gumpalan massa yang lebih besar Rosariawari, 2013.
Rentang pH untuk PAC adalah 6 – 9. Daya koagulasi PAC lebih baik dan flok yang dihasilkan relatif lebih besar. Konsumsi PAC lebih sedikit sehingga
biaya penjernihan air persatuan waktu lebih kecil. Akibat langsung dari proses penjernihan keseluruhan yang lebih singkat adalah kapasitas penjernihan air dari
instalasi yang sudah ada akan meningkat. Sedangkan segi negatif penggunaan PAC adalah penyimpanan PAC cair memerlukan kondisi temperature maksimal
40°C. PAC tidak keruh bila pemakaiannya berlebih, sedangkan koagulan utama seperti alumunium sulfat, besi klorida dan ferro sulfat. bila dosis berlebihan bagi
air akan keruh, akibat dari flok yang berlebihan. Maka pengunaan PAC dibidang penjernihan air lebih praktis. PAC lebih cepat membentuk flok daripada koagulan
biasa. PAC merupakan kelas dari Aluminium Chloride, yang telah dikenal dalam persenyawaan kimia organik kompleks dengan ion hidroksil -OH serta ion-ion
aluminium bertaraf klorinasi yang berlainan sebagai bentuk polynuclear. Rumus umum PAC adalah Al2OHnCl6-n m Rosariawari, 2013.
PAC digunakan sebagai koagulan dan flokulan dalam suatu proses pengolahan air. Aplikasi PAC pada dasarnya dibagi menjadi 2 bagian, yaitu pada
pemrosesan air permukaan untuk keperluan air bersih, air minum dan air untuk proses industri PDAM, industri kertas, industri textile, industri baja, industri
kayu, dll begitu juga pada pemrosesan limbah cair industri, yaitu: industri kertas, Industri textil, industri gula, industri makanan Rosariawari, 2013.
2.10 Aluminium Sulfat Tawas
Tawas atau alum, Al2SO43.14H2O Dalam bentuk batuan, serbuk, cairan Massa jenis alum adalah 480 kgm3, dengan kadar air 11 – 17 . Dosis
alum dapat dikurangi dengan cara : penurunan kekeruhan air baku, filtrasi langsung untuk kekeruhan 50 NTU, penambahan polimer, dan penyesuaian pH