5. Perhitungan Nilai Mortalitas
Nilai mortalitas pada rayap yang diamati dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Persen kematian :
100 x
rayap Total
Σ mati
yang rayap
Jumlah Σ
6. Perhitungan Persentase Penurunan Berat Contoh Uji
Perhitungan berat contoh uji dilakukan pada minggu keempat pengamatan. Perhitungan persentase penurunan berat contoh uji menggunakan persamaan
seperti di bawah ini: A :
100 x
Bo Σ
B1 Bo
Σ −
Keterangan: A = Persentase penurunan berat Bo = Berat sebelum pengumpanan g
B1 = Berat setelah pengumpanan g
7. Tingkat Konsumsi Rayap
Konsumsi makan rayap rata-rata juga dihitung dengan rumus : Konsumsi makan per individu g :
N W2
W1 Σ
−
Ket : N = Jumlah rayap pekerja awal
W1 = Berat CU sebelum diumpankan pada rayap g W2 = Berat CU setelah diumpankan pada rayap g Rudi dan Nandika, 1999.
Universitas Sumatera Utara
8. Analisis data
Selanjutnya data-data yang diperoleh tersebut diolah dengan menggunakan RAL Rancangan Acak Lengkap sederhana.
Model linear dari rancangan tersebut adalah:
Y
ij
= µ + α
i
+ ε
i j
Dimana: Y
ij
= Respon pengaruh bagian ke-i ulangan ke-j µ = Rata-rata umum
α
i
= Pengaruh komposisi ekstrak ke-i ε
i j
= Kesalahan galad percobaan Untuk melihat adanya pengaruh perlakuan terhadap respon maka
dilakukan analisis sidik ragam berupa uji F pada tingkat kepercayaan 95 nyata. Uji lanjutan pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan test
Tukey.
Universitas Sumatera Utara
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kadar Ekstrak
Kulit biji saga yang diekstrak menghasilkan ekstrak padat berwarna hitam kekuningan dan berbau kacang-kacangan. Kadar ekstrak yang diperoleh dari
2000 g kulit biji saga dihasilkan sebanyak 316,48 g ekstrak padat. Perbandingan
dalam persen menyatakan nilai rendemen dari ekstrak tersebut. Nilai rendemen ekstrak yang diperoleh adalah 15.82.
Penelitian Adharini 2008, dari 1000 g serbuk akar tuba Derris elliptica Benth didapat kadar ekstrak sebesar 8,53
dengan perendaman pelarut etanol. Hal ini menunjukkan perbedaan yang tidak jauh dari ekstrak kulit biji saga dan ekstrak akar tuba.
Besar kecilnya nilai rendemen menunjukkan keefektifan proses ekstraksi. Menurut
Kartikasari 2008, efektivitas proses ekstraksi dipengaruhi oleh jenis
pelarut yang digunakan sebagai pengekstrak, ukuran partikel ekstrak, metode, dan lamanya ekstraksi.
Cairan pengekstrasi akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif sehingga zat aktif akan larut karena
adanya perbedaan konsentrasi antara larutan. Dengan demikian hasil kandungan senyawa ekstraksi kulit biji saga oleh Lukman 1982, didapatkan bahwa kulit biji
saga mengandung flavogloid, alkaloid, antitripsin, saponin, hemaglutinin, dan faktor goitrogenik yang menyebabkan racun.
Penggunaan pelarut metanol bertujuan untuk mempercepat proses keluarnya zat ekstraktif yang terkandung pada tumbuhan tersebut. Menurut
Sastrodiharjo 1999, senyawa bioaktif yang terkandung tersebut diduga memiliki peranan yang sangat besar dalam meningkatkan sifat anti rayap dalam mematikan
rayap. Selain itu, hasil penelitian Rahmana, dkk, 2010, menunjukkan bahwa
Universitas Sumatera Utara
antara air, metanol, etanol, dan propanol yang mampu melarutkan zat warna yang paling banyak adalah metanol. Hasil analisis ini ditunjukkan dengan absorbansi
tertinggi dari larutan hasil ekstraksi zat warna kulit yang diekstrak.
2. Pengaruh Toksik Ekstrak Kulit Biji Saga terhadap Mortalitas Rayap