jenis saponin yang dikenal yaitu glikosida triterpenoid alkohol dan glikosida struktur steroid Robinson, 1995.
Saponin merupakan senyawa aktif permukaan dan bersifat seperti sabun, serta dapat dideteksi berdasarkan kemampuannya membentuk busa dan
menghemolisis sel darah. Saponin yang terdapat dalam simplisia mengandung turunan terpena dan sebagian kecil steroid. Beberapa saponin bersifat asam,
karena kehadiran gugus karboksil pada aglikon dan atau gugus gula Harborne, 1996.
Hemaglutinin terutama terdapat dalam kacang-kacangan dan kacang polong famili legumeninose dan euphorbiaceae. Zat aktif ini berupa protein yang
akan menggumpalkan dan hemolisis butir darah. Wujud toksiknya juga berupa adanya hambatan terhadap aneka ragam enzim protease Lukman, 1982.
4. Keawetan Biji Saga
Biji tersusun oleh adanya kulit, kotiledon, dan hipokotil. Kulit merupakan bagian yang lebih besar yaitu sebesar 52,13 dengan kisaran 51,8-52,5,
sedangkan kotiledon dan hipokotil sebesar 47,87 dengan kisaran 46,2–48,91. Tanda-tanda tua biji saga adalah adanya polong pecah dan terbelah dan tangkupan
kulit polong membentuk susunan spiral, biji sangat keras, kulit biji berwarna merah cemerlang, serta keping biji berwarna kuning kecoklatan Theresia, 1986.
Kandungan ekstraktif dalam kulit lebih tinggi daripada dalam kayu. Keanekaragaman senyawa yang dapat diekstraksi biasanya membutuhkan
serangkaian ekstraksi yang biasanya memberikan ciri awal komposisinya. Variasi
Universitas Sumatera Utara
komposisi ini dapat sangat besar bahkan di dalam kayu satu genus Fengel dan Wegener, 1995.
Ekstraktif-ekstraktif menempati tempat-tempat morfologi tertentu dalam struktur kayu. Sebagai contoh asam–asam resin terdapat dalam saluran resin,
sedangkan lemak dan lilin terdapat dalam sel parenkim jari-jari. Ekstraktif– ekstraktif fenol terdapat terutama dalam kayu teras dan dalam kulit
Sj ớstrớm, 1998. Hasil penelitian menunjukkan bahwa antara air, metanol,
etanol, dan propanol yang mampu melarutkan zat warna yang paling banyak adalah metanol. Kemampuan pelarutan dari masing-masing pelarut secara
berurutan adalah metanol air etanol propanol Rahmana, dkk, 2010.
Ekstraksi
Ekstraksi merupakan salah satu cara pemisahan satu atau lebih komponen dari suatu bahan atau jaringan tanaman. Menurut Markham 1975, proses awal
ekstraksi komponen-komponen aktif dari suatu jaringan tanaman adalah dengan menghaluskan jaringan tanaman tersebut. Hal ini bertujuan untuk memperbesar
peluang terlarutnya komponen-komponen metabolit yang diinginkan. Tetapi sebelum diekstraksi, jaringan tanaman dikeringkan untuk mempertahankan
kandungan metabolit dalam tanaman yang telah dipotong sehingga proses metabolism terhenti Mursito, 2002.
Terdapat berbagai macam metode ekstraksi seperti maserasi, refluks dan sokletasi. Metode ekstraksi yang digunakan untuk proses ekstraksi dalam
penelitian ini adalah maserasi. Prinsip dari metode ini adalah proses difusi pelarut ke dalam dinding sel tanaman untuk mengekstrak senyawa-senyawa yang ada
Universitas Sumatera Utara
dalam tanaman tersebut. Biasanya maserasi digunakan untuk mengekstrak senyawa yang kurang tahan panas, dan digunakan untuk sampel yang belum
diketahui karakteristik senyawanya sedangkan kelemahan metode ini adalah waktu ekstraksi yang relatif lama Yulanda, 2007.
Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok di luar pengaruh cahaya
matahari langsung. Ekstraksi atau penyarian merupakan proses perpindahan massa zat aktif yang semula berada di dalam sel setelah mengalami pembasahan oleh
cairan penyari, zat aktif yang terlarut pada cairan penyari akan keluar dari dinding sel. Metode ekstraksi maserasi merupakan cara penyarian sederhana, yang
dilakukan dengan cara merendam serbuk simplisia dalam cairan penyari. Cairan penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam ronga sel yang
mengandung zat aktif, zat aktif akan larut dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan zat aktif di dalam sel dengan di luar sel, maka larutan
yang terpekat didesak keluar Kartikasari, 2008. Campuran bahan padat maupun cair biasanya bahan alami seringkali
tidak dapat atau sulit dipisahkan dengan metode pemisah mekanik, misalnya karena komponennya bercampur secara homogen. Campuran bahan yang tidak
dapat atau sukar dipisahkan dengan metode pemisahan mekanik adalah dengan metode ekstraksi Tohir, 2010.
Proses pemisahan ekstraksi cair-cair menggunakan pelarut n-heksana. Pada saat pencampuran antara ekstrak pekat dengan n-heksana terjadi perpindahan
massa yaitu ekstrak meninggalkan pelarut yang pertama media pembawa dan masuk kedalam pelarut kedua media ekstraksi. Sebagai syarat ekstraksi ini,
Universitas Sumatera Utara
bahan ekstraksi dan pelarut tidak saling melarut atau bercampur agar terjadi perpindahan massa yang baik. Penambahan pelarut n-heksana yang baik adalah
yang mana ekstrak yang dihasilkan sebanding dengan pelarut n-heksana Bernasconi, 1995.
Biji saga yang diekstrak dengan air atau aseton dapat bersifat sebagai racun perut bagi serangga, sedangkan tepung bijinya yang diaplikasikan pada
tepung terigu dengan konsentrasi 5 mampu mengendalikan hama gudang Sitophilus sp. selama tiga bulan Iskandar dan Kardinan 1995.
Uji toksisitas dapat dibedakan menjadi dua golongan, yaitu uji toksisitas tidak khas dan uji toksisitas khas. Uji toksisitas tidak khas adalah uji yang
dirancang untuk mengevaluasi keseluruhan atau spektrum efek toksik suatu senyawa. Uji toksisitas khas adalah uji yang dirancang untuk mengevaluasi secara
rinci efek yang khas suatu senyawa. Kematian merupakan salah satu diantara beberapa kriteria toksisitas. Salah satu caranya dengan menggunakan senyawa
dosis maksimal, kemudian kematian hewan percobaan dicatat. Angka kematian hewan percobaan dihitung sebagai harga median lethal dose LD50 atau median
lethal concentration LC50 Donatus, 1990.
Biotermitisida Alamiah
Pestisida alami adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tanaman atau tumbuhan. Pestisida nabati bisa dibuat secara sederhana yaitu dengan
menggunakan hasil perasan, ekstrak, rendaman atau rebusan bagian tanaman baik berup
a daun, batang, akar, umbi, biji ataupun buah misalnya ekstrak kulit kayu Accacia auricoliformis A Yanti, dkk, 2008, ekstrak daun mimba Priadi, 2007,
Universitas Sumatera Utara
ekstrak antiaris Prianto, dkk, 2006 dan lain-lain. Biotermitisida sangat diperlukan dalam pengendalian hama rayap sesuai dengan dosis yang dianjurkan.
Penolakan serangga atau binatang untuk memakan tumbuhan tersebut dapat disebabkan karena tumbuhan memiliki kandungan senyawa kimia yang sifatnya
sebagai allomone, yakni memberi efek negatif terhadap perkembangan serangga. Senyawa-senyawa kima tersebut dikenal dengan istilah metabolit sekunder, yang
bersifat sebagai senyawa bioaktif.
Senyawa bioaktif yang terkandung tersebut diduga memiliki peranan yang sangat besar dalam meningkatkan sifat anti rayap
dalam mematikan rayap. Senyawa-senyawa bioaktif tersebut juga dapat merusak sistem saraf rayap menyebabkan sistem saraf tidak berfungsi dan pada akhirnya
dapat mematikan rayap Nasir dan lasmini, 2008. Menurut Sastrodihardjo 1999, pengaruh zat ekstraktif terhadap kematian
rayap dan serangga lainnya adalah sebagai penghambat sintesis protein, khususnya dari kelompok tanin, stilbena, alkaloid dan resin sedangkan kelompok
terpenoid dapat merusak fungsi sel rayap yang pada akhirnya menghambat proses ganti kulit rayap.
Pada sisi lain, faktor-faktor perusak harus dilihat sebagai komponen yang muncul sebagai hasil interaksi antara kayu dengan lingkungan penggunaannya,
baik lingkungan biotik maupun lingkungan abiotik. Lingkungan biotik dapat mempengaruhi ketahanan kayu karena organisme perusak berinteraksi dengan
kayu dalam bentuk menjadikannya sebagai bahan makanan atau tempat perlindungan. Sedangkan lingkungan abiotik mampu mempengaruhi ketahanan
kayu karena adanya interaksi fisik, mekanis maupun kimia yang dapat merombak atau merubah komposisi kimia dan bentuk kayu Utami, 2010.
Universitas Sumatera Utara
Rayap Tanah 1. Rayap sebagai Perusak Kayu
Rayap selalu hidup dalam satu kelompok yang disebut koloni dengan pola hidup sosial. Seketurunan rayap selalu hidup dalam kelompok yang disebut
koloni. Satu koloni terbentuk dari sepasang laron alates betina dan jantan yang melakukan kopulasi dan mampu memperoleh habitat yang cocok yaitu bahan
berselulosa untuk membentuk sarang utama. Koloni rayap dapat juga terbentuk dari fragmen koloni yang terpisah dari koloni utama karena sesuatu bencana yang
menimpa koloni utama itu. Individu betina pertama yang disebut ratu meletakkan beribu-ribu telur yang kemudian menetas dan berkembang menjadi individu-
individu yang polimorfis, subkelompok yang berbeda bentuk yaitu kasta pekerja, kasta prajurit dan neoten, di samping itu terdapat juga individu-individu muda
pradewasa yang biasa disebut nimfa atau larva Prianto, dkk, 2006. Dalam hidupnya rayap mempunyai beberapa sifat yang penting untuk
diperhatikan yaitu: 1.
Sifat Trophalaxis, yaitu sifat rayap untuk berkumpul saling menjilat serta mengadakan pertukaran bahan makanan.
2. Sifat Cryptobiotic, yaitu sifat rayap untuk menjauhi cahaya. Sifat ini tidak
berlaku pada rayap yang bersayap calon kasta reproduktif dimana mereka selama periode yang pendek di dalam hidupnya memerlukan
cahaya terang. 3.
Sifat Kanibalisme, yaitu sifat rayap untuk memakan individu sejenis yang lemah dan sakit. Sifat ini lebih menonjol bila rayap berada dalam keadaan
kekurangan makanan.
Universitas Sumatera Utara
4. Sifat Necrophagy, yaitu sifat rayap untuk memakan bangkai sesamanya.
Setiap koloni rayap terdapat tiga kasta yang menurut fungsinya masing- masing diberi nama kasta pekerja, kasta prajurit, dan kasta reproduktif reprodukif
primer dan reproduktif suplementer Tambunan dan Nandika, 1989; Tarumingkeng, 2004.
Menurut Nandika, dkk, 2003, rayap merusak bangunan tanpa memperdulikan kepentingan manusia. Rayap mampu merusak bangunan gedung,
bahkan juga menyerang dan merusak buku-buku, kabel listrik dan telepon, serta barang-barang yang disimpan. Rayap untuk mencapai sasaran dapat menembus
tembok yang tebalnya beberapa sentimeter cm, menghancurkan plastik, kabel penghalang fisik lainnya. Apapun bentuk konstruksi bangunan gedung
slab, basement atau cawal space rayap dapat menembus lubang terbuka atau celah pada slab, disekitar celah kayu atau pipa ledeng, celah antara pondasi dan
tembok maupun pada atap kuda-kuda. Di Indonesia rayap tegolong kedalam kelompok serangga perusak kayu
Tarumingkeng, 2000. Kerusakan akibat serangan rayap tidak kecil. Binatang kecil yang tergolong kedalam binatang sosial ini, mampu menghancurkan
bangunan yang berukuran besar dan menyebabkan kerugian yang besar pula. Serangan rayap tanah ini dapat ditandai dengan adanya :
1. Tanda awal adalah pemunculan swarmer atau sayap yang tersebar dalam jumlah banyak.
2. Adanya liang kembara shelter tube yang dibangun rayap di atas pondasi dinding, dalam celah antara sejumlah struktur atau pada kayu yang
terserang.
Universitas Sumatera Utara
3. Kerusakan dalam kayu internal damage kadang dideteksi dengan alat tajam atau dipukul permukaan untuk mendeteksi perbedaan suara bergema
Kadarsah, 2005.
2. Rayap Tanah Coptotermes sp