memberi kesempatan untuk mengemukakan pandanganpendapat yang berbeda dari akseptor KB dan meningkatkan kemampuan akseptor KB untuk menganalisis topik
yang disampaikan petugas kesehatan. Metode diskusi kelompok yaitu para akseptor KB dan petugas kesehatan
mencapai kesepakatan tentang topik yang dibicarakan. Diskusi kelompok yang dilakukan akseptor KB dibagi menjadi kelompok kecil antara tiga sampai enam orang
membahas kontrasepsi jangka panjang dan para akseptor KB dituntut terlibat lansung aktif memberikan seluas-luasnya untuk mengungkapkan perasaan dan pemikiarannya.
Berdasarkan metode penyuluhan yang dilakukan oleh petugas kesehatan bahwa lebih banyak akseptor KB mengatakan metode dikusi lebih efektif dibandingkan dengan
metode panel dalam konseling, karena akseptor KB diberikan kesempatan seluas- luasnya untuk mengungkapkan perasaan dan pemikiran akseptor KB tentang metode
kontrasepsi jangka panjang.
5.2. Tahapan Pelaksanaan Konseling
Tahapan pelaksanaan konseling yang dilaksanakan oleh petugas kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Desalama Kabupaten Langkat tentang metode kontrasepsi
jangka panjang meliputi : konseling awal yang dihadiri oleh akseptor KB sebanyak 15 orang. Konseling awal yaitu konseling yang dilakukan pertama kali sebelum
dilakukan konseling spesifik. Konseling awal dilakukan oleh petugas KB lapangan PLKB memberikan gambaran umum tentang kontrasepsi dan dijelaskan secara
obyektif keunggulan maupun keterbatasan setiap jenis alat kontrasepsi dan
Universitas Sumatera Utara
dibandingkan dengan metode kontrasepsi lainnya, syarat bagi pengguna kontrasepsi serta komplikasi dan angka kegagalan yang mungkin terjadi. Pada konseling tahap
awal petugas kesehatan memastikan akseptor KB mengenali dan mengerti tentang keputusannya untuk menunda atau menghentikan fungsi reproduksinya dan mengerti
berbagai risiko yang mungkin terjadi. Selanjutnya konseling spesifik yang dihadiri oleh akseptor KB sebanyak 15 orang. Pada konseling spesifik yang dilakukan oleh
petugas kesehatan lebih menekankan aspek individual dan privasi. Konseling spesifik dilaksanakan petugas konselor, para dokter, perawat dan bidan. Petugas kesehatan
mendengarkan semua masukan dari klien tanpa disela dengan pendapat atau penjelasan konselor. Setelah semua informasi dari akseptor KB terkumpul
selanjutnya petugas kesehatan melakukan pengelompokan dan penyaringan, kemudian memberikan informasi yang tepat dan jelas untuk menghilangkan keraguan
dan kesalahpahaman. Selanjutnya konseling pra tindakan yang dihadiri oleh akseptor KB sebanyak 13 orang, konseling ini yang bertindak sebagai konselor adalah dokter,
operator petugas medis yang melakukan tindakan. Pada tahap ini petugas kesehatan mengkaji ulang pilihan terhadap kontrasepsi, menilai tingkat kemampuan klien untuk
menghentikan infertilitas, evaluasi proses konseling sebelumnya. Berikutnya konseling pasca tindakan yang dihadiri oleh akseptor KB sebanyak 10 orang.
Konseling pasca tindakan bertujuan untuk menanyakan kepada klien ada tidaknya keluhan yang dirasakan setelah tindakan. Petugas kesehatan menjelaskan keluhan
Universitas Sumatera Utara
yang dan memberikan penjelasan dan mengingatkan akseptor KB bahwa perlu persyaratan tertentu yang harus dipenuhi agar kontrasepsi efektif.
Konseling yang dilakukan oleh petugas kesehatan maka terjadi transfer informasi mengenai kelebihan, kekurangan, efektivitas dan efisiensi masing-masing
alat kontrasepsi antara calon akseptor dengan petugas kesehatan dan dapat disimpulkan bahwa konseling efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan
kemantapan dalam pemilihan kontrasepsi pada calon akseptor. Untuk mencapai konseling yang efektif ada beberapa keleham dari petugas
kesehatan dalam melakukan konseling yaitu petugas kesehatan kurang menguasai materi penyuluhan dalam memberikan penyuluhan, petugas kesehatan kurang mampu
mengembangkan gaya dan cara dalam memberikan konseling, kurangnya pengetahuan petugas kesehatan tentang kontrasepsi dan kurangnya pelaksanaan
dalam memberikan konseling kepada setiap calon akseptor.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN