Resistensi terhadap Antibiotik TINJAUAN PUSTAKA

Keadaan Pilihan obat Obat alternatif • Peradangan karena bakteri anaerob dan kronis • Metronidazole • Klindamisin • Sefalosporin • Augmentin • Tetrasiklin • Metronidazole + pensilin Profilaksis Mencegah endokarditis infektif • Pasien dengan penyakit jantung reumatik dan katup jantung buatan • Pasien dengan riwayat endokarditis infektif • Pasien dengan penyakit jantung bawaan misalnya penyakit jantung sianotik • Penerima cangkok jantung • Pada penderita valvulopati Profilaksis peradangan lokal • Pada pasien sehat misalnya kasus pencabutan gigi impaksi, bedah periapikal, bedah tulang, bedah implan, penyambungan tulang, dan operasi untuk tumor jinak • Pada pasien dengan penyakit sistemik pasien onkologi, pasien imunosupresan, pasien dengan gangguan metabolik seperti diabetes tidak terkontrol, dan pasien yang telah menjalani splenektomi Tidak alergi pada penisilin – PO: Amoksisilin Pasien yang tidak dapat diberikan PO, maka pemberian melalui IVIM: • Ampisilin • Sefazolin atau seftriakson Pasien yang alergi dengan penisilin atau ampisilin, pemberian melalui PO: • Klindamisin • Azitromisin klaritromisin Pasien yang alergi dengan ampisilin atau penisilin dan tidak dapat diberikan PO, maka diberikan IVIM: • Sefazolin atau seftriakson • Klindamisin Keterangan: PO: per oral; IV: intravena; IM: intramuskular

2.2 Resistensi terhadap Antibiotik

Resistensi terhadap antibiotik adalah kemampuan mikroorganisme menjadi kebal atau dapat melawan efek antibiotik, baik yang didapat mikroorganisme atau secara alami. 15 Resistensi terhadap antibiotik dapat dibagi menjadi beberapa hal, yaitu:

1. Berdasarkan mekanisme terjadinya resistensi terhadap antibiotik

a. Obat tidak dapat mencapai tempat kerjanya di dalam sel mikroba. Pada bakteri Gram-negatif, molekul antibiotik kecil dan polar dapat menembus dinding luar dan masuk ke dalam sel melalui lubang-lubang kecil yang disebut porin. Bila porin menghilang atau mengalami mutasi, maka masuknya antibiotik ini akan terhambat. Mekanisme lain adalah bakteri mengurangi mekanisme transpor aktif yang memasukkan antibiotik ke dalam sel misalnya gentamisin. Selain itu, mikroba dapat mengaktifkan pompa efluks untuk membuang keluar antibiotik yang ada di dalam sel misalnya tetrasiklin. 9 b. Inaktivasi obat. Mekanisme ini sering mengakibatkan terjadinya resistensi terhadap golongan aminog likosida dan golongan β-laktam karena mikroba mampu membuat enzim yang merusak kedua golongan antibiotik tersebut. 9 c. Mikroba mengubah tempat ikatan binding site antibiotik. Mekanisme ini terlihat pada Staphylococcus aureus yang resisten terhadap metisilin MRSA yang mengubah Penicillin Binding Protein PBP 2a atau PBP 2’ sehingga afinitasnya menurun terhadap metisilin dan antibiotik β-laktam lain. 9,23 Resistensi terhadap penisilin dapat timbul akibat adanya mutasi sehingga menghasilkan produksi PBP yang berbeda sehingga bakteri membutuhkan gen-gen PBP yang baru. 23

2. Berdasarkan sumber terjadinya resistensi antibiotik

a. Resistensi bawaan. Resistensi bawaan atau resistensi primer yaitu resistensi yang menjadi sifat alami mikroorganisme. Hal ini dapat disebabkan oleh adanya enzim pengurai antibiotik pada mikroorganisme sehingga secara alami mikroorganisme dapat menguraikan antibiotik. Contohnya Staphylococcus dan bakteri lainnya yang mempunyai enzim penisilinase yang dapat menguraikan penisilin dan sefalosporin. Selain itu, resistensi bawaan dapat terjadi pada bakteri yang memiliki struktur pelindung khusus dari paparan antibiotik, seperti Mycobacterium tuberculosa yang memiliki kapsul pada dinding sel sehingga resistensi terhadap obat-obat antibiotik. 23 b. Resistensi dapatan. Resistensi dapatan atau resistensi sekunder dapat terjadi melalui tiga mekanisme yaitu 1 diperoleh akibat kontak dengan agen antibiotik dalam waktu yang cukup lama dengan frekuensi yang tinggi, sehingga terjadi mutasi pada mikroorganisme; 2 terjadi akibat mekanisme adaptasi atau penyesuaian aktivitas metabolisme mikroorganisme untuk melawan efek obat; dan 3 bakteri memperkuat dinding sel mikroorganisme sehingga menjadi tidak dapat ditembus impermeabel oleh obat dan perubahan sisi perlekatan pada dinding sel. Proses terjadinya mutan yang resistensi terhadap antibiotik dapat terjadi secara cepat resistensi satu tingkat dan dapat pula terjadi dalam waktu yang lama resistensi multi tingkat. Contoh resistensi satu tingkat adalah resistensi pada streptomisin, dan rifampisin; dan contoh resistensi multitingkat adalah resistensi pada penisilin, eritromisin, dan tetrasiklin. 23 c. Resistensi episomal. Resistensi episomal disebabkan oleh faktor genetik di luar kromosom episom = plasmid  di luar kromosom. Beberapa bakteri memiliki faktor R pada plasmidnya yang dapat menular pada bakteri lain yang memiliki kaitan spesies melalui kontak sel secara konjugasi maupun transduksi. 23

3. Berdasarkan penyebab klinis terjadinya resistensi terhadap antibiotik

Resistensi terhadap antibiotik dapat disebabkan oleh keadaan klinis sebagai berikut: 1 Penggunaan antibiotik yang terlalu sering; 2 Penggunaan antibiotik yang tidak tepat indikasi; 3 Durasi penggunaan antibiotik terlalu pendek atau lama; dan 4 Penundaan pemberian antibiotik pada pasien dengan penyakit kritis. 9,24

2.3 Efek Samping

Dokumen yang terkait

Tingkat Pengetahuan Tentang Penjahitan Luka Pada Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Di Departemen Bedah Mulut Fkg Usu Periode 8-31 Oktober 2014

4 91 78

Pengetahuan Dan Perilaku Penggunaan Dosis Anestesi Lokal Oleh Mahasiswa Kepaniteraan Di Klinik Departemen Bedah Mulut FKG USU Tahun 2013

5 72 69

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Terhadap Bell’s Palsy Di Departemen Bedah Mulut Fkg Usu Periode Desember 2014 – Januari 2015

4 62 54

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Departemen Bedah Mulut Dan Maksilofasial Rsgm-P Fkg Usu Tentang Cara Penanganan Dental Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronis

0 69 86

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Terhadap Antibiotik Dan Penatalaksanaan Alergi Antibiotik Di Klinik Bedah Mulut Fkg Usu 2015

2 87 101

Tingkat pengetahuan mahasiswa kepaniteraan klinik Departemen Bedah Mulut FKG USU pada penanganan trauma maksilofasial periode November – Desember 2015

0 6 66

Tingkat Pengetahuan Tentang Penjahitan Luka Pada Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Di Departemen Bedah Mulut Fkg Usu Periode 8-31 Oktober 2014

0 0 15

Tingkat Pengetahuan Mahasiswa Kepaniteraan Klinik Departemen Bedah Mulut Dan Maksilofasial Rsgm-P Fkg Usu Tentang Cara Penanganan Dental Pada Pasien Penyakit Ginjal Kronis

0 0 15

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK TERHADAP PENGETAHUAN ANTIBIOTIK DAN PENATALAKSANAAN ALERGI ANTIBIOTIK DI KLINIK BEDAH MULUT FKG USU 2015

0 1 32

TINGKAT PENGETAHUAN MAHASISWA KEPANITERAAN KLINIK TERHADAP ANTIBIOTIK DAN PENATALAKSANAAN ALERGI ANTIBIOTIK DI KLINIK BEDAH MULUT FKG USU 2015

0 0 13